Headline

Kenaikan harga minyak dunia mungkin terjadi dalam 4-5 hari dan akan kembali normal.

Fokus

Presiden menargetkan Indonesia bebas dari kemiskinan pada 2045.

Pemberian ASI Turunkan Risio Kanker bagi Ibu Menyusui

Atalya Puspa
23/8/2021 10:09
Pemberian ASI Turunkan Risio Kanker bagi Ibu Menyusui
Petugas memberikan kapsul vitamin A kepada balita di Posyandu Kampung Keuramat, Banda Aceh, Aceh, Rabu (4/8/2021).(ANTARA/AMPELSA)

Pemberian ASI tidak hanya bermanfaat bagi bayi, tapi juga bermanfaat bagu ibu yang menyusui. Salah satu manfaat yang akan didapatkan oleh ibu menyusui yakni dapat menurunkan risiko terjadinya kanker payudara dan kanker ovarium. Hal itu disampaikan oleh Anggota Departemen Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Rina Agustina.

Ia menyatakan, mengacu pada rekomendasi World Health Organization (WHO) dan hasil beberapa studi lainnya, pemberian ASI eksklusif harus dilakukan minimal hingga enam bulan sejak kelahiran anak.

"Namun demikian, saat ini masih terdapat satu tantangan yang cukup berat, yaitu cakupan pemberian ASI eksklusif di Indonesia saat ini masih sangat rendah hanya 34 % atau hanya satu dari tiga ibu di Indonesia yang berhasil memberikan ASI eksklusif bagi bayi," kata Rina dalam keterangannya, Senin (23/8).

Baca juga: Wah, Titik Panas Karhutla Terbanyak Muncul di NTT

Rina menuturkan beberapa faktor yang menjadi penyebab rendahnya cakupan ASI eksklusif di Indonesia antara lain, sang ibu merasa sudah waktunya untuk menghentikan pemberian ASI pada bayi, ASI yang dihasilkan oleh ibu dirasa kurang sehingga harus memberikan nutrisi tambahan, ibu merasa sudah lelah dan sering jatuh sakit, hingga kembali mengalami kehamilan yang lebih cepat dari jadwal seharusnya.

Hasil studi lain juga menjelaskan faktor tantangan dalam pemberian ASI ekslusif yaitu inisiasi menyusui dini (IMD) yang tidak berjalan dengan baik, adanya ajakan atau rayuan dari iklan dan lingkungan sekitar untuk mengganti ASI dengan susu formula buatan pabrik yang dianggap sebagai exotic food, serta kurangnya fasilitas penunjang di tempat kerja bagi ibu menyusui juga menjadi tantangan, khususnya bagi wanita karir.

Pandemi covid -19 juga memberikan tantangan bagi ibu menyusui seperti kurangnya dukungan dari kalangan profesional akibat disrupsi pelayanan kesehatan yang disebabkan pandemi, akses mendapat pelayanan menjadi berkurang akibat adanya social distancing, serta keamanan pada saat pemberian ASI.

"Saat ini hampir 50 % ibu hamil dan menyusui mengalami ketidaknyamanan pada saat melakukan kontrol ke fasilitas kesehatan. Disamping itu, hampir 40 % ibu menyusui mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan healthy food bagi keluarganya," ungkap dia.

Rina menambahkan, ada empat faktor yang menjadi penentu keberhasilan dalam pemberian ASI eksklusif maupun ASI lanjutan yaitu faktor maternal, faktor bayi / infant, faktor keluarga dan lingkungan, serta fasilitas kesehatan.

“Diantara keempat faktor tersebut faktor maternal dan faktor keluarga menjadi kunci utama keberhasilan pemberian ASI,” ujar Rina.

Untuk menunjang produksi ASI, diperlukan pola diet yang teratur selama masa laktasi, oleh karena itu pihaknya sudah mengeluarkan buku panduan pola diet bagi ibu menyusui yang berjudul Isi Piringku yang berisi panduan kalori tambahan selama masa menyusui pada enam bulan pertama dan enam bulan berikutnya dengan berfokus pada pola hidup sehat dan pola makan gizi seimbang.

Ia menjelaskan, ASI terdiri atas beberapa komponen makronutrien seperti protein lemak, dan laktosa, mikronutrient seperti vitamin dan mineral. Bahkan menurut penelitian terbaru, ASI mengandung sangat banyak komponen bioaktif yang mampu menurunkan inflamasi serta berbagai zat pendukung imunitas bagi bayi, “Namun masih diperlukan studi lanjutan untuk mengetahui benefit biological system pada ASI,” ujar Rina.

Baca juga: Warga Diminta tak Panik Soal Pemodelan Tsunami Jakarta Akibat Megathrust Selat Sunda

Di masa pandemi covid-19, untuk mengurangi risiko penularan, Rina menganjurkan tetap menggunakan masker pada saat menyusui dan mencuci tangan menggunakan sabun dan air mengalir sebelum menyusui. Beberapa panduan juga menganjurkan agar membersihkan bagian permukaan payudara agar bayi tidak terinfeksi virus dan kuman.

"Jika pada saat menyusui, seorang ibu jatuh sakit, namun hanya mengalami gejala ringan, maka ibu tersebut tetap dapat melakukan aktivitas menyusui secara langsung, namun diperah," ungkap Rina.

Jika ibu tersebut mengalami gejala berat, dan tidak memungkinkan pengambilan ASI dengan sistem perah, maka bayi tersebut sebaiknya diberikan ASI dari pendonor. Pihaknya menambahkan, untuk kondisi ibu yang sehat dan baru melahirkan, proses menyusui anak sebelumnya tetap dapat dilakukan, namun sesuai dengan standar operasional prosedur dari masing-masing rumah sakit maupun bidan.

“Intinya pihak rumah sakit maupun tenaga kesehatan yang menangani harus mendukung proses menyusui pada ibu tersebut,” ujar Rina.

Maka dari itu, Rina menyimpulkan bahwa pemberian ASI pada saat ibu terpapar covid-19 dan sakit lainnya bergantung pada tingkat keparahan penyakit yang dialami oleh sang ibu. Selain itu pihaknya juga memberi masukan mengenai beberapa hal yang harus diperhatikan pada saat ibu menyusui, seperti sterilitas alat yang digunakan, kebersihan tempat penyimpanan ASI, cara penyimpanan ASI perah, penyimpanan alat pompa ASI, hingga cara pompa yang harus dilakukan dengan tepat.

Ia berharap para tenaga kesehatan yang menangani pasien covid-19 golongan ibu menyusui betul-betul menguasai manajemen laktasi, sehingga pemberian ASI dari ibu ke bayinya tetap terus dilakukan dengan protokol kesehatan yang ketat dan jangan sampai menghentikan pemberian ASI dari ibu ke bayinya. (H-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : HUMANIORA
Berita Lainnya