Headline
Kemenu RI menaikkan status di KBRI Teheran menjadi siaga 1.
JURU bicara Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Prof Wiku Adisasmito menegaskan perlunya mengoptimalkan penerapan One Health Concept dalam pengendalian pandemi covid-19.
Konsep one health yang dimaksudnya adalah mengintegrasikan aspek kesehatan manusia, kesehatan hewan, dan lingkungan hidup dalam satu kesatuan penanganan.
"Penanganan covid-19 harus menyeluruh dan perlu mengoptimalkan Konsep One Health yang mengintegrasikan aspek kesehatan manusia, hewan, dan lingkungan hidup dalam satu kesatuan penanganan,” ujarnya dikutip dari laman Universitas Diponegoro (Undip), Jumat (6/8).
Baca juga: Mereka yang Dikalahkan Pandemi
Profesor yang juga mengajar di Tufts University Amerika Serikat ini mengingatkan bahwa banyak penyakit yang belakangan ini berkembang akibat ketidakseimbangan ekosistem.
Keragaman ekosistem dapat menghambat munculnya zoonotic diseases yaitu penyakit infeksi yang disebabkan oleh pathogen (agen infeksi seperti bakteri, virus atau parasit) yang awalnya berasal dari hewan seperti vertebrata masuk ke manusia.
Menurut dia, rusaknya diversitas ekosistem yang menggejala belakangan ini membuat fungsi penghambat zoonotic diseases berkurang. Terjadinya perubahan tata guna lahan, perubahan iklim, mobilitas manusia antar benua, bencana alam dan bencana yang disebabkan manusia menjadi biang rusaknya diversivitas.
Lebih lanjut, apabila keseimbangan antara manusia, hewan dan lingkungan tidak bisa dikelola dengan baik, bencana terberat akan dirasakan oleh manusia.
Dalam 16 tahun terakhir, misalnya, muncul empat penyakit menular yang sulit ditanggulangi yaitu Flu Babi atau A (H1N1) PDM09, Flu Burung atau H7N9, penyakit saluran pernapasan yang disebabkan oleh coronavirus (MERS-COV), dan Covid-19
Prof Wiku mengungkapkan, pada tingkat nasional, implementasi strategis konsep tersebut sudah dilakukan melalui tiga aspek yaitu kesatuan data yang menjadi navigator, peningkatan kesehatan publik dan komunikasi publik. Peningkatan Kesehatan publik dapat dicapai dengan perubahan perilaku sebagai kunci dari adaptasi kesehatan publik.
“Perlu banyak riset dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor risiko dan intinya adalah perubahan perilaku,” tambahnya.
Dia menambahkan perlawanan yang dilakukan terhadap pandemi covid-19 adalah perlawanan seluruh penduduk di bumi, tidak bisa dilakukan sendiri-sendiri karena virus dapat menyebar dengan sangat cepat. Mengingat pada saat awal hanya dalam waktu 70 hari virus sudah menyebar ke 114 negara atau kurang lebih ke sekitar 58% negara di dunia.
Jadi dalam konteks penanganan pandemi covid-19, penanganan harus pada level global. Dia mencontohkan soal vaksin, ada beberapa negara yang tidak memiliki akses terhadap vaksin, itu harus dibantu, karena penyebaran virus levelnya juga global. “Kolaborasi antarnegara harus dilakukan,” tuturnya.
Mengenai penanganan secara global, beberapa upaya juga tengah dilakukan, seperti Global Verome Project, sebuah proyek dengan target memahami virus secara lebih baik, mengetahui jenis-jenis virus yang potensial mengganggu manusia melalui meningkatakan kapasitasitas diagnosis dan mendeteksi keberadaan virus-virus yang mengancam.
Proyek tersebut bermaksud mengumpulkan 70% dari 1,67 juta jenis virus yang ada sehingga dapat dikembangkan sistem peringatan dini terhadap ancaman di masa datang.
Semua negara, kata dia, perlu mencanangkan visi untuk tidak pernah membiarkan ada lagi virus seperti covid-19. Semua negara harus lebih siap merespon terjadinya penyakit baru.
Program lain yang dikembangkan secara global adalah One Health Laboratory Network yang menghubungkan beragam laboratorium manusia, hewan dan lingkungan agar dapat mengidentifikasi dan mendeteksi munculnya penyakit menular dan zoonotic diseases. “Semua harus bersatu melawan Covid-19,” tukasnya. (OL-1)
Pada empat pekan terakhir, yakni 10 ribu kasus per minggu atau rata-rata 1.400 kasus per hari
Protokol kesehatan yang dimaksud, lanjut Wiku, harus dilakukan dengan benar, yaitu menggunakan masker dengan tepat, menjaga jarak dan menghindari kerumunan.
Data Satgas covid-19 mencatat jumlah penduduk yang telah mendapat vaksin booster mencapai total 62.968.993 orang.
Kasus aktif dan positivity rate juga terus mengalami penurunan dengan tingkat keterisian tempat tidur (bed occupancy rate/BOR) nasional yang stabil di angka lima persen.
Total 170.889.941 orang telah menerima vaksin lengkap per Selasa (30/8).
Kasus aktif covid-19 di Indonesia saat ini bertambah 8.981 sehingga total menjadi 52.555. pasien meninggal bertambah 17 kasus transmisi lokal
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved