Headline
Rakyat menengah bawah bakal kian terpinggirkan.
BERKEMBANGNYA platform media hiburan, membuka pintu yang sangat lebar bagi karya-karya berkualitas dari mediun tulisan, baik novel, cerita pendek (cerpen), puisi, bahkan biografi. Karena itu, kondisi yang memberi ruang terbuka bagi proses kreatif menulis itu harus dimanfaatkan.
Namun yang penting, penulis harus cermat membaca kontrak perjanjian ketika karyanya dialihkan ke dalam film maupun bentuk hiburan lain di platform beragam, seperti film untuk bioskop, film untuk Youtube, maupun media sosial lainnya.
Demikian rangkuman dari acara Sarasehan ketiga Perhimpunan Penulis Satupena bertema “Dari Halaman ke Layar” yang diselenggarakan via zoom, Minggu petang (18/7) yang menghadirkan sutradara Garin Nugroho, novelis dan penulis Sekar Ayu, dan novelis produktif, Asma Nadia.
Garin mengatakan, alih wahana atau adaptasi bisa berasal dari macam-macam karya. “Sebanyak 90% karya film saya dari adaptasi yang berasal dari novel, cerpen, musik, dan juga puisi. Misalnya film A Perfect Fit yang baru dirilis di Netflix,” kata Garin yang baru kembali dari Eropa mementaskan karya musikalnya.
Menuru Garin, ada karya tulis baik novel maupun cerpen yang mudah dan sebaliknya sulit diadaptasi ke film. Yang mudah seperti novel “Boemi Manusia” karya Pramoedya Ananta Toer. Sebaliknya yang sulit seperti karya-karya Iwan Simatupang.
Garin juga mengingatkan adaptasi dari karya tulisan ke film, harus diperhatikan peruntukannya. Sebab jika untuk film bioskop, amat berbeda dengan film untuk platform Youtube.
”Karakter media dan penonton harus diperhatkan untuk keberhasilan adaptasi sebab beda antara penonton bioskop dan penonton Youtube,”katanya.
Untuk adaptasi dari novel, Garin mengungkapkan tiga dimensi. Pertama, punya penonton sendiri (pembaca novel). Kedua, penonton akan membandingkan karya film dan novel aslinya, dan ketika, penonton bebas menilai bagus atau jeleknya film.
Lepaskan Hak
Sementara itu novelis Sekar Ayu yang sejumlah karyanya difilmkan mengaku jika dirinya melepaskan hak atas karyanya itu ke produser atau mereka yang akan mengadaptasi karyanya ke film.
“Tujuannya agar mereka bebas membuat visual dari karya tulis yang telah dibuatnya. Apapun hasil filmya, itu karya mereka, meski basisnya dari bukunya. Bahasa film dan bahasa tulis itu berbeda,” katanya.
Seperti diketahui, beberapa film yang diadaptasi dari karya Sekar antara lain “Daun di Atas Bantal” yang meraih sejumlah penghargaan. “Dalam pembuatan film itu, saya tak ikut campur, itu hak mereka,” ujar Sekar.
Dalam sarasehan ini, Sekar kembali mengungkapkan keingiannya untuk membuat film tentang tokoh musisi Betawai yang amat terkenal, Ismail Marzuki yang diinspirasi dari karya berjudul “Pasar Gambir”.
“Rencana membuat film tentang Ismail Marzuki ini sudah lama sekali dan kemarin sebelum pandemi sudah akan shooting, tapi terkendala lagi. Jika film yang ada unsur love story ini terwujud, saya tidak akan membuat film lain. Hanya satu film itu,” tegas Sekar.
Sebaliknya, novelis Asma Nadia yang banyak novelnya difilmkan, bahkan berseri, mengaku tetap ikngin terlibat dalam pembuatan film, tujuannya agar film yang diangkat dari novelnya sesuai dengan karakter cerita dan penonton puas. Bahkan, dia kerap diminta produser untuk mengusulkan siapa pemain yang pas dengan karakter cerita.
Dalam proses adaptasi novel ke film lanjut Asma Nadia, dirinya selalu mengingatkan agar unsur SARA jangan digambarkan dalam film, sebab kaan menimbulkan gelombang protes.
“Jadi, sutradara, produser, penulis skenario selalau diskusi sebelum pembuatan film,” katanya.
Asma juga selalu berusaha untuk membantu bagaimana film yang diadaptasi dari karyanya ditonton. “Saya sering lho bareng suami dan anak-anak promosi film dari karya saya. Ini bagian dari komitmen kita agar adaptasi juga menguntungkan semua,” tambahnya.
Sarasehan ketiga Satupena ini diikuti hampir 100 peserta. Forum ini dimaksudkan untuk meramaikan ajang pertemuan akbar para anggota Satupena untuk memilih pengurus baru. (RO/OL-09)
Busana SukkhaCitta yang dipakai dalam film tersebut adalah gaun biru ikonis yang dikenakan oleh aktris Sheila Dara Aisha sebagai tokoh Sore.
Film Host yang tayang di Prime Video menjadi interpretasi sinematik pertama dari legenda Thailand tentang Mae Sue, roh penjaga bayi baru lahir.
Film Kang Solah From Kang Mak x Nenek Gayung merupakan spin-off dari film Kang Mak From Pee Mak, yang sukses besar pada 2024.
Film itu akan menyajikan cerita perjalanan hidup Aqilla setelah merelakan anak kandungnya Baskara (Faqih Alaydrus) untuk diasuh oleh pasangan Arif dan Yumna di Surakarta.
Sosok hantu yang menyeramkan itu bakal muncul di film Kang Solah From Kang Mak X Nenek Gayung, spin off dari film Kang Mak from Pee Mak.
AKTRIS Lily Collins, pemeran utama dalam serial Emily in Paris sudah terjun ke dunia hiburan sejak masih balita, tepatnya tahun 1992 saat usianya baru dua tahun.
Salah satu wujud nyata komitmen Andrean Hendranata adalah karya bukunya berjudul Topeng yang Memikat: Memahami Bahaya NPD & Cara Melindungi Diri.
SALAH satu misi fundamental didirikannya negara ini ialah mencerdaskan kehidupan bangsa.
PARA kader muda Partai Golkar yang berasal dari latar belakang aktivisme organisasi Cipayung dan BEM meluncurkan buku reflektif.
Buku ini hadir sebagai respons atas fenomena pencucian uang yang tidak lagi mengenal batas geografis dan sering kali tak tersentuh oleh hukum nasional yang lemah atau lamban.
Buku yang ditulis Kelly Tandiono tersebut terinspirasi dari pengalaman pribadinya saat pertama kali menyelam pada 2011.
Buku, disebut Dedi, merupakan medium yang efektif untuk memperkenalkan kecintaan terhadap alam Indonesia kepada anak-anak, sekaligus menumbuhkan empati terhadap lingkungan.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved