Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
GURU Besar Ilmu Farmasi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Erni Hernawati Purwaningsih menilai pemberian obat cacing Ivermectin sebagai obat terapi untuk pasien covid masih kontroversial dan perlu dilakukan uji klinis lebih lanjut.
Dirinya menyebut Ivermectin merupakan obat anthelmentik atau mematikan cacing dalam usus bukan sebagai obat antivirus.
"Secara farmakologis, obat yang tidak memiliki bukti ilmiah karena mekanisme kerja obat tersebut sebagai anthelmentik bukan antivirus," kata Erni saat dihubungi, Jumat (16/7).
Baca juga: Obat Ivermectin Hanya untuk Pasien Covid Dalam Uji Klinis
Pemerintah perlu melakukan uji klinis lebih lanjut untuk membuktikan efektivitas dari obat tersebut. Sehingga masyarakat bisa merasa aman.
"Wajib dilakukan uji klinik lebih dahulu untuk membuktikan efektivitas dan keamanannya," ucapnya.
Sebelumnya, Obat cacing Ivermectin resmi mendapat izin dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) untuk dijadikan obat terapi bagi pasien covid-19.
Hal itu sesuai dengan Surat Edaran No PW.01.10.3.34.07.21.07 Tahun 2021 tentang Pelaksanaan Distribusi Obat dengan Persetujuan Penggunaan Darurat (Emergency Use Authorization).(OL-5)
Padahal, pemerintah menetapkan HET untuk Ivermectin sekitar Rp7 ribu per kaplet atau Rp75 ribu per kotak. Kepolisian pun masih mengusut adanya spekulan lain.
"Ada kurang lebih 20 pertanyaan yang disampaikan tadi, semua sudah terjawab. Seperti menghadapi situasi itu,"
Sejumlah negara Amerika Selatan juga telah menggunakan Ivermectin sebagai pengobatan dan tindakan pencegahan
Kabar baik berhembus dari India mengenai obat bernama Ivermectin yang dijuluki “obat yang mengalahkan Covid-19”. Obat ini sekarang telah diproduksi di Indonesia.
Penelitian untuk pencegahan maupun pengobatan covid-19 yang sudah dipublikasikan menyatakan Ivermectin memiliki potensi antiviral pada uji secara in-vitro di laboratorium.
Obat tersebut sudah digunakan di India dan dikabarkan berhasil menurunkan jumlah kematian hingga 25%.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved