Headline
Penaikan belanja akan turut mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi 5,4%.
Penaikan belanja akan turut mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi 5,4%.
OPERASI teknologi modifikasi cuaca (TMC) yang dilaksanakan di wilayah Sumatra Selatan dan Jambi efektif meningkatkan curah hujan di wilayah tersebut.
"Jumlah titik api terpantau selama periode TMC di Sumatra Selatan dan Jambi terpantau nol. Hampir setiap hari terpantau hujan dengan akumulasi wilayah di sumsel 35 mm dan jambi 86 mm," kata Kepala BBTMC-BPPT Jon Arifian saat dihubungi, Kamis (24/6).
Ia merinci, TMC di wilayah tersebut telah dilakukan sejak 10 hingga 23 Juni 2021. Adapun, selama periode tersebut telah diturunkan sebanyak 15 sorti penerbangan dengan jumlah bahan semai sebanyak 12 ton NaCl.
"Rencananya TMC ini akan dilakukan hingga tanggal 25 Juni. Masih akan dievaluasi segera kelanjutannya," ungkap Jon.
Untuk diketahui, operasi TMC di Sumsel dan Jambi didukung TNI AU, Skadron 4 Malang dengan mengerahkan armada pesawat Casa 212 A-2105 dan 11 kru pesawat. Posko TMC dipusatkan di area Lapangan Udara Sri Mulyono Herlambang, Palembang. BBTMC-BPPT menerjunkan 7 orang yang bertugas di Posko dan 4 orang di Pos Pengamatan Meterorologi (Posmet), serta 1 orang forecaster dari BMKG.
Koordinator Bidang Pelayanan TMC BBTMC-BPPT Sutrisno juga menjelaskan strategi penentuan daerah target penyemaian awan yang akan dilaksanakan tim TMC. “Mengingat luasnya daerah target kegiatan TMC, kami membuat prioritas dalam melakukan penyemaian yang dibagi dalam empat kriteria," ujar Sutrisno.
Empat kriteria tersebut yaitu awan di atas titik api yang berada dilahan gambut dan tidak mendapatkan curah hujan selama beberapa hari akan menjadi prioritas utama penyemaian awan.
Apabila tidak ditemukan kriteria pertama, dicari awan di sekitar titik api di daerah gambut yang sudah beberapa hari tidak hujan. Sedangkan kriteria ketiga yaitu awan dilahan apapun dengan curah hujan yang sedikit. Jika ketiga kriteria tidak ditemui, maka awan-awan dimana saja yang masih mendukung pencegahan kebakaran hutan dan lahan dapat menjadi target penyemaian awan.
Purwadi, Koordinator Lapangan BBTMC-BPPT mengatakan daerah Ogan Komering Ilir (OKI) dan Musi Banyuasin merupakan daerah dengan lahan gambut terluas di Sumatra Selatan. “Kami akan memprioritaskan awan-awan di atas lahan gambut sebagai target penyemaian awan, yang dipantau menggunakan radar milik BMKG,” ujarnya.
Meskipun saat ini wilayah Sumatra dan Selatan tengah menuju puncak musim kemarau, lanjut Purwadi, potensi awan pertumbuhan awan potensial masih ada. “Saat ini daerah Sumatra Selatan dan Jambi masih ada potensi pertumbuhan awan akibat faktor cuaca lokal yang bisa disemai,” tuturnya.
Seperti diketahui, bahwa daerah Sumatra Selatan dan Jambi memiliki area lahan gambut yang cukup luas yang rentan terjadi kebakaran saat kering. Sehingga lahan gambut ini harus selalu dalam keadaan basah untuk mencegah terjadinya kebakaran lahan dan hutan. (BBTMC).(H-1)
Sebagai negara dengan area hutan yang didominasi oleh lahan gambut, komitmen pemerintah dalam melakukan upaya pencegahan dan mitigasi karhutla dinilai masih harus terus ditingkatkan.
Berdasarkan informasi, bibit kelapa sawit yang ditanami telah mencapai seluas 1 hektare (ha) di lokasi karhutla yang menghanguskan sekitar 50 ha lahan gambut.
BADAN Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) melaksanakan Operasi Modifikasi Cuaca (OMC) di Provinsi Jambi selama 10 hari, sejak 10 hingga 19 Agustus 2025.
BNPB mencatat luas kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di enam provinsi prioritas tahun ini relatif kecil, hanya sekitar 3.000 hektare
Sejumlah langkah strategis yang dilaksanakan oleh Polri, TNI, BNPB, BMKG, instansi terkait, relawan dan elemen masyarakat, khususnya di Kalbar sudah berjalan baik dan kompak.
PEMERINTAH memastikan penegakan hukum menjadi instrumen utama dalam pengendalian kebakaran hutan dan lahan (karhutla), seiring meningkatnya potensi kebakaran di berbagai wilayah.
Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah, Memasuki musim kemarau, Kabupaten Kotawaringin Timur kini berada dalam status waspada tinggi terhadap potensi Karhutla
Banyaknya titik panas yang selalu terpantu satelit ini disebabkan kondisi cuaca yang begitu panas dan angin kencang.
Kementerian Lingkungan Hidup mengeklaim hotspot di Provinsi Riau, berdasarkan data dari sistem Sipongi (semua satelit), periode 26 Juli 2025 tidak ada dalam kategori tinggi.
BMKG memperingatkan tingginya potensi kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di wilayah Riau dan sekitarnya, menyusul puncak musim kemarau awal Agustus.
Penurunan luas karhutla dimulai sejak 2015 seluas 2,6 juta hektare, menjadi 1,6 juta hektar (2019), 1,1 juta hektare (2023), dan 24.154 hektare pada 2024.
Menggunakan smartphone sebagai hotspot untuk berbagi koneksi internet memang sangat praktis, terutama saat Anda tidak memiliki akses Wi-Fi atau ketika sedang dalam perjalanan.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved