Headline

Presiden memutuskan empat pulau yang disengketakan resmi milik Provinsi Aceh.

Fokus

Kawasan Pegunungan Kendeng kritis akibat penebangan dan penambangan ilegal.

BMKG: Cuaca Panas di Indonesia Bukan Disebabkan Gelombang Panas

Atalya Puspa
17/5/2021 18:25
BMKG: Cuaca Panas di Indonesia Bukan Disebabkan Gelombang Panas
Warga mengambil air dari dasar Sungai Cipamingkis yang mengering saat kemarau di Jonggol, Kabupaten Bogor, Minggu (30/8/2020).(ANTARA/Yulius Satria Wijaya)

Belakangan ini sebagian besar wilayah Indonesia mengalami cuaca panas. Lantas, apakah benar hal tersebut disebabkan oleh gelombang panas?

Berdasarkan penjelasan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), menurut WMO (World Meteorological Organization) , gelombang panas atau dikenal dengan heatwave merupakan fenomena kondisi udara panas yang berkepanjangan selama 5 hari atau lebih secara berturut-turut dimana suhu maksimum harian lebih tinggi dari suhu maksimum rata-rata hingga 5°C (9°F) atau lebih.

Baca juga: Kepala Lapan Minta BRIN Tak Ganti Nama Lembaga Antariksa

"Fenomena gelombang panas ini biasanya terjadi di wilayah lintang menengah-tinggi seperti wilayah Eropa dan Amerika. Secara dinamika atmosfer hal tersebut dapat terjadi karena adanya udara panas yang terperangkap di suatu wilayah disebabkan adanya anomali dinamika atmosfer yang mengakibatkan aliran udara tidak bergerak dalam skala yang luas, seperti misalnya ada sistem tekanan tinggi dalam skala yang luas dan terjadi cukup lama," kata Deputi Bidang Meteorologi BMKG Guswanto dalam keterangan resmi, Senin (17/5).

Secara geografis, lanjutnya, wilayah Indonesia berada di sekitar wilayah ekuatorial, sehingga memiliki karakteristik dinamika atmosfer yang berbeda dengan wilayah lintang menengah-tinggi. Selain itu, wilayah Indonesia juga memiliki variabilitas perubahan cuaca yang cepat.

"Dengan perbedaan karakteristik dinamika atmosfer tersebut, maka dapat dikatakan bahwa di wilayah Indonesia tidak terjadi fenomena yang dikenal dengan gelombang panas atau heat wave," imbuh Guswanto.

Lebih lanjut, ia menjelaskan, yang terjadi di wilayah Indonesia adalah kondisi suhu panas harian yang umumnya disebabkan oleh kondisi cuaca cerah pada siang hari dan relatif lebih signifikan pada saat posisi semu matahari berada di sekitar ekuatorial.

Baca juga: Wisma Atlet Bersiap Hadapi Potensi Lonjakan Kasus Pascamudik

"Pada pertengahan Mei ini, posisi semu matahari sudah berada di Belahan Bumi Utara (BBU) di sekitar 19o LU, kondisi tersebut mengindikasikan bahwa di wilayah Indonesia selatan ekuator akan menjelang periode angin timuran yang identik dengan musim kemarau," ungkapnya.

Adapun, berdasarkan hasil pengamatan BMKG, suhu maksimum tanggal 16 Mei 2021 tercatat berkisar antara 33.0-35.2 °C dengan suhu maksimun 35.2 °C terjadi di Surabaya. Kondisi suhu maksimum dengan kisaran tersebut masih berada kondisi normal, di mana perubahan suhu maksimum harian masih dapat terjadi dalam skala waktu harian bergantung pada kondisi cuaca atau tingkat perawanan di suatu wilayah.

"Saat ini sebagian besar wilayah Indonesia akan memasuki awal musim kemarau dimana tingkat perawanan akan cukup rendah pada siang hari, sehingga masyarakat diimbau dan diharapkan tetap mengantisipasi kondisi cuaca yang cukup panas atau kondisi terik pada siang hari dengan meningkatkan daya tahan tubuh dan menjaga kesehatan diri, keluarga, serta lingkungan," tutup Guswanto. (H-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : HUMANIORA
Berita Lainnya