Headline

Kenaikan harga minyak dunia mungkin terjadi dalam 4-5 hari dan akan kembali normal.

Fokus

Presiden menargetkan Indonesia bebas dari kemiskinan pada 2045.

Gus Miftah: Jangan Ikut-ikutan Pendapat Orang yang Sok Ahli

Cahya Mulyana
06/5/2021 21:39
Gus Miftah: Jangan Ikut-ikutan Pendapat Orang yang Sok Ahli
Miftah Maulana Habiburrahman atau Gus Miftah(MI/ M Yakub)

MIFTAH Maulana Habiburrahman atau Gus Miftah berpesan kepada umat muslim agar beragama dengan sikap toleran terhadap pemeluk agama lain. Mengikuti teladan para ahli, bukan pihak-pihak yang soka ahli.

Hal itu ia sampaikan saat memberikan memberikan tausyiah di hadapan para sekretaris jenderal (Sekjen) partai politikkoalisi pendukung Joko Widodo - KH Ma'ruf Amin. Ia mengajak elit politik untuk menjaga keberlangsungan ahlus sunnah wal jamaah, NKRI dan Pancasila.

Baginya, Indonesia adalah rumah besar dengan enam kamar keagamaan. Jika Pancasila dipahami dan diyakini dengan baik, Gus Miftah mengatakan setiap orang akan kembali ke kamarnya masing-masing atau lebih toleran terhadap seluruh perbedaan.

"Yang masalah kalau kita justru masuk ke kamar orang lain, tidur dan bahkan ngompol di sana. Maka masyarakat harus pahami Pancasila, apapun agamanya," kata dia di kantor pusat PDI Perjuangan (PDIP) di Jalan Diponegoro, Jakarta, Kamis (6/5).

Ia juga memberi nasihat bahwa pemeluk agama harus menyatakan ajaran agamanya masing-masing adalah benar. Tapi tak boleh menyalahkan agama orang lain.

"Menurut saya semua agama benar bagi penganutnya. Sebagai pemeluk agama A, kita harus mengatakan agama kita benar tanpa harus menyalahkan agama lain," tegasnya.

Kepada masyarakat, Gus Miftah juga mengajak agar ikut pendapat ahli. Namun tak ikut-ikutan dengan orang yang sok ahli. Apalagi saat ini, media sosial sangat 'berkuasa'.

"Postinglah yang penting, jangan yang penting posting. Karena kita sering begitu," tuturnya.

Baca juga: Satu Alquran Banyak Aliran

Dalam kesempatan itu, tampak hadir Sekjen DPP PDIP Hasto Kristiyanto ditemani oleh koleganya Wakil Sekjen PDIP Arif Wibowo, Ketua Umum Baitul Muslimin Indonesia Hamka Haq, Ketua DPP PDIP Rokhmin Dahuri, Cendekiawan NU Zuhairi Misrawi, dan Anggota Komisi VI DPR Deddy Yevri Sitorus.

Kemudian Arwani Thomafi dari PPP, Sekjen PKB Hasanuddin Wahid, Sekjen PBB Afriansyah Noor, Sekjen Perindo Ahmad Rofiq, Sekjen PKPI Verry Surya Hendrawan. Hadir juga Sekretaris Dewan Pembina PSI, Raja Juli Antoni. Mantan Sekjen yang kini merupakan Wakil Ketua Umum PPP, Arsul Sani juga sempat hadir.

"Ada empat karakter warga negara Indonesia dalam beragama dan berbangsa. Pertama adalah orang yang ketika beragama berakidahkan ahlus sunnah wal jamaah, dan dalam berbangsa serta bernegara dengan berideologikan Pancasila," ungkapnya

Menurut dia kategori pertama itu meruapakan orang yang paling ideal untuk tinggal di Indonesia. Kedua, orang yang secara agama berakidah ahlul sunnah wal jamaah, namun ideologi negaranya khilafah.

"Ini adalah orang-orang yang sangat menipu. Kenapa? Akidahnya sama dengan kita, tetapi ideologi berbangsanya adalah khilafah dan ini sangat berbahaya," kata Gus Miftah.

Yang ketiga, adalah di dalam beragama bukan ahlus sunnah wal jamaah, namun masih memiliki ideologi Pancasila dalam bernegara. Terakhir mereka yang beragama tak berakidah ahlus sunnah wal jamaah, dan dalam bernegara memiliki ideologi khilafah.

"Maka ada misi yang harus dikerjakan oleh orang Indonesia yakni menjaga keberlangsungan ahlus sunnah wal jamaah, dan menjaga kelangsungan NKRI yang berideologikan Pancasila," tegasnya.(OL-4)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Akhmad Mustain
Berita Lainnya