Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim mengakui bahwa kemajuan pendidikan di Indonesia memang tidak merata. Masih banyak kesenjangan yang terjadi khususnya wilayah Indonesia Timur dan daerah 3T lainnya.
"Saya udah ke NTT, Papua, Kalimantan, Sulawesi, saya sudah melihat pola-pola pendidikan di sana dan kesenjangan itu memang menjadi sesuatu prioritas untuk perubahan," ungkapnya dalam konser Slank Vaksin untuk Indonesia, Jumat (23/4).
Lantas, untuk mengatasi kesenjang di dunia pendidikan, dia mengatakan bahwa Kemendikbud memiliki beberapa strategi dalam program Merdeka Belajar. Untuk mengakselerasi permasalahan tersebut, pihaknya bekerja sama dengan kementerian lainnya.
Baca juga: New DTKS Merupakan Data Hasil Pemadanan dengan NIK
Hal itu sudah dilakukan Kemendikbud di masa pendemi ini. Pihaknya berkolaborasi dengan Kominfo untuk membangun akses internet di wilayah 3T.
Strategi berikutnya adalah peningkatan presentasi dana BOS Di 2021, dana BOS tidak disalurkan secara seragam untuk semua sekolah, melainkan disesuaikan dengan kebutuhan sekolah dan akses di wilayahnya.
"Tahun ini dana BOS kita koreksi. Belum tentu keseragaman itu keadilan. Sekarang sekolah di Papua dan Maluku ada yang naik 40% dan 100%," tuturnya.
Strategi ketiga untuk mengurangi kesenjangan adalah peningkatan anggaran KIP Kuliah yang mencapai Rp2,5 triliun. Sehingga, maksimal dana per semester yang diterima mahasiswa miskin bisa bertambah hingga Rp12 juta.
"Anak kurang mampu dari daerah manapun, asal mereka punya prestasi mereka bisa percaya diri masuk prodi apapun yang mahal," terangnya.
Selain itu, Kemendikbud memberi kesempatan bagi mahasiswa untuk mengikuti program Kampus Mengajar. Mereka diutus ke daerah-daerah plosok yang kekurangan guru untuk membimbing siswa-siswa.
Terakhir, Kemendikbud mendukung peningkatan kulaitas guru. Pihaknya membuka program Guru Penggerak untuk membantu peningkatana kualitas guru yang diharapkan dapat menjadi katalis perubahan. (H-3)