Headline
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.
DUNIA seni Indonesia kembali berduka. Sastrawan dan budayawan Radhar Panca Dahana meninggal dunia hari ini di Rumah sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta, pukul 20.00 WIB.
Radar Panca Dahana, yang semasa hidupnya aktif menulis bait-bait puisi, meninggal dunia di usianya yang ke-56. Kabar duka disampaikan oleh adiknya yakni Radhar Tribaskoro melalui pesan singkat yang tersebar di media sosial.
Baca juga: Resmi, Masa Larangan Mudik Lebaran Diperluas
"Innailahi Wainna Ilahi Rajiun, telah berpulang malam ini pukul 20.00 adik saya tercinta Radhar Panca Dahana di UGD RS Cipto Mangunkusumo," tertulis pesan atas nama Radhar Tribaskoro, Kamis (22/4).
Dalam pesan itu, Tribaskoro juga meminta doa atas kepulangan Radhar. Dirinya meminta maaf atas segala kesalahan yang dilakukan oleh almarhum semasa hidupnya,
"Mohon maaf atas semua kesalahan dan dosanya. Mohon doa agar ia mendapat tempat yang terbaik di sisiNya. Aaminn YRA," lanjutnya.
Ucapan belasungkawa mengalir mengiringi kepergian Radhar. Salah satunya datang dari Ketua Komite Seni Rupa DKI jakarta Aidil Usman. Menurut Aidil, Radhar merupakan seniman dengan sikap kritis yang kuat terhadap permasalahan bangsa.
"Ia adalah seniman yang bisa dekat dengan siapapun. Sikap kritisnya tidak bisa terbeli. Radhar selalui peduli dengan permasalahan bangsa melalui kritik-kritiknya. Mas Radhar memang punya idealisme, " ujarnya.
Sudah selama 20 tahun Radhar bergelut melawan penyakit gagal ginjal yang ia derita. Dunia seni yang ia manfaatkan sebagai media untuk menyampaikan kritik terhadap penguasa yang dinilainya salah menjadi alasan terkuat Radhar mampun bertahan melawan penyakit selama bertahun-tahun.
"Yang membaut hidup itu ialah kritik dia tentang bangsa ini dan negara ini. Semoga dengan kepergiannya ini akan muncul generasi Radhar-Radhar lain yang memang memiliki kepedulian terhadap bangsa," ungkapnya.
Radhar Panca Dahana merupakan seorang sastrawan yang lahir di Jakarta pada tahun 1965. Ia memulai perjalanan sebagai sastrawan sejak usia 10 tahun dengan rutin menulis cerpen di surat kabar nasional.
Baca juga: BPOM Masih Butuh Kelengkapan Data Vaksin Sinopharm dan Sputnik V
Semasa hidupnya, Radhar Panca Dahana meninggalkan sederet karya hebat, di antaranya Dalam Sebotol Cokelat Cair (esai), Lalu Waktu(kumpulan puisi), dan Menjadi Manusia Indonesia (esai).
Pada tahun 2018 lalu, Radhar Panca jadi satu dari para budayawan Tanah Air yang diundang ke Istana oleh Presiden Joko Widodo untuk memberi masukan perihal kondisi bangsa. (Uta/A-3)
Ia pun memohon maaf atas semua kesalahan dan dosa sang adik.
HARI ulang tahun Republik Indonesia kali ini diperingati dalam situasi berbeda.
Semua penampil itu juga kebagian membawakan puisi dan lagu. Ada realitas digital, agama, kebangsaan, kebudayaan, baik aspek material maupun imaterial
Radhar menyebut pentas kali ini sebagai bentuk pernyataan dan kritik pada kondisi negeri yang memiliki permasalahan dalam memaknai cara beragama dan menghayati spiritualitas.
Radhar menyebut Jakpro bicara seolah-olah sudah konfirmasi dengan seniman TIM dan mengubah-ubah istilah dari hotel menjadi wisma
DAYA kreatif dan kritis menjadi syarat mutlak untuk mempertahankan intelektualitas.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved