Headline

Tidak ada solusi militer yang bisa atasi konflik Israel-Iran.

Fokus

Para pelaku usaha logistik baik domestik maupun internasional khawatir peningkatan konflik Timur Tengah.

Nadiem Ungkap Alasan Sekolah Harus Segera Dibuka

Faustinus Nua
30/3/2021 17:00
Nadiem Ungkap Alasan Sekolah Harus Segera Dibuka
Murid mengikuti simulasi pembelajarantatap muka di SDN Karang Raharja 02, Cikarang, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, Selasa (15/12).(ANTARA/Fakhri Hermansyah )

MENTERI Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim mengatakan pandemi yang berlangsung lebih dari setahun telah berdampak pada sektor pendidikan. Pembelajaran jarak jauh (PJJ) yang sudah diterapkan selama ini dinilai belum bisa menggantikan pembelejaran tatap muka (PTM). Bahkan, menyisahkan permasalah baru di dunia pendidikan.

"Salah satu tantangan terbesar adalah murid tidak bisa ke sekolah untuk berinteraksi dengan temannya atau guru. Selain itu PTM pada kenyataannya memang sulit untuk digantikan dengan PJJ," kata Nadiem, Selasa (30/3).

Baca juga: KNKT Gunakan Kapal Penghisap Lumpur Temukan CVR Sriwijaya Air

Dia mengatakan bahwa Indonesia saat ini sudah ketinggalan dari negara-negara lain. Sekitar 85% dari negara-negara di Asia Timur dan Pasifik sudah melakukan PTM. Berbagai pihak atau pun pakar-pakar dunia seperti Bank Dunia, WHO dan Unicef semuanya sepakat bahwa penutupan sekolah bisa menghilangkan pendapatan hidup 1 generasi.

"Lost of learning ini real dan risikonya bisa berdampak permanen dan Indonesia sudah 1 tahun mayoritas sekolahnya tidak PTM. Ini sudah relatif terlalu lama," imbuhnya.

Menurutnya, penutupan sekolah tidak cuma berdampak pada pembelajaran tetapi juga berdampak negatif pada kesehatan perkembangan dan kesehatan mental anak. Orang tua juga sangat sulit mendapatkan kesempatan ekonomi dengan bekerja di luar karena harus megurus anak di rumah.

Ada pula, terdapat tren-tren mengkhawatirkan dari evaluasi PJJ selama ini. Tren anak putus sekolah meningkat, terjadi penurunan capaian pembelajaran apalagi daerah dengan akses dan kualitas yang kurang. Hal itu juga menyebabkan kesenjangan ekonomi jadi lebih besar.

Selama PJJ, banyak orang tau yang tidak melihat peranan sekolah dalam proses belajar. Jadi banyak dari anaknya ditarik keluar dari sekolah. Berbagai macam isu-isu kekerasan domestik yang terjadi dalam keluarga pun kadang kala tidak terdeksi.

"Ini semua sangat rentan jadi kita harus mengambil tindakan yang tegas agar ini tidak menjadi suatu dampak permanen dan suatu genersi menjadi terbelakang atau tertahan perkembanganya," tegas Nadiem.

Untuk itu, sejak awal tahun ini pemerintah sudah mengimbau daerah-daerah untuk memulai PTM. Akan tetapi implementasinya masih jauh dari harapan. Hanya 22% sekolah yang menjalankan PTM, dengan zona hijau sekitar 41%, zona kuning 29%, zona oranye 13% dan zona merah 6%.

Dengan menargetkan vaksinasi guru dan tenaga pendidikan tuntas pada akhir Juni, Kemendikbud, Kemenag, Kemenkes dan Kemendagri merumuskan SKB 4 Menteri yang mewajibkan sekolah memulai PTM terbatas pada Juli nanti. Vaksinasi yang memprioritaskan guru telah mendukung akselerasi PTM.

Lebih lanjut, Nadiem membeberkan alasan prioritas vaksinasi baru pada guru dan tenaga kependidikan, sementara para murid belum menjadi prioritas vaksinasi. Hal itu, kata dia diputuska berdasarkan potensi kerentanan terhadap infeksi Covid-19.

Riset sudah membuktikan, di seluruh dunia pendidkan dan tenaga kependidikan memiliki kerentanan yang tinggi terhadap Covid-19 bukan murid-murid. Pasalnya, guru dan tenaga kependidikan rata-rata usianya sudah dewasa, sedangkan murid yang usinya di bawah 18 tahun dinilai masih aman.

"Jadi kelompok usia 3-18 tahun (murid) memiliki tingkat mortalitas yang sangat rendah dibandingkan kelompok usia yang lainnya," jelasnya.

Selain itu rate infeksi pada anak terutama pada umur 18 tahu secara umum bergejala ringan. Berdasarkan data di dunia, anak memiliki kerentanan yang lebih rendah terhadap infeksi Covid-19 dibandingkan orang dewasa dan potensi penularanya kecil.

"Ini data dari Unicef, WHO, semuanya inj adalah alasan kenapa berabgai macam negara yang di mana kasus infeksinya sangat tinggi, sekolah-sekolah sudah memulai tatap muka," terang Nadiem.

Adapun, rencana vaksinasi dosis pertama untuk guru dan tenaga kependidikan di PAUD, SD, SLB dan setara lainnya ditargetkan tuntas pada minggu kedua bulan Mei. Kemudian dosis pertama untuk sekolah menengah SMP, SMA SMA dan setara ditargetkan paling lambat tunyas di minggu keempat Mei 2021, sedangkan untuk Perguruan Tinggi palinh telat minggu kedua Juni nanti.

Baca juga: Boca Espresso Indonesia, Kopi Celup Nikmat Siap Saji

Untuk vaksinasi dosis kedua akan disesuaiakan pada jenis vaksin yang diterima masing-masing dan rentang waktu dari dosis pertama.

"Ini target yang tidak mudah capai tapi kami ingin menarget suatu target yang aspirasional agar kami bisa memastikan di bulan Juli semua sekolah kita akan bisa melakukan tatap muka secara terbatas," tandasnya. (OL-6)
 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Astri Novaria
Berita Lainnya