Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

SDM dan Infratruktur Jadi Fokus Manajemen Riset LIPI

Faustinus Nua
11/3/2021 07:42
SDM dan Infratruktur Jadi Fokus Manajemen Riset LIPI
LIPI(Ist)

KEPALA LIPI Laksana Tri Handoko menyampaikan menuju era modern science, revolusi industri diprediksi akan berfokus pada teknologi berbasis mesin, sedangkan revolusi fisika akan berfokus pada Informasi Teknologi (IT). Untuk itu, dibutuhkan kesiapan infrastruktur yang didukung dengan sumber daya manusia (SDM) dalam menghadapi tatangan tersebut.

"Sumber daya manusia dan infrastruktur adalah dua hal yang saling berkaitan dan mendukung, semua harus dilakukan bersama-sama dengan skema baru yang telah dirancang oleh manajemen riset," kata Handoko dalam keterangan resmi, Kamis (11/3).

Dijelaskannya, kecepatan menjadi kata kunci dalam penyediaan infrastruktur yang dibutuhkan untuk kegiatan penelitian. Riset harus dilakukan sesegera mungkin dengan infrastruktur yang memadai, sehingga bisa menghasilkan output yang maksimal.

"Penelitian merupakan kompetisi global bukan lokal. Kita harus menunjukkan riset dan sains secara global yang bisa memberikan dampak jangka panjang bagi bangsa," imbuhnya.

Dalam upaya membangun infrastruktur sejak 2017, pihaknya melalui SBSN (Surat Berharga Syariah Negara) telah melaksanakannya di banyak kampus LIPI. Salah satu contoh infrastruktur riset yang dibangun dengan memanfaatkan SBSN adalah Laoratorium Biosafety Level-3 (BSL-3) di LIPI Cibinong Science Center.

Baca juga:  LIPI Fokuskan Tiga Aspek pada Riset Kebencanaan

Lebih lanjut, Handoko mengajak para peneliti agar mengubah paradigma. Semuanya harus dimulai dengan fokus pada SDM unggul dan infrastruktur.

"Apabila kita fokus kepada objeknya, objek akan berubah setiap tahun. Sebaiknya kita membentuk kompetensi pengetahun sehingga masalah negara apapun dapat ditemukan solusinya dengan memanfaatkan infrastruktur yang kita miliki," tuturnya.

Selain itu, aktivitas riset pun berpotensi menghasilkan devisa bagi negara. Dengan peneliti dan infrastruktur yang memadai, riset Indonesia dapat berkompetisi secara global dan menjadi pendapatan negara. Kolaborasi dalam pelaksanaan riset menghasilkan benefit dan tambahan sumber daya untuk meminimalisir resiko kegiatan riset.

"LIPI menjadi penghubung kolaborasi riset dengan berbagai pihak, peningkatan dinamika, dan mobilitas riset. Ini menjadi strategi manajemen riset," rincinya.

Terkait dengan pemanfaatan biodiversitas hayati lokal Indonesia untuk kepentingan riset, kebun raya berada di posisi hulu, sedangkan bioteknologi berada di hilir. Pada era revolusi industri, para peneliti LIPI di Cibinong Science Center, khususnya di Pusat Penelitian Bioteknologi dapat mengembangkan berbagai hal yang berbasis living spesies dalam berbagai bentuk termasuk komponen-komponennya.

Indonesia menempati urutan kedua di dunia untuk biodiversitas hayati, setelah Brasil, tetapi menempati posisi teratas untuk biodiversitas laut. Namun demikian, eksplorasi dan pemanfaatan biodiversitas laut belum dilakukan dengan maksimal.

Hal ini menjadi tantangan bagi peneliti LIPI, karena revolusi bioengineering (rekayasa hayati) lebih komplek dan membuka kesempatan untuk mengembangkan lebih jauh lagi.

"Dibutuhkan banyak infrastruktur untuk mendukung pengembangan bioengineering. Tidak mudah dan tidak murah untuk melakukannya, termasuk memelihara dan mengoperasikannya. Hal ini akan membutuhkan sumber daya dalam jangka panjang," tukasnya.(OL-5)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya