Headline

Gencatan senjata diharapkan mengakhiri perang yang sudah berlangsung 12 hari.

Fokus

Kehadiran PLTMG Luwuk mampu menghemat ratusan miliar rupiah dari pengurangan pembelian BBM.

Frase Agama Perlu Ditegaskan Ulang Dengan Takaran Seimbang

Syarief Oebaidillah
08/3/2021 22:45
Frase Agama Perlu Ditegaskan Ulang Dengan Takaran Seimbang
Ilustrasi(ANTARA)

POLEMIK hilangnya frase agama dalam Peta Jalan Pendidikan Nasional (PJPN) 2020-2035 terus bergulir. Pegiat pendidikan Gerakan Sekolah Menyenangkan (GSM) M Nur Rizal mengusulkan perlu ditegaskan ulang soal frase agama ini dengan takaran seimbang.

"Frase agama yang minim di dalam Peta Jalan Pendidikan memang perlu ditegaskan ulang dengan takaran yang seimbang, agar kita tidak terjebak menjadi negara agama maupun seperti meninggalkannya karena mau tidak mau negara ini dibangun atas bangunan nilai-nilai agama dan nasionalisme, seperti yang tercantum dalam konstitusi UUD 1945,” kata Rizal, sapaan akrab dosen Universitas Gajah Mada (UGM) ini, Senin (8/3).

Menurut Rizal, agama harus menjadi salah satu pijakan atau landasan dalam menata kembali arah pendidikan ke depan. Nilai-nilai agama itu, lanjut dia, perlu diterjemahkan ke dalam operasionalisasi pendidikan, seperti penanaman budi pekerti, akhlak mulia, manusia yang lil maslahatin atau memecahkan problem masyarakat agar agama tidak dimaknai secara sempit yang justru membuat sekat antar pemeluk agama yang berbeda di Indonesia.

Caranya, ungkap Rizal, operasionalisasi ini harus menjadi penekanan tujuan utama peta jalan pendidikan dengan mengubah paradigma pendidikan dari penyeragaman dan penguasaan konten akademik ke penalaran kritis dan empati sosial sehingga anak didik kedepan dapat kompetitif sekaligus menjaga keharmonisan sosial serta kebermaknaan hidup dirinya.

"Orientasi pendidikan yang baru ini akan mengarahkan anak didik ke pencapaian kebahagiaan hidup serta minat bakat dan potensi siswa yang berbeda," ujarnya.

Dikatakan, orientasi ini sejalan dengan laporan terbaru OECD 2020 bahwa pendidikan global lebih diarahkan ke wellbeing yakni orang yang mampu melakukan aksi dengan berani mengambil tanggungjawab, refleksi atau rekonsiliasi untuk mengatasi dilema atau gesekan sosial serta melakukan antisipasi membuat nilai-nilai baru yang kritis dan kreatif. (OL-15)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Widhoroso
Berita Lainnya