Headline

Presiden Trump telah bernegosiasi dengan Presiden Prabowo.

Fokus

Warga bahu-membahu mengubah kotoran ternak menjadi sumber pendapatan

Pendidikan Kecakapan Hidup

Muhchamad Haris Tarmidi, Guru SDN 1 Puguh, Kendal, Jateng, Fasilitator Pembelajaran Tanoto Foundation
05/3/2021 17:40
 Pendidikan Kecakapan Hidup
Saskia belajar membuat handsanitizer alami dari tanaman.(Dok M Haris Tarmidi)

SASKIA melempar senyum lebar ke arah adik kecilnya yang memiliki kebutuhan khusus dan sedang duduk di pangkuannya. Rasa syukur terukir di wajahnya saat dia melihat keluar jendela, ketika hujan rintik mulai berarak beriringan mendera. Pada pekan pertama di 2021, seperti halnya beberapa bulan terakhir, dia tak berangkat sekolah karena melakukan pembelajaran jarak jauh melalui aplikasi zoom dan WhatsApp.

Syukur Saskia semakin khusyuk karena pembelajaran kali ini dia diminta membuat handsanitizer alami. Baginya, hal itu tak terlau menyulitkan karena segala bahan ada di halaman belakang rumah. Di tengah hiruk pikuk pagi ketika sang ibunda harus menyiapkan warung jajanan yang dikelola untuk menambah penghasilan keluarga, Saskia membantu dengan menjaga adiknya yang menyandang tunarungu semenjak lahir.

Zoom dan konsultasi via WA yang dilakukan Saskia di dalam dua aplikasi yang kini begitu populer ketika pandemi melanda, sudah dilakukan  sejak kemarin. Di kedua aplikasi dalam kelas virtual yang ada di kelas VI tersebut memang sering kali terjadi diskusi panjang untuk kemudian mencari jalan tengah yang di fasilitatori sang guru.

Pandemi jelas mengubah kebiasaan baru, tidak terkecuali dalam bidang pendidikan. Banyak hal yang bisa dilakukan untuk tetap meneruskan program-program pembelajaran, namun sebagai guru haruslah bijak dalam menyampaikan materi ajar. Ada hal-hal yang lebih urgent untuk disampaikan sebagai modal pendidikan kecakapan hidup bagi siswa kita. 

Saskia adalah siswa yang cerdas, sangat mandiri, dan tergolong anak yang mampu memenuhi segala macam kebutuhan serta kewajibannya sendiri. Tentu siswa semacam ini tidak akan kesulitan untuk mempelajari hal-hal yang sifatnya text book, atau dengan kata lain materi yang sudah tersematkan di buku-buku pembelajarannya.

Lalu bagaimana peran guru bagi siswa semacam ini? Kita harus mampu menyematkan kebermaknaan bagi Saskia-Saskia lainnya di luaran sana, agar kelak dia punya bekal yang cukup. Tidak hanya bagi pendidikannya namun juga bagi kehidupannya secara holistik.

Individualistik

Dalam kesempatan berbeda, Dimas berlari pulang dengan masih mengampit sepatu sepakbolanya. Keringat bercucuran seolah tidak menghalangi aktivitas sore menjelang maghribnya untuk sesegera mungkin tiba di rumah dan secepatnya membersihkan diri.

Malam ini dia akan mengerjakan tugas pilihannya. Ya, ini adalah tugas pilihan sendiri pada materi ASEAN. Siswa kelas VI di SD Negeri 1 Puguh, Kecamatan Pegandon, kabupaten Kendal, Jawa Tengah ini memilih proyeknya sendiri yakni menampilkan komik tentang ASEAN. Gurunya memberikan kebebasan untuk menampilkan proyek akhir materi ASEAN sesuai keinginan masing-masing.

Dimas memilih untuk menampilkan komik dengan materi tersebut karena dia cukup cakap dalam hal menggambar dan mewarnai. Teman lainnya ada yang memilih menampilkan lewat mind mapping, graphic organizer, bahkan ada juga yang memilih menggunakan media mini book. 

Media-media tersebut akan membantu mereka saat harus mempresentasikan tidak hanya karya nyatanya, akan tetapi esensi dari materi yang sudah mereka pahami. Pemahaman mereka akan coba dikomunikasikan melalui aplikasi pertemuan untuk didiskusikan serta diberi tanggapan teman-teman lainnya.

Sebagai seorang pendidik tentu lumrah ketika menemui kemampuan setiap siswa berbeda-beda. Sesuai dengan apa yang diungkapkan Albert Einstein, "Semua orang itu jenius, tetapi jika Anda menilai ikan dengan caranya memanjat pohon, maka ia akan menjalani seumur hidupnya dengan percaya bahwa dia anak yang bodoh."

Kegiatan murid yang lain juga tergolong menarik, Dewi misalnya. Ia terlihat sibuk di pekarangan belakang rumah dengan ditemani ibunya. Mereka asyik mengamati perkembangbiakan singkong yang ditanam dengan cara stek, yaitu perkembangbiakan tumbuhan dengan cara menanam potongan bagian tertentu dari pohon.

Dengan seksama sang ibu mendampingi Dewi yang tengah mencatat dalam lembar laporannya mengenai perkembangan singkongnya dari semenjak ditanam. Ini pengalaman pertama Dewi, karenanya dia butuh pendampingan orang tuanya. Acapkali Dewi, orang tuanya, dan guru saling bertanya jawab serta mendiskusikan tentang perkembangbiakan tumbuhan ini di grup WhatsApp kelas VI.

Ketika diskusi terjadi, beberapa wali murid lainnya juga bisa ikut melibatkan diri dengan pengalaman yang dimiliki masih-masing dalam masalah yang sedang dibahas. Hal ini membuat orang tua juga terlibat dan memahami akan kewajiban dan hak dari anak-anak mereka. Orang tua juga bisa menjadi motivasi tersendiri bagi siswa di saat anak membutuhkan dukungan dan dampingan bagi pembelajarannya.

Pelibatan orang tua di dalam kelas maya yang dikelola oleh guru, mutlak diperlukan. Tujuannya agar ada saling kontrol dan evaluasi menyeluruh yang muaranya adalah peningkatan pelayanan bagi siswa ke arah yang lebih baik lagi. Terlebih di era pandemi ini ketika pendidikan jarak jauh mulai masif diterapkan. Para guru berlomba menampilkasi aplikasi yang tidak hanya sekadar membantunya dalam mengajar, namun juga mampu menaikkan nilai diri karena dianggap mumpuni dengan memakai aplikasi yang kekinian. Yang terpenting, jangan sampai kita sekedar memindahkan ceramah dari depan kelas menjadi ceramah di dalam aplikasi.



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Eko Suprihatno
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik