Headline
Senjata ketiga pemerataan kesejahteraan diluncurkan.
Tarif impor 19% membuat harga barang Indonesia jadi lebih mahal di AS.
KEMENTERIAN Sosial terus mengupayakan perbaikan data Daftar Terpadu Kementerian Sosial (DTKS) sebagai data penerima Bantuan Sosial Tunai (BST) yang diluncurkan Kemensos pada 4 Januari lalu.
Kepala Pusat Data dan Informasi Kesejahteraan Sosial Said Mirza Pahlevi mengatakan sampai hari ini ada 47 kabupaten kota yang belum memperbarui data.
"Tepatnya ada 47 kabupaten kota yang belum pernah update DTKS sama sekali sejak PBDT (Pemutahiran Basis Data Terpadu) 2015," ujar Said, Sabtu (30/1).
Baca juga: Tekan Risiko Penyakit Jantung Bawaan, Perhatikan Masa Kehamilan
Menteri Sosial Tri Rismaharini sebelumnya juga telah menyurati 40 kepala daerah yang belum memperbaiki data penerima BST. "Kurang lebih ada 40 daerah kita sudah surati untuk memadatkan dengan data kependudukan," jelas Risma.
Pihaknya khawatir jika data penerima BST tidak sesuai dengan data kependudukan. Alhasil, bantuan sosial bisa tidak tepat sasaran.
"Data itu tidak sama dengan dengan data kependudukan. Ini kan rawan. Kita sekarang minta daerah untuk membetulkan datanya," imbuhnya.
Baca juga: Sanksi Jadi Instrumen Pendorong Penerapan Protokol Kesehatan
Sinkronisasi Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) berbasis Nomor Induk Kependudukan (NIK). Adapun perbaikan NIK dibuka setiap bulan. Jumlah data perbaikan yang masuk Kemensos sebanyak 560.000 penerima.
Menurut Risma, pada minggu pertama dan minggu kedua sudah ada perbaikan data. Kemensos menargetkan perbaikan DTKS dari 47 kabupaten kota hingga 3 Maret.
Risma mengaku pihaknya tengah memikirkan potensi perpanjangan BST. Mengingat, kasus covid-19 di Tanah Air belum menunjukkan penurunan. "Itu nanti akan kita bicarakan (apakah diperpanjang atau tidak)," pungkasnya.(OL-11)
Sekolah Rakyat bukan merupakan program Kemensos, melainkan langsung dari Presiden Prabowo, yang tahun ini diharapkan 100 SR bisa memulai operasional.
Di hadapan para siswa, Gus Ipul sekolah gratis berasrama ini untuk menjangkau anak-anak dari keluarga kurang mampu yang belum terjangkau pendidikan karena keterbatasan biaya.
"Kekuasaan itu kan alat. Alat untuk memperjuangkan saudara-saudara kita yang tertindas, alat untuk memperjuangkan saudara-saudara kita yang masih miskin."
Banyak anak yang sudah putus sekolah ternyata enggan kembali bersekolah, bahkan sebagian sudah melewati usia sekolah dasar.
Lebih lanjut, dia menyampaikan bahwa belum semua peralatan Sekolah Rakyat berada di masing-masing lokasi karena terkendala pengiriman dan lain sebagainya.
Sebelum memulai MPLS, para siswa akan menjalani Cek Kesehatan Gratis (CKG) yang meliputi pengecekan tekanan darah, mata, telinga, dan berbagai tes kesehatan lain.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved