Headline
Saat ini sudah memasuki fase persiapan kontrak awal penyelenggaraan haji 2026.
Saat ini sudah memasuki fase persiapan kontrak awal penyelenggaraan haji 2026.
DALAM penanganan kanker pada anak, penemuan kasus secara dini menjadi kunci utama yang akan meningkatkan kualitas pengobatan dan harapan sembuh. Karena itu, setiap orangtua perlu memerhatikan perubahan-perubahan mencurigakan pada diri anak yang bisa jadi mengarah pada gejala kanker.
Demikian dikatakan Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular, Kementerian Kesehatan, dr. Cut Putri Arianie, MHKes, pada webinar membahas kanker anak yang digelar Yayasan Onkologi Anak Indonesia (YOAI), Sabtu (30/1).
“Orangtua paling bertanggung jawab dalam mendeteksi gejala awal kanker anak dengan memerhatikan perubahan mencurigakan sekecil apa pun pada diri anak,” ujarnya.
Kanker pada anak, lanjutnya, memang tidak bisa dicegah, namun risikonya bisa ditekan dengan gaya hidup sehat. “Perilaku sehat sejak dini dengan konsumsi makanan sehat, tidak ada anggota keluarga yang merokok, aktif bergerak dan mencegah berat badan berlebihan bisa menurunkan risiko kanker,” imbuhnya.
Pada kesempatan sama, konsultan hematologi onkologi anak dari Fakultas kedokteran Universitas Indonesia/RS Cipto Mangunkusumo (FKUI/RSCM), dr. Endang Windiastuti, Sp.A(K), memaparkan sejumlah gejala kanker anak yang perlu diperhatikan orangtua.
Pertama, jika anak sering demam hilang timbul dan nyeri tulang, timbul lebam biru-biru pada kulit tanpa terbentur, patut dicurigai sebagai gejala leukemia.
Timbulnya benjolan di leher, bisa jadi gejala kanker limfoma. Bintik pada mata, mungkin gejala retinoblastoma (kanker mata). Ketika perut anak terus membesar, kemungkinan itu tumor ginjal/limfoma.Benjolan di kaki setelah trauma, bisa jadi gejala osteosarkoma (kanker tulang).
Gejala yang juga perlu diwaspadai ialah ditemukannya massa (benjolan) di rongga dada, rongga perut, atau wajah, serta sakit kepala dan pucat tanpa sebab. Jika menemukan gejala-gejala tersebut, orangtua diimbau untuk segera memeriksakan anaknya ke rumah sakit.
“Semakin dini kanker anak ditemukan dan diobati, peluang sembuhnya besar. Perlu diingat, jika memiliki anak yang mengidap kanker, keluarga jangan menutup diri, carilah dukungan dari keluarga besar dan teman, hindari konflik di antara anggota keluarga,” saran dr Endang.
Ia menambahkan, dari data RSCM 2015 – 2019, lebih dari 50% kanker anak merupakan jenis leukemia akut. Lalu, jenis kedua terbanyak ialah retinoblastoma. (Nik/OL-09)
Dukungan psikososial
Pembicara lain, psikiater anak FKUI/RSCM, Prof. dr. Tjhin Wiguna, SpKJ (K), menekankan pentingnya dukungan psikososial bagi anak pengidap kanker. Mengingat, penanganan kanker membutuhkan waktu lama sehingga memengaruhi perkembangan anak dan remaja, dan berdampak pada masalah emosi dan perilaku.
“Masalah paling sering adalah ketakutan dan kecemasan terhadap berbagai prosedur medis dan serangan panik saat berada dalam kondisi sulit,” ujar dr. Tjhin.
Masalah lain ialah ketidakmampuan mengikuti sekolah (absen lama karena harus bolak balik dirawat di rumah akit) dan tidak bisa mengikuti kegiatan anak-anak pada umumnya. Mereka juga merasa berbeda dengan anak-anak lain.
“Anak pengidap kanker membutuhkan dukungan psikososial. Dukungan juga perlu diberikan pada orangtuanya atau keluarga. Mengikuti komunitas kanker akan sangat berguna agar anak maupun orangtua bisa menerima kondisi mereka,” saran dr Tjhin.
Sektor kesehatan di Indonesia kini memasuki fase baru dengan hadirnya teknologi pemindai PET/CT Biograph Vision Quadra di RS EMC Grha Kedoya.
Penelitian menemukan konsumsi protein hewani tidak meningkatkan risiko kematian, bahkan dapat memberikan perlindungan terhadap kematian akibat kanker.
Memperingati Hari Kanker Paru-Paru Sedunia, sebuah seminar kesehatan bertajuk Kenali Kanker Paru Sejak Dini digelar.
Sarkoma adalah kanker yang berasal dari jaringan mesenkim, lapisan yang dalam tubuh manusia berkembang menjadi jaringan ikat, otot, lemak, pembuluh darah, hingga tulang.
Menurut Senior Consultant Medical Oncology di Parkway Cancer Centre, Dr Richard Quek, terdapat lebih dari 70 subtipe sarkoma yang dikenal saat ini.
Asap ganja memiliki kandungan kompleks yang terdiri dari tetrahydrocannabinol (THC) yang menciptakan efek euforia, partikel halus, serta zat karsinogen yang juga terdapat dalam tembakau.
Sektor kesehatan di Indonesia kini memasuki fase baru dengan hadirnya teknologi pemindai PET/CT Biograph Vision Quadra di RS EMC Grha Kedoya.
Dorongan untuk hidup lebih sehat, lebih lama, dan lebih baik kembali digaungkan melalui ajang AIA Vitality Live 2025.
Berdasarkan data pada 2023, terungkap Kalimantan Barat hanya memiliki dua sistem MRI dengan jumlah penduduk mencapai 5 juta jiwa.
Memperingati Hari Kanker Paru-Paru Sedunia, sebuah seminar kesehatan bertajuk Kenali Kanker Paru Sejak Dini digelar.
RiskesdasĀ 2018 menunjukkan bahwa 35,4% penduduk dewasa Indonesia mengalami obesitas, dengan angka tertinggi tercatat di DKI Jakarta (43,2%).
Pemerintah Singapura telah melarang penggunaan vape karena penambahan zat berbahaya seperti Etomidate ke dalam alat penguap elektronik itu menimbulkan bahaya serius pada penggunanya.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved