Headline

Hakim mestinya menjatuhkan vonis maksimal.

Fokus

Talenta penerjemah dan agen sastra sebagai promotor ke penerbit global masih sangat sedikit.

Jangan Anggap Sepele Gejala Sering Pipis, Bisa Jadi Gejala OAB

Mediaindonesia.com
29/1/2021 13:13
Jangan Anggap Sepele Gejala Sering Pipis, Bisa Jadi Gejala OAB
OAB adalah masalah pada fungsi penyimpanan kandung kemih yang menyebabkan dorongan untuk buang air kecil secara mendadak.(Ist)

 ANDA sering buang air kecil? Atau tanpa disengaja air seni keluar tanpa bisa ditahan. Jika iya, berarti ada gejala overactive bladder atau disebut OAB di dalam kandung kemih anda. Lalu apa itu OAB dan apa penyebabnya?

Dokter Spesialis Urologi-Konsultam Urologi wanita dan neoro-Urologi, dr.Harrina E Rahardjo,Sp.U(K), Phd., dari Siloam Hospitals Asri menjelaskan, kandung kemih overaktif atau overactive bladder (OAB) adalah masalah pada fungsi penyimpanan kandung kemih yang menyebabkan dorongan untuk buang air kecil secara mendadak dan tidak bisa dikontrol atau keluarnya urine tanpa disadari (inkontinensia urine).

"Penyebab utama adalah pada overactive bladder, terdapat  kesalahan pengiriman sinyal antara otak dan kandung kemih. Otot kandung kemih berkontraksi terlalu awal walaupun kandung kemih belum penuh. Kontraksi ini memicu rasa ingin buang air kecil lebih sering dari biasanya," tutur dr. Harrina E Rahardjo,Sp.U(K), Phd, pada webinar kesehatan yang digelar Siloam Hospitals Asri dengan tema  "Jangan Anggap Sepele, Wanita Sering "Pipis" atau "Beser", Kamis (28/1) di Jakarta Selatan.

Dalam presentasinya, Herina menjelaskan bahwa organ ginjal berfungsi menyaring darah dan menghasilkan urine. Urine yang terbentuk lalu dialirkan menuju kandung kemih untuk ditampung sementara. Pada ujung kandung kemih, terdapat sfingter (otot berbentuk cincin) yang menahan urine agar tidak keluar.

"Secara normal, ketika kandung kemih mulai penuh, otak akan mengirimkan sinyal menuju saraf kandung kemih untuk segera buang air kecil. Otot kandung kemih pun berkontraksi (meremas), sfingter terbuka, dan urine akhirnya keluar dalam proses buang air kecil," imbuhnya.

Menurut Harrina, terdapat sejumlah kondisi penyebab overactive bladder, yaitu gangguan saraf, akibat stroke atau multiple sclerosis, infeksi saluran kemih dengan gejala yang mirip kandung kemih overaktif, perubahan hormon selama menopause, kerusakan saraf akibat penyakit diabetes, aanya tumor atau batu pada kandung kemih. 

Bisa juga karena pembesaran prostat, sembelit, atau efek samping operasi dan Konsumsi obat-obatan yang meningkatkan produksi urine.

"Dan mengkonsumsi alkohol serta kafein atau terjadi penurunan fungsi kandung kemih seiring bertambahnya usia," ungkap Harrina. 

OAB merupakan sebuah gangguan dan umum dialami manusia lanjut usia. Meski demikian hal ini bukan berarti boleh dianggap wajar.

Jika gejala yang Anda alami mulai mengganggu kehidupan sehari-hari, dokter spesialis urologi-konsultan urologi wanita dan neoro-urologi, dr Harrina  dari Siloam Hospitals Asri menyarankan agar segera ke dokter guna konsultasi untuk penyembuhannya. 

"Dari sisi pengobatan,  bisa melalui pemberian obat paska ditemukan adanya OAB, penggunaab terapi dan alat. Contohnya penanganan latihan otot dasar panggul lalu  stimulasi syaraf," sebut Harrina.

Secara spesifik, penanganan OAB dapat dilakukan dengan sejumlah langkah berikut yaitu anamnesis dan pemeriksaan fisik, pemeriksaan tambahan, seperti cek urin, catatan harian berkemih ( applikasi di Playstore android), quesioner bergejala, past void residua, dan pemeriksaan radiologi dengan USG.

"Mencegah lebih baik dari pada mengobati, karenanya dengan terapi prilaku gaya hidup dan diiringi dengan mengurangi konsumsi kafein, menjaga berat badan, olahraga atau senam dan berhenti merokok merupakan langkah yang ideal," pungkas Harrina. (RO/OL-09)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Deri Dahuri
Berita Lainnya