Headline
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
F-35 dan F-16 menjatuhkan sekitar 85 ribu ton bom di Palestina.
GRAFIK pertumbuhan otak dan fisik anak mengalami peningkatan paling pesat dalam 5 tahun pertama setelah itu mulai melandai. Bila kita tidak bisa mengoptimalkan pertumbuhan itu, sel-sel otak pun tidak tumbuh optimal, dan tidak bisa dikejar lagi setelahnya.
Pernyataan tersebut disampaikan ahli gizi kesehatan ibu dan anak, Prof. Dr. dr. Sandra Fikawati, M.P.H pada diskusi daring yang bertajuk Efek Kekurangan Zat Besi pada Kemampuan Belajar Anak pada Senin (25/1).
Diskusi yang diselenggarakan Danone Specialized Nutrition Indonesia dalam rangka peringatan Hari Gizi Nasional 2021 yang bertema Remaja Sehat Bebas Anemia.
Dalam diskusi tersebut, Prof.Sandra mengatakan bahwa usia 1-6 tahun disebut periode anak pra sekolah. Ini dibagi lagi menjadi dua yaitu usia 1-3 tahun (toddler) dan 3-6 tahun (preschool).
“Pada periode prasekolah khususnya, anak mengalami pematangan organ dan perkembangan motoric yang sangat pesat. Untuk itu diperlukan lingkungan gizi yang memadai,” jelas Prof.Sandra.
“Kekurangan gizi yang terjadi pada masa ini bersifat irreversible bila sudah rusak maka permanen, dan tidak bisa diperbaiki,” jelasnya.
UNICEF (2016) menyebutkan, secara global, jumlah konsumsi makanan sumber hewani anak usia 12-23 bulan sangat kurang. Sekitar 1/3 anak usia 2 tahun hampir tidak mengonsumsi makan sumber hewani sama sekali, atau sangat sedikit mengonsumsinya.
“Pangan hewani sangat penting sebagai sumber protein dan zat besi, yang akan mendukung fungsi kognitif, aktivitas fisik, dan imunitas anak,” tegas Prof.Sandra.
Dalam pemaparannya, Prof.Sandra mengatakan susu memiliki skor cerna protein yang paling tinggi dibandingkan makanan lainnya. Susu yang difortifikasi zat besi mudah diserap usus, terlebih bila susu juga difortifikasi vitamin C.
“ Selain itu susu sangat praktis, dan bentuknya yang cair lebih mudah dikonsumsi oleh anak. Dengan demikian, semua zat gizi dalam susu termasuk fortifikasi zat besi, bisa masuk semua. Susu fortifikasi bisa diberikan untuk anak usia 1 tahun ke atas,” jelasnya.
Sementara itu, Ketua Umum Himpunan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Anak Usia Dini Indonesia (Himpaudi) Pusat. Prof. Dr. Ir. Netti Herawati, M.Si mengatakan hak sehat adalah hak bagi setiap anak Indonesia. Anak berhak mendapat kesehatan dan makanan.
“Anak kekurangan zat besi menunjukkan belum terpenuhinya hak anak mendapatkan makanan dan pendidikan yang berkualitas,” kata Prof.Netti
“Otak anak sudah disiapkna untuk belajar. Pintunya ada dua: nutrisi gizi dan nutrisi hati. Walapun program pendidikan baik, tapi anak kekurangan zat besi, maka pendidikan optimal tidak akan tercapai,” jelasnya.
Ia menegaskan bahwa zat besi merupakan nutrisi yang berfungsi penting untuk perkemabngan otak, termasuk neurotransmitter atau pengantar sinyal saraf.
“Zat besi juga berperan dalam pembentukan myelin saraf, sert berperan meningkatkan kecerdasan dan kemampuan belajar pada anak,” jelasnya.
Dalam diskusi daring disimpulkan bahwa zat besi adalah unsur utama dalam Hb (hemoglobin), uang berfungsi mengantarkan oksigen dari paru ke seluruh tubuh. Defisiensi zat besi membuat konsentrasi Hb dalam darah rendah.
Akibatnya, pasokan oksigen untuk sel-sel tubuh pun berkurang. Padahal, semua sel tubuh sangat membutuhkan oksigen untuk bisa berfungsi optimal.
Dalam sambutannya, Corporate Communications Director Danone Indonesia Arif Mujahidin menyampaikan, 40% populasi masyarakat Indonesia kini adalah Gen Z dan post Gen Z.
“Merekalah cikal bakal untuk memutus mata rantai kekurangan zat besi dalam konsumsi pangan sehari-hari,” ujarnya.
Indonesia kini, menurut Arif, mengalami triple burden terkait nutrisi: obesitas, underweight hingga kurang gizi dan stunting, serta hidden hunger.
“Padahal pangan yang bergizi adalah pondasi untuk infrastruktur bangsa di masa depan. Namun kadang, isu gizi ini tidak terlihat. Apalagi masalah hidden hunger atau kelaparan tersembunyi, seperti defisiensi zat besi,” tutur Arif.
Arif menekankan komitmen Danone SN Indonesia untuk terus ikut serta membangun nutrisi bangsa, sejak tahun 1954 ketika Sari Husada pertama kali berdiri. “Kita jangan pernah lelah membahas isu gizi,” tuturnya. (Nik/OL-09)
Seorang ayah melakukan kekerasan kepada anak usai viral kedapatan tengah melakukan perilaku yang tidak sepatutnya dilakukan.
Peringatan Hari Anak Nasional merupakan bentuk nyata dari penghormatan, perlindungan, dan pemenuhan hak anak sebagai generasi penerus bangsa yang memiliki peran strategis.
Pengawasan orangtua kepada anak saat mengakses gadget dibutuhkan agar anak bisa memahami batasan akses ke jenis-jenis konten yang sesuai untuk usia mereka.
Stimulasi sensorik sendiri melibatkan penggunaan panca indra anak mulai dari penglihatan hingga sentuhan sehingga anak bisa memahami dan berinteraksi dengan lingkungannya.
Ternyata kebiasaan mengakses gadget ini malah membuat pola makan anak menjadi tidak teratur, anak cenderung tidak menyadari rasa lapar.
Anak yang terpapar lagu-lagu dari lingkungannya perlu bimbingan orangtua untuk mengarahkan referensi musik yang lebih sesuai kepada anak dan menikmatinya bersama.
Pemerintah sangat sadar asupan gizi berperan dalam meningkatkan dan mendukung perkembangan kecerdasan anak, terutama pada periode 1.000 hari pertama kehidupan.
Dalam konteks manusia, susu yang paling umum dikonsumsi berasal dari sapi, meskipun ada juga yang berasal dari kambing, kerbau, dan bahkan nabati seperti susu kedelai, almond, dan oat.
GUNA mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat, BRI mewujudkannya lewat pemberdayaan klaster usaha 'Klasterkuhidupku'. Program ini menjadi wadah yang dapat dimanfaatkan oleh pelaku UMKM
ADB pada anak terjadi bila anak tidak mendapatkan asupan zat besi yang cukup melalui makanan.
Bagi anak-anak, susu memiliki peranan penting dalam mendukung pertumbuhan fisik dan perkembangan otak anak, terutama pada usia emas.
Konsekuensi dari konsumsi susu berlebihan adalah anak akan merasa kenyang dan kehilangan selera untuk mengonsumsi makanan lain. Akibatnya, asupan gizi menjadi tidak seimbang.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved