Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Solusi Daur Ulang Sampah Medis

Faustinus Nua
17/1/2021 10:05
Solusi Daur Ulang Sampah Medis
LIMBAH MEDIS INFEKSIUS: Petugas bersiap memroses pembakaran limbah medis dengan menggunakan mesin incinerator di Dawuan, Jawa Barat.(ANTARA/ Muhamad Ibnu Chazar)

DI tengah upaya memerangi pandemi covid-19, masyarakat kini dihadapkan pada permasalahan baru yaitu pencemaran lingkungan akibat meningkatnya sampah medis. Selama pandemi, plastik banyak digunakan sebagai bahan baku APD (alat pelindung diri) berupa masker kesehatan, tutup kepala, sarung tangan, dan sebagainya. Hal ini  menyebabkan peningkatan sampah plastik di lingkungan yang berpotensi meningkatkan  mikroplastik di perairan dan laut.

“Semenjak masa pandemi, penggunaan masker medis pada masyarakat umum semakin meningkat, sehingga perlu antisipasi terhadap limbah masker medis,” ungkap Deputi bidang Ilmu Pengetahuan Teknik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Agus Haryono dalam keterangan resmi, Minggu (17/1).

Agus menyebut saat ini Pusat Penelitian Kimia LIPI telah mengembangkan berbagai metode untuk mendaur ulang masker medis, dengan metode kristalisasi. “Metode ini terbilang mudah diterapkan untuk berbagai jenis plastik bahan baku APD seperti polipropilena, polietilena, polistirena, maupun polivinil klorida. Kualitas produk hasil daur ulang terjamin tetap tinggi, karena tidak terdegradasi oleh pemanasan,” ujar Agus.

Peneliti Pusat Penelitian Kimia LIPI Sunit Suhendra mengungkapkan, bahan sampah medis yang sangat ringan karena mengandung lebih dari satu bahan plastik atau polimer sulit didaur ulang. Selain itu juga minimnya metode daur ulang yang ada.

Menurutnya, metode pengolahan sampah plastik yang ada selama ini meliputi pembakaran, daur ulang dengan cara pelelehan kembali untuk membentuk granula atau pelet. Metode ini pun terkendala proses pengumpulan dan pra pemilahan yang tidak mudah, serta kemungkinan persyaratan sterilisasi sebelum dilakukan langkah-langkah pendaur-ulangan.

“Dengan metode kristalisasi memungkinkan terjadinya degradasi yang sangat rendah karena tidak adanya shear dan stress seperti pada proses daur ulang biasa. Hal ini menghasilkan plastik kristal yang dapat digunakan lagi dengan kualitas sangat baik,” jelas Sunit.

Selain dapat diterapkan pada hampir semua jenis plastik seperti  PE (Polyethylene), PP (Polypropylene), PVC (Polyvinyl Chloride), PS(Polystyrene), demikian Sunit, metode kristalisasi juga memiliki banyak keunggulan.

Keunggulannya antara lain menghasilkan plastik daur ulang berupa serbuk; minim kerusakan struktur dan memiliki kemurnian produk daur ulang yang tinggi sehingga dapat digunakan lagi untuk keperluan yang sama; serta dapat dikembangkan sehingga sterilisasinya dapat dilakukan in-situ dalam rangkaian proses daur ulang.

“Tahapan-tahapan dalam proses daur ulang plastik medis dengan rekristalisasi ini meliputi pemotongan plastik bila diperlukan, pelarutan plastik, pengendapan pada antipelarut, dan penyaringan sehingga diperoleh suatu plastik murni tanpa degradasi yang memiliki manfaat/fungsi dapat digunakan lagi sebagai plastik untuk tujuan medis dengan kualitas yang serupa,” terang Sunit.

Lebih lanjut ia berharap hasil penelitian yang telah terdaftar dalam paten itu dapat diterapkan dan berguna dalam menyelesaikan masalah sampah medis akibat pandemi yang tengah terjadi.(H-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Soelistijono
Berita Lainnya