Headline

Berdenyut lagi sejak M Bloc Space dibuka pada 2019, kini kawasan Blok M makin banyak miliki destinasi favorit anak muda.

Fokus

PSG masih ingin menambah jumlah pemain muda.

Menyoal Kemanjuran Vaksin Covid-19

SURYANI WANDARI PUTRI PERTIWI
06/1/2021 05:25
Menyoal Kemanjuran Vaksin Covid-19
(Sumber: Kemenkes/Antara/Tim MI/Riset MI-NRC/ Foto: AFP/ Grafis: SENO)

PADA Agustus 2020, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil menjalani penyuntikan percobaan vaksin covid-19 buatan Sinovac di Puskesmas Garuda, Kota Bandung. Vaksin mengandung virus yang sudah dilemahkan (inactivated) itu disuntikkan di lengan kiri Kang Emil, demikian ia biasa disapa

Selama 5 menit, Kang Emil merasakan pegal, cenat-cenut, dan mati rasa di sepanjang tangan kirinya. Namun setelahnya, kondisi kembali normal. “Alhamdulillah normal, hanya jadi
rada mengantuk dan lapar yang tidak biasanya,” kicaunya di laman Instagram.

Penyuntikan vaksin kedua telah dilakukan pada Desember 2020 lalu dan menunggu kesimpulan pemerintah pusat apakah vaksin ini layak diproduksi atau tidak. Bersyukur, selama menjalani uji coba vaksin covid-19 itu Kang Emil mengaku kondisinya sehat.

Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran Dr dr Yulia Sofi atin SpPD menyampaikan, vaksin covid-19 menjadi harapan untuk mendorong tubuh menciptakan antibodi sehingga mampu melawan serangan virus korona.

Pasalnya, antibodi terhadap covid-19 hanya bertahan 3-4 bulan pada orang yang sudah sembuh. Karena itu, terjadi beberapa reinfeksi atau orang yang sudah sembuh kemudian sakit lagi. Hal itu didapat dari dua studi terakhir

Ia menegaskan vaksin dinyatakan aman jika tidak ada efek samping, atau efek sampingnya ringan, tidak ada kejadian ikutan pascaimunisasi (KIPI), atau KIPI yang ringan seperti demam dan nyeri.

“Keamanan vaksin dapat dilihat pada laporan uji klinis fase 1 dan 2. Tanpa bukti hasil uji klinis fase 1 dan 2 yang baik, maka uji klinis fase 3 tidak dapat dilaksanakan,” kata Yulia dalam keterangan resmi, Jumat (1/1).

Artinya, sambung Yulia, jika sebuah vaksin sedang atau akan menjalani uji klinis fase 3, seperti vaksin Sinovac di Bandung yang melibatkan lebih dari 1.600 relawan, dapat diduga bahwa vaksin tersebut terbukti aman.

Menurut anggota tim uji klinis vaksin covid-19 Unpad itu, uji klinis fase 3 akan memastikan berapa banyak orang yang mendapat vaksin akan terkena penyakit covid-19 jika dibandingkan dengan orang yang mendapat plasebo (vaksin kosong).

“Jika mereka yang mendapat vaksin covid-19 jauh lebih sedikit mengalami sakit dibandingkan dengan mereka yang mendapat vaksin kosong dan secara statistik perbedaannya signifi
kan, maka vaksin tersebut efektif dalam situasi penelitian. Efektivitas dalam masyarakat umum masih harus dibuktikan lebih lanjut,” lanjut Yulia.

Ia menyatakan, jika vaksin yang diuji saat ini hanya mampu melindungi kita selama, misalnya 3 bulan dengan efikasi (kemanjuran) yang tinggi, maka tetap akan lebih baik mendapat vaksin daripada tidak mendapat vaksin.


Hoaks


Sementara itu, sebuah informasi viral di media sosial yang mengutip sebuah jurnal menyebutkan bahwa vaksin covid-19 mampu membesarkan alat kelamin pria hingga 20%. Prof
Dr dr Ari Fahrial Syam SpPD-KGEH, guru besar pada Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI-Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, menyatakan bahwa itu tidak benar. “Itu hoaks, sampai sekarang tidak ada informasi mengenai efek samping tersebut,” kata Ari kepada Media Indonesia, Senin (4/1).

Sejumlah laman pencari fakta juga menyatakan bahwa informasi tersebut tidak benar. ‘Selain dari kasus pasien dengan riwayat reaksi alergi dan tidak ada efek tersebut yang berhubungan dengan pembesaran penis’, tulis dubawa.org dan pesacheck.org. (H-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Triwinarno
Berita Lainnya