Headline

Kemenu RI menaikkan status di KBRI Teheran menjadi siaga 1.

Fokus

PSG masih ingin menambah jumlah pemain muda.

Pendidikan Karakter Bisa Diajarkan lewat Sastra Lisan

Humaniora
05/12/2020 18:30
Pendidikan Karakter Bisa Diajarkan lewat Sastra Lisan
Istana Pagaruyung di Kabupaten Tanah Datar, Sumatra Barat.(Dok. Dinas Pariwisata Sumatra Barat)

Sastra lisan sebagai salah satu kearifan lokal yang mengandung nilai luhur budaya Minangkabau bisa dimanfaatkan sebagai media pembelajaran untuk pendidikan karakter bagi siswa di Sumatra Barat.

"Sastra lisan memiliki nilai luhur yang bisa menjadi pedoman dalam kehidupan. Ia juga bersifat fleksibel sehingga sangat bisa dimanfaatkan untuk menyampaikan materi pendidikan penguatan karakter," kata pengamat Budaya dari Universitas Andalas Eka Meigalia, M.Hum di Padang, Sabtu (5/12).

Salah satu contoh kesenian berbasis sastra lisan, kata Ega, adalah  salawat dulang. Salawat dulang atau salawat talam merupakan sastra lisan Minangkabau yang bertema Islam. Kesenian ini menampilkan dua orang yang membacakan hafalan teks diiringi tabuhan dulang, nampan kuningan berdiameter 65 centimeter.

Baca juga: Banjir di Kota Medan Berangsur Surut

Menurut dia seniman tradisi yang berbasis sastra lisan di Minangkabau adalah orang yang telah "masak" dalam gelanggang. Mampu berinteraksi dan berimprovisasi sangat baik dengan penonton. Kemampuan itu membuat penampilan terasa lebih "cair" dan terasa dekat dengan penonton.

Improvisasi itu bisa pula menjadi kunci untuk memasukkan materi penguatan karakter Pelajar Pancasila yang memiliki enam ciri utama, yaitu bernalar kritis, kreatif, mandiri, beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia, bergotong royong, dan berkebinekaan global.

Eka mengatakan, di tengah pandemi, pementasan seni tradisi yang melibatkan banyak orang menjadi tidak mungkin untuk dilakukan. 
Untuk menjembatani hal tersebut, saat ini pentas seni tradisi  dilakukan melalui beberapa platform media sosial.

"Live" di media sosial seperti facebook, instagram, zoom dan aplikasi serupa membuka ruang untuk terus berlanjutnya pementasan seni tradisi dengan menerapkan protokol kesehatan.

Eka menyebut telah menggagas dan melaksanakan ide itu lewat "Marantang Curito", sebuah fasilitasi kebudayaan dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang dinilai sukses membawa panggung ke dunia maya.

"Sarana media sosial juga sudah sangat familiar bagi generasi muda sehingga kemungkinan penerimaannya bisa lebih baik pula," ujarnya.

Salah seorang siswa di Kota Padang, Andini menyebut ia menghabiskan cukup banyak waktu untuk mengakses media sosial. Hampir semua waktu senggang ia menyempatkan melihat akun media sosialnya. Jika ada konten yang menarik, apalagi viral, ia biasanya menghabiskan waktu lebih banyak untuk mencermatinya.

Ia menilai materi pembelajaran melalui media sosial adalah wacana yang menarik. (Ant/H-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : HUMANIORA
Berita Lainnya