Headline
AS ikut campur, Iran menyatakan siap tutup Selat Hormuz.
Tren kebakaran di Jakarta menunjukkan dinamika yang cukup signifikan.
MESKI pandemi covid-19 masih melanda dunia, faktanya sejumlah pelancong sudah tak sabar untuk melakukan perjalanan wisata lagi. Salah satunya terungkap berdasarkan data Tourism of Australia.
Dari data tersebut, sebagaimana dipaparkan Wakil Kepala Perwakilan RI KBRI Canberra, Mohammad Syarif Alatas, Indonesia masih menduduki peringkat kedua tujuan wisata favorit untuk dikunjungi. Menurut dia, Pulau Bali menduduki peringkat pertama yang dipilih publik Australia untuk dikunjungi sejumlah 67%.
"Setelah pandemi, Indonesia tetap menjadi tujuan wisata favorit berdasarkan data travel wish list warga Australia. Warga Australia banyak menanyakan kapan pintu wisata (Indonesia) akan dibuka. Mereka bertanya melalui telepon maupun email," kata Syarif pada diskusi webinar melalui aplikasi Zoom yang diselenggarakan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf/Baparekraf), Rabu (25/11).
Pada diskusi bertema 'New Visa Policy Challenges and Opportunities for Tourism in the New Normal' itu, Syarif melanjutkan, pihaknya telah melakukan berbagai upaya di antaranya sosialisasi kebijakan visa online kepada warga Australia, rangkaian webinar promosi pariwisata Indonesia, melaporkan perkembangan covid-19 di Indonesia, dan berpartisipasi pada sejumlah event di antaranya pada ASEAN Village, Festival Multiculture, dan lainnya.
Duta Besar RI untuk Malaysia, Hermono, memaparkan hal sebaliknya. Pariwisata merupakan sektor yang betul-betul menjadi fokus perhatian Pemerintah Diraja Malaysia. Sama seperti di negara lainnya, sektor pariwisata Malaysia juga betul-betul terpukul imbas covid-19.
"Malaysia membatalkan kampanye Visit Malaysia 2020 yang menargetkan 30 juta wisatawan dan pendapatan RM100 miliar. Malaysia ketat melakukan pembatasan seperti mobilitas di dalam maupun ke luar melalui Movement Control Order (MCO). Boleh dibilang pariwisata Malaysia mati karena sama sekali tidak ada aktivitas sejak 18 Maret 2020," papar Hermono.
Meski pada Juni 2020 Pemerintah Malaysia melonggarkan MCO, warga mereka belum diperkenankan bepergian ke luar negeri, utamanya ke negara yang masih berstatus zona merah. Di sisi lain, Malaysia mengambil kebijakan visa dengan memperkenankan turis melakukan perjalanan wisata kesehatan.
"Wisata kesehatan sudah dibuka bagi turis yang ingin melakukan pengobatan di Malaysia, tapi masih terbatas dari negara zona hijau. Pasien yang diterima statusnya darurat saja," papar dia.
Selain itu, Malaysia juga mempersilakan bagi masuknya orang asing dengan tujuan bisnis dan pekerjaan. Warga Malaysia sendiri, lanjut Hermono, belum memiliki animo untuk bepergian ke luar negeri.
"Sebanyak 73% orang Malaysia malas ke luar negeri dan lebih memilih berwisata di dalam negeri saja. Dalam konteks ini, meski Indonesia memberi kelonggaran, tapi kebijakan Malaysia tidak memungkinkan," ujarnya.
Tahun depan, Hermono memprediksi tren pariwisata Malaysia belum banyak berubah. "Tren 2021 belum banyak berubah sepanjang kondisi covid-19 masih meningkat. Ada beberapa peristiwa yang masih meningkatkan covid-19 di Malaysia," tutur dia.
Wakil Kepala Perwakilan RI KBRI Manila, Rahmanto, memaparkan kemungkinan potensi warga Filipina melakukan perjalanan wisata ke Indonesia. Status karantina telah dicabut secara bertahap. Sementara covid-19 masih fluktuatif.
"Filipina juga terus mencari celah dan jalan agar kegiatan ekonomi dapat bergerak. Destinasi wisata sudah mulai membuka pintu wisatawan domestik, tapi sangat ketat," jelasnya.
Deputi Bidang Pemasaran Pariwisata Kemenparekraf/Baparekraf, Nia Cahaya, menerangkan, kegiatan ini untuk mendapatkan update dari sosialisasi yang telah dilakukan melalui forum serupa pada 19 November lalu. Pemerintah, kata Nia, menerbitkan kebijakan visa baru di tengah pandemi covid-19 untuk menggaet wisatawan asing dalam rangka membangkitkan kembali pariwisata Indonesia.
“Bagaimana persepsi pasar terhadap Indonesia, Apakah demand sudah muncul? Bagaimana juga pandangan mereka dengan adanya new visa policy. Ini yang ingin kita ketahui,” kata Nia.
Menurut dia, Indonesia tengah mempersiapkan diri dalam segala sektor, khususnya pariwisata yang terus berbenah dan beradaptasi dengan era kebiasaan baru. Tujuannya, kata Nia, ketika pembatasan perjalanan karena covid-19 dibuka oleh negara-negara di dunia, maka Indonesia telah siap dengan berbagai macam infrastrukturnya untuk menyambut kedatangan wisatawan yang ingin berlibur ke Tanah Air.
“Kita tengah bersiap. Ketika border dibuka, kita sudah siap. Sektor pariwisata amat berdampak dan paling lama pemulihannya. Tapi kita harus bangkit,” tuturnya.
Saat ini, Indonesia tengah dihadapkan pada situasi yang seakan bertolak belakang. Di satu sisi semua sektor harus terlibat aktif menekan laju pertumbuhan covid-19, namun di sisi lainnya, sektor pariwisata harus tetap bergeliat.
“Maka, kita sudah menerbitkan panduan sebagai petunjuk protokol kesehatan bagaimana penerapan protokol kesehatan di destinasi wisata. Kami merespon dari demand pasar adanya sertifikasi usaha yang terkait protokol kesehatan melalui kampanye CHSE. Destinasi yang telah memiliki sertifikat Indonesia Care berarti dia telah menerapkan protokol kesehatan di tempat tersebut. Ini dalam rangka merebut pasar pariwisata,” kata dia.
Nia berharap pelaku pariwisata tetap optimistis menyambut era new normal. “Kami berharap industri optimis. Kita bersiap untuk lebih memperbaiki usaha kita yang lebih aware terhadap protokol kesehatan,” tegas Nia.
Direktur Pemasaran Pariwisata Regional I Kemenparekraf/Baparekraf, Vinsensius Jemadu mengakui jika pariwisata merupakan sekor yang paling parah terdampak pandemi. Namun, kata dia, situasi ini hendaknya tak membuat semangat kita untuk mengendur.
"Pariwisata adalah sektor yang paling parah terdampak. Satu hal yang tak bisa diubah covid-19 adalah semangat dan komitmen kita. Acara ini kita selenggarakan sebagai upaya menciptakan kepercayaan pasar. Kita mulai pada 19 November lalu, kita update buyers kita di luar negeri. Negara pesaing kita juga mengincar pasar sama. Kita tidak ingin pasar kita beralih,” tuturnya. (RO/OL-09)
Peningkatan kualitas pariwisata dapat mendorong layanan yang lebih baik, pemberdayaan SDM, dan pengalaman positif yang merata.
Gubernur Jateng Ahmad Luthfi mengembalikan status internasional Bandara Ahmad Yani dan mendorong sektor pariwisata serta investasi di Jawa Tengah.
Nilai transaksi BBTF 2025 diperkirakan mencapai Rp7,84 triliun. Angka ini menunjukkan peningkatan sebesar 3% dibanding 2024.
Chiang Rai hadir sebagai destinasi dengan udara sejuk, ketenangan, serta deretan lokasi ikonik yang sarat akan seni dan nilai spiritual.
WAKIL Ketua Komisi VII DPR RI Evita Nursanty mengapresiasi langkah Presiden Prabowo Subianto yang mencabut izin usaha pertambangan (IUP) empat perusahaan tambang di Raja Ampat
Adanya aktivitas pertambangan di pulau kecil di Raja Ampat, berisiko merusak potensi ekonomi kreatif dan mereduksi kepercayaan dunia terhadap brand pariwisata Indonesia.
JAGA Pemilu khawatir pelanggaran dalam pemilihan umum (pemilu) menjadi kebiasaan yang diwajarkan alis ‘new normal’di masa depan.
Konsekuensi daerah yang telah ditetapkan berada di level 1 berarti kegiatan masyarakat bisa dikatakan dapat beroperasi normal dengan kapasitas maksimal 100% di berbagai sektor.
Rumah mengangkat konsep Tropical Modern ramah lingkungan dan didesain untuk menjawab kebutuhan hunian di era new normal.
Peningkatan pendapatan omzet tersebut mencapai Rp20 juta, dari sebelumnya hanya Rp3 juta per dua pekan akibat adanya pemeriksaan covid-19 di perbatasan.
Anies Baswedan mengemukakan tidak menutup kemungkinan akan menutup tempat usaha maupun wisata apabila saat dibuka kembali ditemukan pengunjung atau orang yang terpapar covid-19.
Kepatuhan dan kesadaran diri sendkri untuk selalu taat pada protokol kesehatan jadi kunci untuk menurunkan kasus penularan Covid-19 di Ibu kota.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved