Headline
Presiden Trump telah bernegosiasi dengan Presiden Prabowo.
Presiden Trump telah bernegosiasi dengan Presiden Prabowo.
Warga bahu-membahu mengubah kotoran ternak menjadi sumber pendapatan
DOSEN IPB University dari Departemen Geofisika dan Meteorologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (GFM-FMIPA), Dr Perdinan angkat bicara soal fenomena La Nina. Menurutnya, dampak positif dan negatif dari La Nina adalah dua sisi yang harus dikelola dengan baik.
Ia menjelaskan, La Nina sangat berdampak bagi Indonesia, terutama jika fenomena tersebut terjadi di musim penghujan pada wilayah yang bertipe iklim monsunal, yaitu wilayah yang memiliki curah hujan tinggi saat akhir dan awal tahun.
“Secara umum, jika La Nina terjadi di musim hujan maka dampaknya akan lebih besar, khususnya pada wilayah yang bertipe iklim monsunal. Seperti mayoritas Pulau Jawa, sebagian Sumatera, Bali dan di sebagian Nusa Tenggara Timur (NTT). Akibatnya, La Nina akan menjadikan musim hujan bertambah lama dan curah hujan akan lebih tinggi,” kata Dr Perdinan dilansir dari laman IPB University.
Ia tak menampik bahwa dengan kondisi curah hujan yang lebih tinggi, potensi banjir bagi wilayah yang rentan juga semakin tinggi. Namun, Dr Perdinan menilai La Nina tidak selamanya identik dengan banjir.
Menurutnya, penambahan curah hujan tidak berarti harus selalu banjir. Fenomena ini juga dapat memberikan dampak positif sebab pasokan air menjadi lebih banyak.
"Kalau terjadi pada wilayah persawahan atau rentan banjir, bisa jadi musibah. Tapi jika jatuh di wilayah yang memiliki waduk dan terdapat pembangkit listrik tenaga air, ini bisa jadi berkah sebab menambah jumlah volume air di waduk. Kelebihan tersebut bisa dimanfaatkan untuk pengairan, cadangan air, pengisian waduk atau embung-embung,” urai Pakar Ekonomi Penilaian Informasi Iklim IPB University ini.
Pengalaman lokal
Dampak positif dan negatif dari La Nina, kata Dr Perdinan, bergantung bagaimana memanfaatkan informasi iklim dengan baik. Yang perlu dikembangkan saat ini adalah pemahaman atas fenomena ini, apa saja dampak positif terhadap wilayah dan komoditas yang diamati.
Hal yang juga tak kalah penting adalah memanfaatkan pengalaman lokal, sebab pada hakikatnya La Nina merupakan peristiwa periodik yang muncul berulang antara 3 sampai 7 tahun sekali. Dari situlah bisa ditentukan langkah yang bisa dilakukan agar dampak negatif La Nina bisa dihindari dan dampak positifnya bisa dimanfaatkan.
“Iklim adalah sumberdaya. Kalau kita bisa memanfaatkannya dan mengubah pola perilaku kita, itu akan berdampak positif. Misalnya ketika lahan pertanian itu mendapatkan air melimpah yang berpotensi menurunkan produktivitas, maka saluran irigasinya harus dipersiapkan dengan baik. Atau bisa dengan menanam pada luasan yang lebih luas, khususnya di wilayah sawah tadah hujan. Pemetaan luasan potensi dampak La Nina dan peta lahan persawahan sangat diperlukan untuk memberikan informasi respons yang perlu dilakukan dalam pengelolaan risiko iklim tersebut,” terang Sekretaris Pusat Studi Bencana Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) IPB University ini.
Infrastruktur
Perencanaan pembangunan infrastruktur juga perlu memperhatikan potensi dampak La Nina. Pada wilayah yang sudah sering mengalami dampak La Nina, lanjut Dr Perdinan, maka pembangunan waduk atau media tampung air perlu mempertimbangkan potensi dampak La Nina ini.
Dengan begitu, volume waduknya bisa ditambah atau kekuatan struktur waduk disesuaikan dengan periode ulang dan potensi jumlah air yang akan jatuh di wilayah itu.
“Jika kita sudah tahu akan ada air yang jatuh sebanyak 20 liter, masa kita beli ember yang kapasitasnya hanya 5 liter? Ya pasti meluber dong,” pungkasnya. (H-2)
Penghargaan dari Bupati Sukabumi ini diberikan sebagai bentuk apresiasi atas upaya BWA bersama ratusan NGO dan relawan yang terlibat dalam aksi penanganan tanggap darurat bencana.
Sejumlah pemukiman warga terendam banjir akibat hujan lebat yang terjadi serta adanya tanggul yang jebol.
Korban bencana banjir dan tanah longsor yang terjadi di Desa Megamendung, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, menerima bantuan dari PT Pertamina Gas
Prakiraan BMKG potensi cuaca ekstrem dalam tiga hari ke depan berpotensi melandai di Jabodetabek. Tapi masih ada potensi angin kencang di Banten
Banjir tengah melanda berbagai daerah di Indonesia, tidak terkecuali Jabodetabek. Hal itu menimbulkan dampak yang berbahaya bagi masyarakat, khususnya penyebaran penyakit leptospirosis.
Meskipun merupakan sebuah bencana, fenomena banjir tidak jarang dimanfaatkan oleh anak-anak untuk bermain air.
Berdasarkan prakiraan cuaca BMKG, sebagian besar wilayah Jakarta berpotensi mengalami hujan dengan intensitas ringan, pada Senin 14 Juli 2025.
Warga DKI Jakarta dan sekitarnya yang beraktivitas di ibu kota diimbau waspada akan adanya hujan pada hari ini, Kamis 10 Juli 2025.
Penduduk DKI Jakarta dan juga warga di sekitarnya yang berkegiatan di ibu kota diminta kembali waspada. Berdasarkan prakiraan cuaca BMKG, sejumlah wilayah Jakarta diperkirakan hujan.
Selain rob, hujan deras yang mengguyur Jakarta dan sekitarnya juga menaikkan status sejumlah pos pantau dan pintu air menjadi siaga hingga siaga 1 atau bahaya.
Imbauan waspada kepada seluruh warga DKI Jakarta dan sekitarnya. BMKG memprakirakan seluruh kawasan ibu kota masih akan diguyur hujan pada hari ini.
38 kota besar di Indonesia akan mengalami potensi hujan ringan, hujan sedang, hujan disertai dengan petir, berawan, dan berawan tebal yang akan melanda
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved