Headline
Pemerintah merevisi berbagai aturan untuk mempermudah investasi.
Hingga April 2024, total kewajiban pemerintah tercatat mencapai Rp10.269 triliun.
MENGENAKAN hazmat dan alat pelindung diri lain, para dokter maupun tenaga kesehatan (nakes) rupanya masih tak aman, apalagi nyaman.
Risiko terpapar covid-19 masih membayangi mereka. Apalagi sudah ada bukti ratusan rekan mereka meninggal akibat virus jenis baru yang mematikan itu.
Namun, perasaan itu harus mereka sembunyikan rapat demi pelayanan terbaik kepada para pasien yang masih berdatangan.
“Risiko paling besar terpapar covid-19 memang bukanlah pada saat memeriksa pasien melainkan saat pergantian sif karena ada interaksi antara para nakes,” ujar dr Rica Anriz.
Menurut dokter umum, anggota IDI Cab Palembang itu, sudah ada tiga dokter di lingkuingan kerjanya yang terinfeksi dan meninggal selama pandemi ini. “Tentu ini membuat kami harus berjuang lebih keras lagi. Di sini tidak ada dokter pengganti, maka kami menambah jam kerja.”
Di rumah sakit tempat Rica bertugas, dokter terbagi atas dua pelayanan, yakni untuk pasien covid-19 dan instalasi gawat darurat . Jika ada satu dokter saja yang terpapar, yang lain harus saling backup.
Hari-hari Rica terasa makin berat saat harus menahan diri bertemu keluarga. Namun, yang paling berat dia rasakan saat ada tudingan dari pejabat negara bahwa rumah sakit
merekayasa hasil positif dari pasien diduga covid-19 guna mendapatkan bantuan sebesar Rp 200 juta dari pemerintah.
“Sakit banget rasanya dibilang seperti itu. Di sini kami lillahi ta’ala,” ujarnya.
Keadaan yang sebenarnya, terkait APD saja para dokter nakes harus iuran. Hal itulah yang mendorong Rica menyuarakan tagar #savenakes di media sosialnya. Ia
ingin masyarakat tahu dan peduli dengan apa yang telah dilakukan para nakes saat melawan covid-19.
Tagar #savenakes ini juga ramai di Twitter dan media soasial lainnya. “Dalam waktu 48 jam sudah 6 perawat meninggal dunia. Semoga Allah memberikan tempat terbaik untuk mereka. #Savenakes,” tulis @anestesi_fi t_ners dalam unggahannya.
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia Maryanto mengatakan telah meminta Menteri Kesehatan untuk diberikan perlindungan sejak awal.
Apalagi kini para nakes dihadapkan dengan penambahan 90 rumah sakit rujukan yang menandakan peningkatan kasus covid-19, sedangkan pada kenyataannya sudah kewalahan.
“#savenakes bukan karena kami lebih penting, bukan kami merasa pahlawan. akan tetapi, kami adalah benteng pertahanan terakhir menghadapi pandemi ini.
Jika kami kalah, siapa yang akan menggantikan kami di medan laga?” tulis @dpwpatelkijatim. (Suryani Wandari Putri Pertiwi/H-1)
Generasi Beta: Pahlawan atau korban revolusi teknologi? Mari kita bahas.
Dalam dekade terakhir, masyarakat Indonesia mulai akrab dengan dunia digital. Mulai dari kakek-nenek hingga cucu telah melek teknologi informasi.
Di era digital yang terus berkembang, transformasi digital bukan hanya sekadar tren. Itu telah menjadi kebutuhan mendesak dalam berbagai bidang, termasuk di bidang kesehatan.
Sistem Informasi Manajemen Puskesmas (Simpus) adalah sebuah sistem digital yang dirancang khusus untuk membantu Puskesmas dalam mengelola berbagai informasi kesehatan.
Kalian harus perbanyak minum air putih. Air putih bermanfaat baik untuk kesehatan kulit. Dengan asupan cairan tubuh yang baik maka badan dan kulit menjadi terwat.
Putri Catherine dari Wales mengumumkan sedang menjalani kemoterapi pencegahan untuk mengobati kanker. Tapi apa itu kemoterapi pencegahan?
IDI menyatakan hingga Kamis (17/9) bertambah dokter meninggal dunia. Saat ini ada 117 dokter meninggal. Itu menunj ukkan masyarakat yang masih abai dalam disiplin protokol kesehatan covid-19
Jika dokter sakit bahkan meninggal dunia, maka yang rugi bukan hanya dokter itu, tetapi juga masyarakat luas yang kehilangan tenaga kesehatan.
RENCANA pemerintah mengubah strategi pembangunan kesehatan dari strategi kuratif menjadi promotif untuk mewujudkan peningkatan kualitas kesehatan dinilai sudah tepat
Dari 127 dokter yang wafat, terdiri dari 66 dokter umum dengan 4 di antaranya merupakan guru besar, 59 dokter spesialis dengan 4 di antaranya adalah guru besar, serta 2 orang residen.
"Keteladanan yang ditunjukkan para dokter di masa pandemi ini telah menginspirasi jutaan anak bangsa untuk saling menolong, saling peduli, bersatu-padu meringankan beban sesama.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved