Headline
Disiplin tidak dibangun dengan intimidasi.
Wakil Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) RI, Alue Dohong, sangat antusias ketika berdialog secara daring dengan beberapa anggota Kelompok Tani Hutan Alas Taka (KTH Alas Taka) di Desa Suweto, Kecamatan Muara Samu, Kabupaten Paser, Provinsi Kalimantan Timur. Sebab, dia ingin memastikan sendiri bahwa program penanaman pohon untuk merehabilitasi DAS Kendilo oleh PT Pertamina Hulu Mahakam (PHM) yang bermitra dengan KTH Alas Taka dan Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) Kendilo memang berdampak positif bagi masyarakat sekitar.
Salah seorang warga, Vianti, ibu rumah tangga, mengaku pendapatan keluarga meningkat. “Selain itu, kami diajarkan dan diberi pendampingan oleh PHM dan KPHP tentang teknik yang benar untuk membuat bibit, menyemai, dan menanam,” katanya.
Sarto, wakil warga yang lain, mengungkapkan berkat program rehabilitasi DAS ini KTH Alas Taka makin giat mengusahakan agro-forestry (beras dan jagung), hasil hutan bukan kayu seperti madu kelulut dan kompos, serta pengelolaan jasa lingkungan berupa wisata alam. “Kami ikut menyumbang pada Penerimaan Negara Bukan Pajak melalui kemitraan dengan KPHP Kendilo ini,” tambahnya.
Dialog itu bagian dari webinar bertajuk ‘Rehabilitasi DAS untuk Pemulihan Lingkungan dan Meningkatkan Ekonomi Masyarakat di Masa Pandemi COVID-19’ yang diselenggarakan Kementerian LHK bersama SKK Migas dan PHM, di Jakarta, Senin (14/9).
Wakil Menteri LHK sangat puas dengan testimoni itu. Karena ini membuktikan bahwa kegiatan penanaman pohon untuk merehabilitasi DAS ini selain memulihkan lingkungan dan ekosistem, juga memberi manfaat ekonomi kepada masyarakat sekitar hutan, khususnya di saat pandemi COVID-19.
Bangun kolaborasi
Alue Dohong juga memuji PHM yang berhasil menerapkan strategi PIRAMIDA TINGGI (singkatan dari: Pemberdayaan Masyarakat untuk Melestarikan Hutan demi Ketahanan Energi) dalam pemenuhan kewajibannya selaku pemegang Ijin Pinjam Pakai Kawasan Hutan, melalui rehabilitasi DAS seluas 2.189 hektare di Hutan Produksi Tetap Kendilo itu.
Dengan strategi ini juga terwujud program NAWACITA yang dicanangkan Presiden Joko Widodo, karena berhasil mengintegrasikan tiga elemen. Yakni pemerintah (diwakili KPHP Kendilo), masyarakat (diwakili KTH), dan korporasi (PHM) yang berkolaborasi dan bersinergi mengelola program ini.
Ketiga elemen tersebut memperoleh manfaat. Yaitu melestarikan hutan, mewujudkan masyarakat mandiri dan sejahtera, serta ketahanan energi.
Selain itu, sirna pula potensi konflik di antara para pemangku kepentingan yang biasa terjadi dalam program seperti ini.
PHM juga diuntungkan karena terjadi efisiensi biaya yang signifikan, ketimbang bila pengerjaan proram ini oleh pihak ketiga dan bukan swakelola melalui KTH/masyarakat.
Aplikasi PARIDA
PHM juga menghadirkan inovasi dalam bentuk aplikasi berbasis teknologi geospatial bernama PARIDA atau Penanaman Rehabilitasi DAS. Berkat aplikasi ini setiap pohon yang ditanam tercatat koordinatnya dan dapat dipantau kemajuan kegiatan penanamannya, cukup menggunakan telepon pintar atau pun komputer. Siapa saja, kapan saja dan di mana saja dapat mengakses data mengenai hasil penanaman secara akurat.
“Aplikasi ini dikembangkan sendiri oleh PHM untuk dapat dioperasikan langsung oleh KTH, sehingga merupakan wujud implementasi Industry 4.0 dan Society 5.0,” kata PTH Direktur PHM, Danar Dojoadhi.
Sehingga secara komprehensif, keberhasilan penerapan strategi PIRAMIDA TINGGI ini (termasuk dengan aplikasi PARIDA) telah menghasilkan suatu program pelestarian yang melebihi kepatuhan (beyond compliance program) dan mampu berkontribusi pada People, Planet, Prosperity, Partnership & Peace (5Ps United Nation Sustainable Development Goals 2030).
Kelebihan tersebut adalah: Pertama, pendapatan masyarakat meningkat 44%, sehingga terjadi pula peningkatan 62,5% jumlah masyarakat yang mempunyai akses ke BJPS. Kedua, peningkatan keterlibatan perempuan dalam program, dari awalnya 40% menjadi 62,79% termasuk akses ke aplikasi PARIDA. Ketiga, sejumlah 3.494.700 pohon yang ditanam dapat menyelamatkan cadangan air di DAS Kendilo, dan keberlangsungan ekosistem secara luas.
Keempat, penambahan aset KTH baik berupa uang tunai dan aset tidak bergerak senilai Rp550.000.000. Kelima, konservasi hutan ini berpotensi menyerap emisi CO2 sebesar 223.981 ton/tahun, mencegah banjir dan penggundulan hutan (deforestrasi) serta selaras dengan visi Pertamina untuk menjadi World Class National Energy Company. (RO/OL-10)
Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java (PHE ONWJ) telah menyelesaikan tahapan pemasangan jacket dan topside anjungan lepas pantai OOA.
Selama ini, perbaikan kapal bagi nelayan di Pulau Sabira bukan perkara mudah. Akses yang terbatas mengakibatkan biaya yang dikeluarkan tidak sedikit karena harus dilakukan di pulau lain.
Pertamina menambah pasokan tabung gas LPG 3 kilogram sebanyak 23.520 tabung ke Sragen, Jawa Tengah, untuk mengatasi kelangkaan gas LPG di wilayah itu.
Keberhasilan Pertamina kembali menembus Fortune Global 500 pada 2025 dinilai sebagai bukti bahwa BUMN tersebut telah menerapkan tata kelola (GCG) dengan sangat baik.
Pelatihan difokuskan pada aspek Health, Safety, Security and Environment (HSSE) untuk memastikan seluruh operator dan pengawas SPBU memiliki kapasitas memadai dalam menjaga keselamatan.
PT Pertamina Hulu Energi (PHE), anak usaha Pertamina, melakukan berbagai upaya teknis untuk menahan laju penurunan produksi migas (decline), terutama dari lapangan-lapangan utama.
Kebijakan efisiensi anggaran yang diterapkan pemerintah juga berdampak pada terganggunya program rehabilitasi hutan dan lahan (RHL) serta pengamanan kawasan hutan di Kalimantan Selatan.
Dana RBP REDD+ GCF merupakan dana untuk pengurangan emisi gas rumah kaca melalui upaya perlindungan dan rehabilitasi hutan.
DUTA Besar Kerajaan Norwegia untuk Indonesia dan Timor Leste Rut Krüger Giverin melakukan penanaman bersama dan berdialog dengan lima Kelompok Tani Hutan (KTH) di Kalimantan Selatan.
Bibit pohon yang ditanam, yakni mahoni, durian, jati putih, jabon merah, jambu mente, rambutan, durian musang king, alpukat okulasi, pala, manggis, sukun, bitti, dan jengkol.
MENTERI Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK), Siti Nurbaya, meresmikan persemaian skala besar di lima provinsi.
SEKRETARIS Jenderal KLHK Bambang Hendroyono mendorong pemerintah secara kolaboratif menciptakan kebijakan yang mendukung pengelolaan hutan berkelanjutan.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved