Headline

DPR setujui surpres pemberian amnesti dan abolisi.

Fokus

Sejak era Edo (1603-1868), beras bagi Jepang sudah menjadi simbol kemakmuran.

Menahan Laju Decline, PHE Pacu Pengeboran dan Reaktivasi Migas

Insi Nantika Jelita
31/7/2025 19:53
Menahan Laju Decline, PHE Pacu Pengeboran dan Reaktivasi Migas
Direktur Perencana Strategi Portofolio, dan Komersial PHE Edi Karyanto(MI/Insi Nantika Jelita)

PT Pertamina Hulu Energi (PHE), anak usaha Pertamina, melakukan berbagai upaya teknis untuk menahan laju penurunan produksi migas (decline), terutama dari lapangan-lapangan utama (major fields) yang mendominasi portofolio perusahaan. Selain mempercepat pengeboran sumur baru, PHE juga mengoptimalkan reaktivasi sumur.

Direktur Perencana Strategi Portofolio, dan Komersial PHE Edi Karyanto mengungkapkan decline produksi yang dihadapi PHE mencapai 21%–22% setiap tahunnya.

“Kalau kita tidak melakukan upaya berarti, maka seperlima dari produksi saat ini akan hilang karena kondisi reservoir yang menurun,” ujarnya dalam acara Launching Session Energi dan Mineral Festival 2025 di Jakarta, Rabu (30/7).

Dari target produksi sebesar 605 ribu barel per hari (mbopd), kontribusi PHE saat ini sebesar 400 mbopd, baik dari operasi langsung maupun kemitraan. Untuk mencapai target 419 mbopd di tahun ini, PHE menghadapi tantangan besar karena harus menahan laju penurunan produksi sekaligus meningkatkan output sebesar 19 ribu barel per hari secara bertahap sejak Januari hingga Desember 2025.

PHE, ungkap Edi, terus mendorong peningkatan cadangan migas melalui kegiatan eksplorasi, baik di wilayah terbuka (open area) maupun frontier. Dalam beberapa inisiatif seismic terbaru, PHE mencatat potensi cadangan hingga dua kali lipat dari volume produksi saat ini. Hal ini penting untuk menjaga rasio cadangan terhadap produksi (reserve to production ratio/R2P), yang saat ini berada di angka tujuh tahun.

"Dengan upaya itu diharapkan bisa diperpanjang hingga 10-12 tahun ke depan melalui penemuan cadangan baru, termasuk dari wilayah greenfield," ucap Edi.

PHE juga tengah melakukan pengeboran sumur eksplorasi di lapangan-lapangan lepas pantai (offshore), termasuk di wilayah Sulawesi. Wilayah ini menjadi bagian dari eksplorasi frontier dan new play area yang menjadi prioritas dalam strategi jangka panjang perusahaan (strategic long-term planning/RGB).

"Kita juga sekarang lagi kembangkan di daerah Sulawesi, kegiatan offshore sudah mulai disana," tuturnya.

Tak hanya mengandalkan sumber daya konvensional, PHE juga mulai menjajaki potensi migas tak konvensional (unconventional resources). Saat ini, telah dilakukan pengeboran di sumur Bulamo dan Kelok di Rokan untuk mengevaluasi potensi shale oil.

"Langkah lain yang tengah dijalankan adalah implementasi enhanced oil recovery (EOR), seperti di Lapangan Duri (Blok Rokan) dengan metode chemical EOR," uraian Edi.

PHE juga mendorong percepatan pengembangan PSE (Penemuan Siap Eksploitasi), termasuk sumur eksplorasi yang telah memperoleh persetujuan rencana pengembangan (plan of development/POD).

“Semua ini adalah bagian dari upaya kami menjaga keberlanjutan produksi dan kontribusi maksimal bagi ketahanan energi nasional,” tutup Edi.

Dalam kesempatan sama, Ketua Tim Kerja Rekomendasi Wilayah Keprospekan Minyak dan Gas dari Badan Geologi Kementerian ESDM Indra Nurdiana menekankan pentingnya eksplorasi sebagai langkah strategis dalam menjawab tantangan ketahanan energi nasional. Saat ini, dari total 128 cekungan yang ada di Indonesia, tersisa 108 cekungan yang belum optimal dieksplorasi. Penyebab utamanya adalah minimnya data geologi dan permukaan.

“Untuk menjadi cekungan yang berproduksi, yang utama kita butuhkan adalah data. Tanpa data, kita tidak bisa memaparkan potensinya seperti apa. Jadi sebenarnya isu yang paling utama di sini adalah lack of data," jelasnya.

Meski begitu, pemerintah terus berupaya mengeksplorasi cekungan-cekungan frontier guna mengetahui potensi energi yang tersembunyi. Indra mengakui, meski eksplorasi ini masih jauh dari tahap produksi, langkah awal tetap harus diambil. “Kalau kita tidak memulai langkah, kapan kita akan sampai?” tegasnya.

Jika dibandingkan dengan negara tetangga seperti Malaysia, jumlah cekungan potensial Indonesia sebenarnya jauh lebih banyak. Namun, perbedaan utama terletak pada pengelolaan data dan keberanian untuk mengeksplor. Di sinilah pentingnya peran aktif pemerintah dalam menyiapkan wilayah kerja yang menarik bagi investor.

“Tugas kami sangat spesifik, yaitu menyiapkan 60 wilayah kerja (WK) yang akan dilelang," bilangnya.

Indra juga mengingatkan agar Indonesia tidak terlena dengan status sebagai negara produsen minyak yang dulu sempat menjadi anggota OPEC. “Dulu kita masuk OPEC, menikmati hasilnya tanpa aktif mengeksplorasi. Padahal, kita tahu suatu saat produksi akan mengalami penurunan produksi,” katanya.

Untuk itulah, sejak akhir tahun lalu, pemerintah mulai menggencarkan kembali eksplorasi sebagai bagian dari kebijakan energi nasional. Tujuannya untuk menemukan potensi baru dan memperkuat ketahanan energi. (E-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Andhika
Berita Lainnya