Headline

Kenaikan harga minyak dunia mungkin terjadi dalam 4-5 hari dan akan kembali normal.

Fokus

Presiden menargetkan Indonesia bebas dari kemiskinan pada 2045.

Dewan Pers Asia Tenggara Bangun Kemitraan Hadapi Pandemi

Suryani Wandari Putri Pertiwi
17/9/2020 17:15
Dewan Pers Asia Tenggara Bangun Kemitraan Hadapi Pandemi
Ketua Dewan Pers M. Nuh difoto di Gedung Dewan Pers, Jakarta, Rabu (05/02).(MI/SUSANTO)

Menyikapi semakin banyaknya kasus positif covid-19 di beberapa negara, khususnya di Asia Tenggra, Jaringan Dewan Pers Asia Tenggara (SEAPC-Net) telah berkomitmen untuk saling bekerja sama dalam masa new normal covid-19 ini.

Ketua SEAPC-Net, Muhammad Nuh mengatakan perlunya media partnership di era pandemi covid-19 adalah untuk meminimalisasi dampak yang berkaitan dengan media.

"Saya pikir kemitraan ini karena apa yang kita butuhkan, bukan yang kita mau, terutama dalam pandemi covid-19," kata Muhammad Nuh dalam webinar Southeast Asia Journalism yag bertajuk In The Normal Era :The Need For Media Partnership, Kamis (17/9).

Ia menambahkan, kemitraan ini pada prinsipnya untuk meiningkatkan pemahaman, kepedulian, kepercayaan dan tentunya memberikan manfaat. Sebagaimana diketahui pandemi membawa dampak negatif sehingga perlu adanya kemitraan di beberapa negara mengingat belum diketahui kapan berakhirnya covid-19.

"Karena datanya monster, setiap hari meningkat meningkat dari sepuluh ratus ribu dan sekarang kemarin saya sudah 200 ribu," ungkapnya.

Kemitraan ini dimulai dengan berbagi pengalaman tentang bagaimana media di Indonesia, Myanmar, Thailand, dan Timor-Leste menyikapi pandemi covid-19.

Ketua Dewan Pers Nasional Thailand Chavarong Limpattamapanee mengatakan negaranya sedang menghadapi kesulitan akibat keterpurukan ekonomi yang tentu mempengaruhi industri media.

"Apalagi media cetak sudah banyak terdampak. Banyak jurnalis yang meninggalkan pekerjaannya, mereka harus mencari pekerjaan baru. Ya, banyak dari mereka memulai kantor berita online kecil mereka sendiri tetapi kami masih ragu dalam jangka panjang," kata Chavarong.

Senada, Ariel Seballino dari Philippines Press Institute juga mengatakan pandemi membuat media ada pada posisi rentan.

"Kami berada pada posisi paling rentan. Ini menyangkut pekerjaan kita, nasib keselamatan kita dan orang lain yang tidak ada duanya," kata dia. Namun demikian, ia mengatakan hal ini bukanlah hal baru karena media telah melalui masa-masa terbaik. "Ini adalah pengalaman unik, bertaham di zaman sekarang dengan cara apa pun yang dapat dilakukan atau tidak terpikirkan ketika semua kehidupan dipertaruhkan, keadaan normal terganggu dan pemerintah harus bangkit," tandasnya.

Muhmmad Nuh melanjutkan agar saling mengutkan di era pandemi, perlu adanya ikatan emosional. "Jadi ikatan emosional yang menurut saya sangat penting terutama selama krisis pertama Anda. Artinya kita harus lebih banyak ikatan emosional untuk bisa bersatu," pungkasnya. (H-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : HUMANIORA
Berita Lainnya