Headline
Berdenyut lagi sejak M Bloc Space dibuka pada 2019, kini kawasan Blok M makin banyak miliki destinasi favorit anak muda.
Berdenyut lagi sejak M Bloc Space dibuka pada 2019, kini kawasan Blok M makin banyak miliki destinasi favorit anak muda.
DI masa pandemi ini, sesuai anjuran dari pemerintah masyarakat diminta lebih banyak melakukan aktivitas di rumah atau stay at home dan untuk itu akan lebih banyak berinteraksi dengan peralatan gadget mereka, baik komputer, laptop, televisi, hingga telepon genggam.
Hal tersebut akan sangat berisiko pada kesehatan mata. Salah satunya adalah dengan meningkatnya kasus computer vision syndrome di masa pandemi Covid-19.
Dokter spesialis mata Siloam Hospitals Manado, dr Novita S Satolom SpM, mengatakan dengan melakukan kegiatan di rumah saja, setiap kegiatan menjadi sangat berhubungan dengan gadget atau gawai. Mulai dari belajar, sekolah, hingga mencari hiburan pun dilakukan secara online. Hal ini tentu saja membuat penggunaan gawai selama pandemi yang sangat tinggi.
“Tentu saja, ini akan membuat mata bekerja menatap gadget menjadi sangat lama sehingga menimbulkan computer vision syndrome,” ungkap dr Novita di sela Webinar Health Talk Siloam Hospitals Manado, Jumat (28/8).
Dokter Novita menjelaskan computer vision syndrome adalah kelelahan mata akibat penggunaan perangkat digital dan menunjukan gejala masalah mata yang terjadi penggunaan beragam gadget, seperti komputer, laptop, tablet komputer, televisi, dan juga telepon genggam, yang berlebihan.
Alhasil, akan membuat mata bekerja lebih keras. Belum lagi dengan mata yang tidak terkoreksi dengan tepat, dan postur tubuh tidak tepat saat melihat. Gejala tersebut dapat berupa mata terasa panas, mata merah, mata kering, dan mata berair.
Tidak hanya itu, gejala gejala yang lainnya bisa seperti penglihatan yang ganda, myopia, hingga pusing. Menurut dr Novita, ada lima hal yang membuat ketegangan mata. Pertama, jangan menggunakan kacamata dengan ukuran lama walaupun kacamata tersebut masih nyaman digunakan.
Kedua, pencahayaan, tidak hanya gelap tapi pencahayaan yang terlalu terang pun dapat menimbulkan ketegangan mata. Ketiga, selalu memakai monitor lama, hal ini karena pada monitor lama tidak ada pengaturan yang dapat menyesuaikan dengan pencahayaan.
Keempat, hindari duduk seperti kura-kura. Sedangkan yang terakhir adalah duduk yang terlalu dekat dengan layar juga menyebabkan ketegangan pada mata.
Hal ini, terjadi karena pada saat melihat gadget mata menjadi kurang berkedip. Apabila pada biasanya berkedip setiap 15-20 menit, namun, saat menggunakan gadget menjadi lebih lama 5-7 menit dari biasanya.
Ditambah lagi, efek blue light atau sinar biru yang dipancarkan oleh gadget sehingga menyebabkan mata lelah hingga keparahan bisa menyebabkan kerusakan pada retina. Untuk menghindari computer vision syndrome perlu dilakukan aturan 20-20-20. Pahami aturan ini adalah 20 menit beristirahat, melihat sesuatu dalam jarak 20 kaki atau sekitar 6 meter setiap 20 menit sekali.
“Selain itu, posisi duduk juga sangat mempengaruhi pada saat melihat gadget. Posisi yang baik menurutnya adalah posisi layar horizontal dengan mata hingga mencapai sudut 30 derajat. Serta, menurunkan tingkat pencahayaan menjadi lebih nyaman di mata,” tutup dr Novita. (RO/OL-09)
Balita berumur kurang dari dua tahun menjadi kelompok paling berisiko terhadap dampak dari screen time (paparan waktu layar).
Kebiasaan bermain dan melihat konten menggunakan gawai bisa membuat anak susah memusatkan perhatian dan menyebabkan penurunan kemampuan sensorik anak.
Melatonin merupakan hormon yang bikin mengantuk hingga seseorang akhirnya bisa tertidur.
Kondisi ini dikenal sebagai gadget neck, yaitu nyeri yang muncul karena posisi kepala menunduk terlalu lama, seperti saat menatap layar ponsel atau laptop.
Autisme virtual menyebabkan anak mengalami kesulitan komunikasi sosial, perilaku repetitif, dan perilaku yang tidak lazim.
PP Tunas tidak melarang penggunaan gawai. Namun, PP mengatur produk, layanan, dan fitur (PLF) yang diakses anak harus sesuai dengan tahap perkembangan mereka.
Program ini bertujuan untuk mendorong masyarakat mengelola limbah elektronik (e-waste) dengan cara yang lebih bertanggung jawab.
Agar lebih seru, pilih tema Ramadan untuk menggambar dan mewarnai.
Gawai sekarang telah menjadi bagian dari kegiatan pendidikan dan interaksi sosial anak, sehingga penggunaannya tidak bisa sepenuhnya dihindari.
Penggunaan gadget dalam jarak dekat berisiko tinggi menyebabkan miopia atau rabun jauh, terutama jika dilakukan dalam waktu lama.
REALME akhirnya merilis smartphone teranyar mereka yakni Realme C75 ke pasar Indonesia yang tahan air, tahan banting dan kapasitas baterai yang besar.
Penelitian National Institute of Health pada 2019 menunjukkan anak dengan screen time lebih dari dua jam sehari memiliki skor lebih rendah dalam tes bahasa dan kognitif.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved