Headline

Koruptor mestinya dihukum seberat-beratnya.

Fokus

Transisi lingkungan, transisi perilaku, dan transisi teknologi memudahkan orang berperilaku yang berisiko.

146 Calon Subjek Vaksin Korona Diperiksa, 10 Orang tidak Layak

Bayu Anggoro
25/8/2020 20:13
146 Calon Subjek Vaksin Korona Diperiksa, 10 Orang tidak Layak
ilustrasi vaksin covid-19(Medcom.id)

SEBANYAK 146 calon subjek uji coba fase III vaksin virus korona menjalani penyaringan pada Selasa (25/8). Dari jumlah tersebut, sedikitnya terdapat 10 orang yang dinyatakan tidak lolos karena memiliki riwayat penyakit yang tidak diperbolehkan tim Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran Bandung.

Manajer lapangan tim uji coba fase III vaksin virus korona FK Unpad, Eddy Fadlyana, mengatakan, yang tidak layak mengikuti uji klinis umumnya memiliki riwayat penyakit hipertensi. 

"Umumnya itu, sehingga tidak bisa," kata Eddy saat dikonfirmasi, Selasa (25/8).

Meski begitu, Eddy belum mengetahui apakah calon relawan yang lain pun layak atau tidak untuk mengikuti uji klinis ini. 

"Hasilnya nanti Jumat," kata dia.

Jika dinyatakan layak, menurutnya para relawan ini akan disuntikkan vaksin atau placebo pada Jumat (28/8). 

"Hari ini screening dulu, kalau lolos Jumat disuntiknya," kata dia.

Sementara itu, menurutnya 146 calon subjek ini diperiksa di enam tempat berbeda seperti puskesmas dan Rumah Sakit Unpad. 

"Hari ini setiap tempat memeriksa sekitar 24 relawan," kata.

Baca juga: 172 Negara Sudah Daftar Portofolio Vaksin WHO

Di antara relawan yang menjalani pemeriksaan hari ini adalah forum komunikasi pimpinan daerah Jawa Barat. Para pejabat daerah yang siap menjadi relawan yaitu Gubernur Jawa Barat, Kepala Polda Jawa Barat, Kepala Kejaksaan Tinggi Jawa Barat, dan Pangdam III/Siliwangi.

Pada Selasa (25/8) siang mereka mendatangi Puskesmas Garuda di Kota Bandung untuk mengikuti pemeriksaan kesehatan. Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil (Emil) mengatakan, keikutsertaannya pada uji coba ini sebagai bukti adanya kekompakan dari seluruh unsur di Jawa Barat.

Sebab, dia menilai dalam menangani pandemi ini diperlukan kekompakan dari berbagai pihak bagi pemerintah maupun masyarakat. 

"Mengatasi pandemi ini butuh kebersamaan, kekompakan," ujarnya.

Emil pun memastikan pihaknya kompak bersama warga Jawa Barat dalam memerangi virus korona. Hal ini terbukti saat pemeriksaan calon subjek yang diikutinya tersebut.

"Tadi kami berempat diperiksa kesehatannya bersama-sama dengan warga yang jumlah empat orang juga," katanya. 

Emil bersama tiga unsur pimpinan lainnya menjalani pemeriksaan kesehatan untuk menentukan apakah layak atau tidak mengikuti uji coba vaksin tersebut.

"Diukur tinggi badan, berat badan. Juga diperiksa dengan menggunakan stetoskop di bagian dada," kata Emil.

Pada kesempatan tersebut, ia pun menandatangani pernyataan kesiapan diri menjadi relawan. Tidak hanya itu, lanjut Emil, dia bersama tiga koleganya itu pun diberi penjelasan mengenai uji coba vaksin ini.

Salah satunya, tim FK Unpad memberi tahu bahwa setiap subjek harus mengikuti proses uji coba sebanyak lima kali. 

"Kami diberi penjelasan bahwa proses vaksin ini ada lima kali kunjungan. Ini yang pertama, 

sampai enam bulan ke depan," katanya seraya menyebut proses kedua akan dilakukan tiga hari ke depan saat subjek dinyatakan layak berdasarkan kondisi kesehatan.

Selain itu, dalam kedatangannya pertama ini, tim penguji pun menjelaskan berbagai hak tentang uji klinis tersebut. Dari hasil penjelasan tersebut, Emil optimistis proses ini akan berjalan aman dan lancar.

"Secara umum uji coba ini tak ada efek samping, terbukti dari uji coba fase I dan II," ucapnya. 

Dengan diikuti oleh para pejabat, pihaknya ingin uji coba vaksin lebih menenangkan masyarakat terutama yang khawatir dengan keamanan uji coba vaksin asal Tiongkok tersebut.

"Mudah-mudahan dengan kami ikut, masyarakat menjadi tenang.  Bahwa vaksin ini aman, sudah hadir dan ini akan jadi ending pandemi. Mohon doanya," kata dia.

Lebih lanjut, Emil menyebut vaksin virus korona yang akan diberikan kepada masyarakat Indonesia akan jauh lebih murah harganya. Sebab, meski  berasal dari Tiongkok, pembuatannya akan dilakukan di dalam negeri yakni oleh PT Bio Farma. 

"Harga produksinya jauh lebih murah dibanding vaksin dari luar negeri," ujarnya. (A-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dwi Tupani
Berita Lainnya