Headline

Pemerintah merevisi berbagai aturan untuk mempermudah investasi.

Fokus

Hingga April 2024, total kewajiban pemerintah tercatat mencapai Rp10.269 triliun.

Turunkan Berat Badan, Hindari Jebakan Mitos di Media Sosial

Eni Kartinah
13/8/2020 18:44
Turunkan Berat Badan, Hindari Jebakan Mitos di Media Sosial
Informasi di media sosial telah dijadikan rujukan terkait cara turunkan berat badan. Padahal banyak informasi ternyata mitos dan bukan fakta(Antara/Ilustrasi)

SECARA umum, teknologi telah banyak memberi manfaat dalam upaya manusia  menjalani hidup yang lebih sehat. Teknologi seperti internet dan handphone telah jamak menjadi rujukan saat masyarakat mencari informasi tentang pola konsumsi makanan yang akan diterapkan untuk mendukung gaya hidup sehat dan menjaga berat badan.

Namun, mencari informasi secara online juga dapat menjadi pedang bermata dua. Di satu sisi, internet menyediakan informasi akan cara yang mudah dan cepat untuk mengakses berbagai informasi nutrisi. Akan tapi di sisi lain, informasi online telah menyebabkan maraknya mitos-mitos dan misinformasi terkait nutrisi di kalangan masyarakat.

Senior Director, Worldwide Nutrition Education & Training, Herbalife Nutrition, Susan Bowerman, menambahkan jika merujuk pada Herbalife Nutrition’s Asia Pacific Nutrition Myths Survey 2020, mengungkapkan bahwa sebanyak 68% media sosial adalah saluran yang paling sering digunakan oleh konsumen di Asia Pasifik untuk mendapatkan informasi terkait nutrisi.

“Namun, konsumen di Asia Pasifik juga bingung dalam membedakan apakah informasi yang mereka dapat apakah merupakan fakta atau mitos,” kata Susan.

“Membenarkan miskonsepsi terkait nutrisi dan pengelolaan berat badan berdasarkan hasil dari kuis yang dilakukan saat survei, kami menemukan daftar mitos-mitos terkait nutrisi dan pengelolaan berat badan yang rata-rata beredar di kalangan masyarakat,” jelasnya.

Enam dari 10 orang mengaku sulit untuk memutuskan apakah hal tersebut fakta atau mitos. Pertama, mitos diet ketogenik adalah cara sehat untuk menurunkan berat badan. Padahal diet ketogenik bukanlah cara yang paling berkelanjutan untuk menurunkan berat badan karena akan kehilangan beberapa nutrisi penting yang dibutuhkan tubuh.

Seseorang yang menjalani diet ketogenik mengonsumsi sangat sedikit karbohidrat, jumlah protein sedang, dan jumlah lemak yang sangat tinggi, sehingga memaksa tubuh untuk mengandalkan lemak tubuh sebagai bahan bakar.

“Sementara ini membakar lemak tubuh, rendahnya tingkat konsumsi karbohidrat akan mengakibatkan lebih sedikit vitamin dan mineral yang diserap ke dalam tubuh, serta kekurangan serat,” jelas Susan.

Kedua, mitos cleansing diet dengan jus adalah strategi yang baik untuk menurunkan berat badan. Dengan mengonsumsi jus mungkin tampak seperti alternatif yang nyaman jika buah-buahan dan sayuran kurang dalam upaya Anda mengelola berat badan.

“Tetapi sebagai bahan utama dalam penurunan berat badan, sayuran tidak banyak mengandung nutrisi utama seperti protein, yang membantu memuaskan nafsu makan dan mempertahankan massa otot,” papar Susan.

Berat badan yang hilang saat menjalani diet, kemungkinan besar akan naik kembali saat mulai makan kembali secara normal. “Makan buah dan sayuran utuh, dan sebagai bagian dari diet seimbang, akan jauh lebih bermanfaat dalam jangka panjang,” ujarnya.

Ketiga, mitos Karbohidrat yang membuat berat badan bertambah Karbohidrat tidak dapat disalahkan atas penambahan berat badan. Kelebihan kalori yang dapat menambah berat badan secara signifikan.

“Untuk memastikan diet seimbang, Filosofi Nutrisi Global Nutrisi Herbalife merekomendasikan 40% asupan kalori harian Anda berasal dari sumber karbohidrat yang sehat, seperti sayuran, buah-buahan, kacang-kacangan dan biji-bijian yang juga memberikan nutrisi penting seperti kalsium, zat besi, serat dan vitamin B untuk tubuh,” paparnya.

Keempat mitos puasa intermiten merupakan cara yang efektif bagi setiap orang untuk menurunkan berat badan dan meningkatkan kesehatan. Puasa intermiten adalah istilah umum untuk berbagai jadwal waktu makan yang berputar antara puasa sukarela dan non-puasa selama periode tertentu.

Penting untuk diperhatikan bahwa puasa untuk menurunkan berat badan bukan untuk semua orang.

“Mereka yang memiliki kondisi medis yang sudah ada sebelumnya seperti diabetes, atau mereka yang sedang menjalani pengobatan untuk tekanan darah atau penyakit jantung harus menghindari puasa intermiten,” jelas Susan.

Karena dengan berpuasa intermiten, tambah Susan, tanpa berdiskusi dengan penyedia layanan kesehatan, dapat menyebabkan kadar glukosa darah mereka turun atau meningkat secara berbahaya risiko kelainan elektrolit.

Kelima, mitos diet sangat rendah lemak adalah cara terbaik untuk menurunkan berat badan. Susan menegaskan bahwa keberadaan lemak sangat penting bagi tubuh kita untuk tetap sehat, karena membantu membangun membran sel dan hormon, dan membantu penyerapan vitamin A, D, E, dan K yang larut dalam lemak.

“Banyak diet rendah lemak hanya menggantikan kalori lemak dengan karbohidrat dan gula yang diproses tinggi, dan tidak akan meningkatkan kualitas makanan secara keseluruhan,” tuturnya.

“Penelitian juga menunjukkan hanya penurunan minimal berat badan setelah tahun pertama dari diet sangat rendah lemak, yang menunjukkan bagaimana hal ini adalah strategi penurunan berat badan jangka panjang yang tidak efektif,” jelas Susan. (Eni/OL-09)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Deri Dahuri
Berita Lainnya