Headline
Senjata ketiga pemerataan kesejahteraan diluncurkan.
Tarif impor 19% membuat harga barang Indonesia jadi lebih mahal di AS.
TIM Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran (FK Unpad), Bandung menjamin keamanan ujicoba fase III vaksin covid-19 buatan Tiongkok yang akan dilakukan di Bandung Agustus mendatang. Selain karena sudah dinyatakan
aman dan berhasil pada tes serupa fase I dan II yang dilaksanakan di Tiongkok, vaksin yang diproduksi Sinovac inipun berasal dari virus yang sudah dimatikan sehingga tidak akan menimbulkan penyakit dan tidak akan menularkan virus korona.
Penegasan itu disampaikan Ketua Tim Ujicoba Vaksin Covid-19 FK Unpad, Kusnandi Rusmil, di Bandung, Rabu (22/7). Vaksin yang akan diujicobakan terhadap 1.620 subjek di Bandung, jelas dia, sudah melalui berbagai tahap pengujian sehingga sudah dipastikan stabil baik secara fisik maupun kimia.
Sebelum dilakukan uji klinis fase I dan II di Tiongkok, menurut dia, vaksin yang sudah stabil ini diujicobakan kepada binatang yakni kera. Hasilnya, vaksin tersebut aman dan membentuk zat antibodi pada tubuh hewan tersebut. Setelah dipastikan aman pada binatang, ujicoba ke manusia pun dimulai.
Pada fase I, menurutnya terdapat 50-100 orang yang dilibatkan dalam tes di Tiongkok tersebut. "Hasilnya aman juga, berhasil," ujarnya.
Tak sampai di situ, ujicoba pun dilanjutkan ke fase II yang melibatkan lebih banyak subjek yakni 400 orang. "Hasilnya aman lagi, berhasil lagi," katanya.
Penilaian berhasil pada uji klinis fase I dan II ini mengacu kepada beberapa parameter. "Vaksin aman itu yang tidak menyebabkan penyakit, tidak ada masalah/efek samping yang berat. Lalu terpenting vaksin yang baik ini yang tidak menimbulkan zat anti penyakit," ujarnya.
Dia menambahkan, dokumentasi uji klinis fase I dan II inipun sudah dipublikasikan di berbagai jurnal ilmiah internasional yang kredibel.Sehingga, pihaknya sudah sangat meyakini keamanan vaksin ini dan meminta masyarakat untuk tidak khawatir dengan adanya uji klinis fase III di Bandung. "Fase I dan II ini sudah dipublikasikan di jurnal ilmiah internasional, semua orang bisa lihat," katanya.
Kusnandi memastikan pihaknya sudah berpengalaman lebih dari 30 tahun dalam mengujicoba vaksin. Dia menjamin dengan pengalaman tersebut mampu membedakan mana vaksin yang berkualitas atau tidak. "Jadi kami tahu mana vaksin yang bagus, mana yang tidak," ujarnya.
Baca Juga: Vaksin Covid-19 Tiba di Bandung, Unpad Langsung Uji Klinis
Sementara, Manajer pelaksana tim ujicoba vaksin covid-19 Unpad, Eddy Fadlyana, menjelaskan, vaksin yang sudah menjalani uji klinis fase I dan II di Tiongkok ini memiliki tingkat keamanan yang tinggi.
Ini terbukti dari tidak adanya subjek di Negeri Tirai Bambu tersebut yang mengalami gejala dan gangguan kesehatan berat. "Reaksi demam enggak ada. Paling hanya nyeri di lokasi suntikan. Itu kan wajar, vaksin lain juga sama," katanya seraya menyebut subjek yang mengalami nyeri itu hanya sekitar 20-25% dari jumlah keseluruhan.
Menurut dia, saat uji klinis fase I dan II terdapat subjek yang mengalami gangguan seperti diare dan radang paru-paru. Namun, hal itu bukan dikarenakan vaksin tersebut. "Setelah diaudit, tak berhubungan dengan vaksin," katanya.
Lebih lanjut, saat vaksin ini tiba di Indonesia, menurutnya para ahli dari berbagai pihak sudah melakukan pengujian untuk memastikan keamanannya. "Tentu dikaji dulu, vaksin ini aman tidak," katanya.
Apalagi, dia memastikan bahwa vaksin ini terbuat dari virus yang sudah dimatikan. "Jadi kalau diberikan ke orang yang sakit berat pun, ini tak akan berbahaya. Berbeda kalau vaksinnya yang masih hidup," katanya.
Namun, menurutnya vaksin yang berasal dari virus yang sudah dimatikan ini memiliki kelemahan. "Disuntikannya harus berkali-kali, atau paling sedikit dua kali. Kalau dari virus yang hidup, biasanya cukup disuntikan sekali," katanya. (OL-13)
Baca Juga: Ini Kesaksian Relawan Vaksin Covid-19 Tiongkok
Nimbus berada pada kategori VUM, artinya sedang diamati karena lonjakan kasus di beberapa wilayah, namun belum menunjukkan bukti membahayakan secara signifikan.
KEPALA Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan Ishaq Iskanda, Sabtu (21/6) mengatakan Tim Terpadu Dinas Kesehatan Sulawesi Selatan (Sulsel) menemukan satu kasus suspek Covid-19.
Peneliti temukan antibodi mini dari llama yang efektif melawan berbagai varian SARS-CoV, termasuk Covid-19.
HASIL swab antigen 11 jemaah Haji yang mengalami sakit pada saat tiba di Asrama Haji Sukolilo Surabaya, menunjukkan hasil negatif covid-19
jemaah haji Indonesia untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap gejala penyakit pascahaji. Terlebih, saat ini ada kenaikan kasus Covid-19.
Untuk mewaspadai penyebaran covid-19, bagi jamaah yang sedang batuk-pilek sejak di Tanah Suci hingga pulang ke Indonesia, jangan lupa pakai masker.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved