Headline

Tingkat kemiskinan versi Bank Dunia semakin menjauh dari penghitungan pemerintah.

Fokus

Perluasan areal preservasi diikuti dengan keharusan bagi setiap pemegang hak untuk melepaskan hak atas tanah mereka.

Mendulang Rupiah dari Sampah Plastik

Dero Iqbal Mahendra
22/7/2020 10:24
Mendulang Rupiah dari Sampah Plastik
Dengan konsep circular economy (ekonomi melingkar) sampah plastik dapat diolah menjadi plastik kembali maupun produk lain.(Ist)

SIAPA bilang sampah itu tidak berharga? Nyatanya, sampah khususnya botol plastik dapat menjadi pundi-pundi pendapatan.

Data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) timbunan sampah nasional mencapai 67,8 juta ton per tahun dan sekitar 16%-nya merupakan sampah plastik. Sayangnya timbunan sampah plastik yang didaur ulang diperkirakan baru mencapai 10%-15%. 

Padahal dengan konsep circular economy (ekonomi melingkar) sampah plastik dapat diolah menjadi plastik kembali maupun produk lain yang bermanfaat. Untuk melakukannya pun tidak sulit, cukup pilah saja sampah Anda dari rumah.

Pisahkan mana sampah organik dan nonorganik. Dalam memisahkan sampah pastik, khususnya botol plastik bekas minuman kemasan, perlu dipisahkan antara botol plastik, label dan tutup botol.

“Botol plastik tersebut pun tidak perlu di cuci, yang penting dikelompokan dalam satu jenis botol plastik semua ukuran. Nanti yang memilah itu di pengepul,” terang Ota, pemulung asal Jakarta, saat diwawancarai The Nation Metro TV, beberapa waktu lalu.

Harga botol plastik per kilogram di tingkat pengepul berkisar Rp3.000 per kilogramnya. Gelas plastik berkisar Rp3.500-Rp6.000, ember plastik berkisar Rp1.000-Rp3.000, dan kantong plastik berkisar Rp300-Rp1.500. 

Botol plastik kemasan umumnya menggunakan plastik berjenis polyethy terephthalate (PET), yang dinilai paling aman, ramah lingkungan, dan bernilai tinggi.

PET umumnya digunakan untuk botol kemasan air mineral, botol minyak goreng, botol obat, dan botol kosmetik. Botol PET mampu didaur ulang hingga 50 kali.

Bisnis daur ulang botol plastik ini pun bukan bisnis kecil, sudah berskala industri besar. Data ADUPI menyebutkan pada 2018, dari konsumsi plastik sekitar 3 juta-4 juta ton per tahun, bisnis daur ulang bisa mencapai 400 ribu ton per tahun.

Seperti yang dilakukan pemilik industri pengolahan botol plastik Polipack Law, Darwin yang juga mantan pemulung. Darwin kini memiliki tiga pabrik pengolahan sampah plastik dengan mempekerjakan lebih dari 1.000 karyawan. Di salah satu pabriknya di Jakarta, ia punya sirkulasi 3.000 ton per bulan untuk botol plastik. Produknya di ekspor hingga ke Amerika, Eropa, dan Australia.

Botol plastik dapat diolah menjadi berbagai benda, seperti cup minuman untuk di coffee shop, kotak telur, benang, tali, dan lainnya. “Omzetnya dari satu pabrik per harinya hampir Rp10 miliar hanya dari sampah. Sampah bagi saya membawa berkah bila di kelola dengan baik,” terang Darwin.

Karena itu, pemerintah terus mendorong circular economy di masyarakat. Salah satunya terlihat dari terus bertumbuhnya komunitas yang concern akan daur ulang plastik. Misalnya, pada 2015 kelompok atau komunitas yang terlibat baru 1.100 di 18 kabupaten/kota, pada 2019 telah mencapai 5.440 komunitas yang melibatkan 9,5 juta masyarakat di 186 kabupaten/kota

Kini di sekitar masyarakat banyak komunitas yang membuat bank sampah. Nantinya dalam menabung, sampah  yang disetorkan masyarakat akan dihitung dalam satuan kilogram dan kemudian dikonversi menjadi rupiah. 

Masyarakat yang menabung setidaknya dalam enam bulan dapat menghasilkan minimal Rp500 ribu dari sampah yang mereka setorkan. Umumnya, mereka menyimpan uang tersebut tanpa diambil, dan baru diambil menjelang perayaan Idul Fitri atau ketika ada kebutuhan masuk sekolah, dan lainnya. (Dro/S1-25)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Deri Dahuri
Berita Lainnya