Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Desa Peduli Gambut jadi Pendorong Pemulihan Ekosistem Gambut

Atalya Puspa
13/7/2020 20:45
Desa Peduli Gambut jadi Pendorong Pemulihan Ekosistem Gambut
Ilustrasi lahan gambut(Antara/Syifa Yulinnas)

EKOSISTEM gambut di sejumlah daerah di Indonesia, termasuk Papua telah mengalami kerusakan akibat berbagai macam faktor seperti pengalihfungsian lahan dan kebakaran.

Untuk mengembalikan fungsi ekologi lahan gambut dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang tinggal di sekitarnya, Badan Restorasi Gambut (BRG) membuat program Desa Peduli Gambut.

Deputi III BRG Myrna A Safitri mengungkapkan, khusus di wilayah Papua, luas target restorasi gambut mencapai 39.239 ha yang tersebar di empat kabupaten. Hingga Juni 2020, terdapat 12 desa peduli gambut di Papua yang telah didampingi sejak tiga tahun yang lalu.

“Tujuan penting dari program Desa Peduli Gambut ini adalah untuk membantu dan memfasilitasi desa-desa agar mereka bisa meningkatkan status desanya” kata Myrna dalam acara Festival Kebudayaan Desa-Desa Nusantara, Senin (13/7).

Myrna menuturkan, dalam menjalankan program ini, BRG menggandeng sejumlah pihak seperti pemda, LSM, hingga tokoh desa.

Kegiatan utama dari program itu antara lain, penempatan fasilitator Desa Peduli Gambut, pemetaan sosial, ekonomi, dan spasial, penguatan institusi lokal, pemberdayaan ekonomi, penguatan inovasi pengetahuan lokal dan teknologi tepat guna, integrasi restorasi gambut dalam dokumen perencanaan desa, serta resolusi konflik dan pemantauan restorasi gambut.

Myrna menjelaskan, pemberdayaan ekonomi itu disesuaikan dengan kegiatan-kegiatan yang memang selaras dengan potensi yang ada dan sesuai dengan perkembangan teknologi yang dikuasai oleh masyarakat untuk Papua.

"Misalnya, kami mempunyai beberapa kegiatan pengembangan ekonomi seperti untuk pengembangan budidaya sagu, peternakan babi, dan lain-lain. Pada penguatan inovasi lokal berbasis kepada kearifan lokal dan pengetahuan tradisional yang diwujudkan dalam kegiatan-kegiatan integrated farming yang mengedepankan keselamatan ekosistem gambut bagaimana itu semua terintegrasi dalam rencana pembangunan desa,” jelasnya.

Baca juga : Lindungi Orangutan di Luar Hutan Konservasi

Menurut Myrna, dalam melaksanakan program pengembangan desa, keberadaan suku asli di wilayah tersebut tidak boleh dikesampingkan. Pendekatan kebudayaan menjadi sebuah keharusan karena desa-desa yang menjadi target restorasi juga dihuni oleh beragam suku.

“Bicara tentang Papua adalah bagaimana cara memulihkan gambut dan juga melindungi upaya-upaya untuk menjadikan kebudayaan lokal sebagai basis dari pembangunan pedesaan,” imbuhnya.

Dia menuturkan, saat ini terdapat dua desa yang telah dilakukan pengukuran Indeks Desa Peduli Gambut (IDPG) yakni desa Waan dan Panchas.

Dari hasil pengukuran indeks, terbukti bahwa dua desa yang sebelumnya berstatus sangat rentan, kini telah berkembang lebih baik setelah mendapat intervensi, yakni desa Waan berubah status menjadi adaptif dan desa Panchas berubah status menjadi rentan.

“Ini cukup menunjukkan bahwa kolaborasi yang efektif antara kami di BRG, pemerintah provinsi dan kabupaten, pemerintah desa atau Kampung dan juga teman-teman LSM yang membantu, efektif untuk mendukung agar kegiatan program desa peduli gambut ini bisa dilaksanakan,” tandasnya. (OL-7)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Ghani Nurcahyadi
Berita Lainnya