Headline
Bansos harus menjadi pilihan terakhir.
PEMERINTAH menyediakan layanan Sehat Jiwa (Sejiwa) sebagai pendampingan bagi anak penyandang disabilitas selama pandemi. Pelapor dapat menghubungi call center di nomor 119 kemudian manajer kasus di Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen PPPA) akan mengatur bentuk intervensi yang perlu dilakukan bagi pelapor.
"Anak penyandang disabilitas menjadi salah satu kelompok rentan dalam masa pandemi covid-19. Selain kesulitan melakukan terapi, sekolah luar biasa bagi anak penyandang disabilitas sebagian besar tidak memiliki sarana yang cukup untuk melakukan pembelajaran jarak jauh," kata Asisten Deputi Bidang Perlindungan Anak dalam Situasi Darurat dan Pornografi Kemen PPPA Ciput Eka Purwiati dalam Dialog Media, Jumat (3/7).
Bukan hanya akses pendidikan, penyandang disabilitas terputus dari akses berbagai layanan publik seperti layanan terapi, berbelanja, hingga berkegiatan sosial. Padahal anak-anak penyandang disabilitas di tahap rehabilitasinya memerlukan terapi yang terus berkesinambungan tidak bisa terputus.
"Karena berhentinya layanan-layanan itu, tentu ini memperlambat proses rehabilitasi dari anak-anak,” ujar Ciput.
Sebagai upaya perlindungan, lanjutnya, pemerintah telah menyusun protokol perlindungan terhadap anak penyandang disabilitas di masa pandemi covid-19 yang didasari oleh Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak dan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2016.
Berdasarkan asesmen cepat respon covid-19 yang dilakukan oleh Jaringan Organisasi Penyandang Disabilitas kepada 1.683 responden penyandang disabilitas dari 32 provinsi, sebanyak 80,9% penyandang disabilitas terdampak serius akibat covid-19 terutama di sektor ekonomi, sosial, dan kesehatan.
Meski 60,55% responden mengaku telah menerima informasi yang cukup mengenai covid-19 dan protokol pencegahannya, hanya 30% saja yang dapat memahami dan mengikuti protokol pencegahan covid-19. Di samping itu, ada 11,6% responden memiliki penyakit penyerta yang semakin meningkatkan risiko kerentanan.
Beberapa masalah lain yang diidentifikasi adalah terhambatnya akses layanan kesehatan yang belum sepenuhnya inklusif, sehingg menyebabkan pengobatan rutin terpaksa terhenti atau kontrol alat bantu terhambat.
Selanjutnya, perubahan rutinitas keseharian yang juga mengganggu emosi anak disabilitas dengan spectrum autisme, dan dampak ekonomi keluarga yang menyebabkan kurangnya pemenuhan gizi.
Kepala Sekolah SLB Rawinala Budi Prasojo mengungkapkan, tidak mudah bagi penyandang disabilitas untuk bisa memahami tentang pandemi covid-19. “Pendampingan individu menjadi hal yang sangat penting karena anak-anak yang disabilitas membutuhkan perhatian secara khusus. Kemudian peran dari keluarga menjadi hal yang penting, jadi bagaimana kami mempersiapkan, memberdayakan, memberikan pembekalan terhadap orang tua untuk bisa mendampingi anaknya pada saat di rumah,” tandasnya. (H-2)
Tomat bukan hanya pelengkap masakan, melainkan juga menyimpan segudang manfaat untuk kesehatan kulit dan jantung.
Penyakit Guillain-Barré Syndrome (GBS) kini sedang mengancam anak-anak Gaza. GBS sendiri adalah penyakit autoimun, artinya sistem kekebalan tubuh menyerang saraf perifer.
KURANG dari 12,5% masyarakat memperoleh layanan perawatan gigi. Fakta ini menjadi pengingat bahwa masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan.
Tomat diketahui mengandung sejumlah besar senyawa yang bermanfaat bagi kesehatan tubuh. Mulai dari mendukung sistem kekebalan hingga melindungi penyakit serius.
Penyakit Respiratory Syncytial Virus (RSV) kini menjadi perhatian utama dunia kesehatan. Walau sering dianggap sebagai flu biasa, RSV menyimpan potensi bahaya serius.
Kelelahan yang tak kunjung membaik bisa menjadi tanda awal kanker otak. Kenali gejala lain seperti kejang, perubahan mood, dan gangguan memori.
Kemampuan yang dimiliki itu dapat diasah sehingga mampu berpartisipasi dalam upaya peningkatan ekonomi di daerah, bahkan nasional.
Wakil Ketua MPR RI Lestari Moerdijat mengatakan pentingnya data yang memadai untuk memahami kebutuhan kelompok rentan dalam pembangunan
17,85% penyandang disabilitas berusia lebih dari 5 tahun di Indonesia tidak pernah mengenyam pendidikan formal.
MESKI semangat inklusi terus digaungkan, nyatanya hanya sebagian kecil penyandang disabilitas yang berhasil menembus dunia kerja.
PEMBERDAYAAN penyandang disabilitas perlu terus ditingkatkan untuk mendukung proses pembangunan nasional. Saat ini berbagai tantangan masih kerap dihadapi oleh penyandang disabilitas.
Isu kesehatan dan hak reproduksi bagi penyandang disabilitas, terutama perempuan, adalah isu yang fundamental namun kerap terabaikan oleh para pemangku kebijakan.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved