Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Cetak Generasi Unggul dengan Parenting

Gana Buana
29/6/2020 05:05
Cetak Generasi Unggul dengan Parenting
Siswa mengerjakan tugas didampingi ibunya dirumahnya, di Palangkaraya, Kalimantan Tengah, Selasa (14/4/2020).(ANTARA FOTO/Makna Zaezar)

BADAN Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) mengajak generasi muda agar membangun keluarga hebat dengan terencana. Hal itu dilakukan agar generasi muda Indonesia melahirkan generasi muda yang berkualitas, terutama di tengah tantangan pandemi covid-19 saat ini.

Terkait hal itu, Kepala BKKBN Hasto Wardoyo menyampaikan, tugas BKKBN yang mencakup tribina yaitu bina keluarga balita (BKB), bina keluarga remaja (BKR), dan bina keluarga lansia (BKR), memiliki peran penting di masa pandemi covid- 19. Pasalnya, itu berkaitan dengan pendidikan remaja serta keberlangsungan generasi masa depan.

“Terutama bina remaja ini yang harus diperhatikan. Sebab, dari generasi muda lah generasi mendatang akan hadir,” ungkap Hasto dalam Webminar Parenting bertema Siap menghadapi new normal melalui parenting untuk kesehatan dan kebahagiaan keluarga, kemarin.

Hasto menyampaikan, bina remaja yang dilakukan BKKBN ialah untuk menekankan pada tiga aspek, yakni jangan nikah dini, jangan kawin di luar nikah, serta menjauhi narkotika, psikotropika, dan zat adiktif (napza) lainnya. BKKBN menyarankan usia nikah yang tepat ialah 21 tahun untuk perempuan dan 25 tahun untuk laki-laki.

“Ini bukan tanpa alasan, namun demi kesehatan ibu dan calon bayi yang akan lahir, bahkan untuk menghindari kehamilan yang tidak diinginkan yang bisa mengakibatkan bertambahnya angka stunting,” jelas Hasto.

Ia melanjutkan, menjaga kesehatan alat reproduksi bagi para remaja juga sangatlah penting. Pendidikan kesehatan reproduksi penting dilakukan sejak dini untuk mencegah terjadinya permasalahan-permasalahan yang terkait alat reproduksi pada remaja.

“Pendidikan kesehatan reproduksi sejak dini dapat menjaga diri remaja dalam pergaulan bebas, lebih aware terhadap perubahan pada dirinya dan dapat mendeteksi kelainan pada tubuhnya lebih dini,” jelas dia.

Hasto mengatakan, apabila usia kehamilan terlalu dini misalnya usia 15 tahun sudah hamil, tulang panggul calon ibu belum tumbuh secara cukup. Pasalnya, Tuhan menciptakan bayi lahir dengan ukuran kepala mendekati angka 10 cm. Dengan begitu, pertumbuhan tulang perempuan saat hamil akan berhenti. Sebab, kalsium dari tulangnya akan diambil sang bayi.

“Manusia usia 32 tahun sudah mulai keropos tulangnya. Nah kalau sudah usia 15 tahun dia hamil, usia 55 bisa-bisa sudah bungkuk dia,” ujarnya.

Selain stunting, Hasto mengatakan, ada bahaya lainnya seperti kanker mulut rahim. Kalau remaja sudah berhubungan suami istri sebelum usia yang seharusnya, efeknya mungkin dirasakan pada 10-15 tahun mendatang.

“Kalau remaja kan mulut rahimnya belum sempurna, jadi apabila dipakai hubungan suami istri, 10-15 tahun lagi (kemungkinan) jadi kanker,” lanjut dia.


Kebahagiaan Keluarga

Konsultan Tumbuh Kembang Pediatri Sosial Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Prof Soedjatmiko menambahkan kebahagiaan keluarga pada pandemi covid-19 turut menjadi hal penting untuk diperhatikan. Sebab, orangtua dan anak selalu di rumah 24 jam dan peran orangtua terutama ibu memiliki beban kerja bertambah karena harus mengurusi pekerjaan rumah sehari-hari ditambah membantu anak untuk belajar di rumah.

“Tidak jarang orangtua atau anak mengalami stres atau tingkat emosi yang tidak stabil. Padahal, kebahagiaan sangat diperlukan untuk tetap menjaga imunitas tubuh,” kata dia.

Co-Founder Tanam Benih Foundation Willy B Winata menyampaikan hidup yang bahagia bagi anak itu berasal dari tiga hal. Pertama Hidup yang menyenangkan (pleasent life) berkaitan perasaan dan emosi yang positif.

Kedua, hidup yang baik (good life), yakni hidup yang baik agar dapat produktif dan menggali emosinya dengan berbagai kreativitas. Ketiga, hidup yang bermakna (meaningful life), yakni hidup bermakna kalau yang kita lakukan bermanfaat dengan orang lain.

“Pada masa pandemi covid- 19, yang terganggu langsung ialah hidup yang menyenangkan berubah menjadi hidup yang kurang menyenangkan, karena emosi orangtua dan anak bisa berubah menjadi bete, kesal, dan stres karena menyesuaikan diri dengan banyak hal,” kata dia.

Untuk membuat kebahagiaan anak menjadi hidup menyenangkan, kuncinya yakni lebih banyak mendapatkan emosi positif daripada negatif dengan membangun hubungan erat bersama anak melalui ratio 5P:1N (5 komentar positif : 1 komentar negatif). (S-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Riky Wismiron
Berita Lainnya