Headline

DPR setujui surpres pemberian amnesti dan abolisi.

Fokus

Sejak era Edo (1603-1868), beras bagi Jepang sudah menjadi simbol kemakmuran.

Dampak Pandemi, Indeks Ketahanan Pangan Terancam Turun

Atikah Ishmah Winahyu
21/6/2020 17:00
Dampak Pandemi, Indeks Ketahanan Pangan Terancam Turun
Petani di Boyolali, Jawa Tengah, memikul benih padi yang akan ditanam.(Antara/Aloysius Jarot)

PANDEMI covid-19 menyebabkan indeks ketahanan pangan di berbagai daerah berpotensi turun.

Hal itu diungkapkan Staf Subdit Pengelolaan Konsumsi Gizi Direktorat Gizi Masyarakat Kementerian Kesehatan, Kartika Wahyu Dwi Putra. Penyebaran covid-19, lanjut dia, mengakibatkan inflasi, kesulitan akses pangan, hingga kenaikan harga pangan.

“Kita tahu di April ini inflasinya mencapai 2,7%. Di 2,7% ini makanan ataupun minuman sudah 5,3% terjadi kenaikan harga pangan. Dengan inflasi juga hampir 1,1-3,8 juta orang jatuh ke dalam garis kemiskinan. Sekitar 56,5% merupakan pekerja informal,” tutur Kartika dalam diskusi virtual, Minggu (21/6).

Baca juga: Update Covid-19, Pasien Sembuh Mencapai 18.404 Orang

Kartika mengatakan angka kecukupan energi (AKE) masyarakat Indonesia masih sangat kurang. Batas normal AKE, yakni pada angka 100 sampai <130%. Namun berdasarkan data terbaru, sekitar 14,5% warga yang memenuhi AKE. Sedangkan yang kurang atau sangat kurang dari AKE mencapai 33,9% dan 45,7%.

Hal ini menunjukkan angka kecukupan energi masyarakat Indonesia sebagian besar kurang dari 100%. Kemudian, angka kecukupan protein (AKP) yang sesuai atau normal hanya 46,5%. Sedangkan sisanya, yakni 17,3% kurang dari batas normal AKP dan 36,1% tergolong sangat kurang.

Baca juga: Pengentasan Stunting Bisa Manfaatkan Pangan Lokal

“Apalagi kalau kita lihat angka kecukupan energi, 97,7% adalah beras. Jadi ketergantungan beras masih sangat tinggi. Kita perlu tahu bagaimana makan makanan yang beragam, tidak harus beras atau olahannya,” paparnya.

“Kemudian jumlah energi 27,4% dari lemak. Padahal kita tahu dari gizi seimbang rekomendasinya untuk energi dari lemak tidak lebih dari 25%,” imbuh Kartika.

Untuk mengatasi masalah kerentanan pangan di masa pandemi, lanjut dia, masyarakat dapat menerapkan strategi coping. Pertama, perlunya perencanaan menu yang baik sesuai dengan budget atau kemampuan keluarga.

Baca juga: Pembelajaran Jarak Jauh Harus Didukung Adaptasi Kurikulum

“Kurangi atau stop belanja yang tidak penting. Belanja tidak harus mahal dan perhatikan gizi seimbang. Sekarang kalau kita anggap sehari masak berapa ons beras, lalu bisa pakai telur saja yang murah, lalu kita beli tauge itu sekitar Rp 10 ribu sampai Rp 15 ribu,” terangnya.

Selanjutnya, masyarakat dapat memanfaatkan pekarangan rumah untuk menanam sayuran untuk dikonsumsi harian demi menciptakan kemandirian pangan.

“Manfaatkan pekarangan rumah untuk menanam, lalu diolah sendiri. Manfaatkan sumber daya yang terbatas untuk hasil yang maksimal di era new normal,” tandas Kartika.(OL-11)

 




Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya