Headline

Bartega buka kegiatan belajar seni sambil piknik, ditemani alunan jazz, pun yang dikolaborasikan dengan kegiatan sosial.

Fokus

Sekitar 10,8 juta ton atau hampir 20% dari total sampah nasional merupakan plastik.

Soal Beda Tes Masif dan Massal, Ini Penjelasan Achmad Yurianto

Ferdian Ananda Majni
20/6/2020 20:09
Soal Beda Tes Masif dan Massal, Ini Penjelasan Achmad Yurianto
Juru bicara pemerintah dan Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Achmad Yurianto(Antara)

PEMERINTAH terus mengejar target pemeriksaan PCR atau swab test sehingga bertambah menjadi 20 ribu-30 ribu dari yang sebelumnya 10 ribu. Hal ini sesuai dengan arahan Presiden Joko Widodo.

Juru bicara pemerintah dan Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Achmad Yurianto mengatakan pihaknya lebih fokus dengan penanganan tes masif ketimbang tes massal dalam penanganan wabah virus korona (covid-19).

Baca juga: Masuki New Normal, Mensos: Protokol Kesehatan Harga Mati

"Posisi sekarang 20 ribu lebih, sebenarnya arahan Presiden adalah kita harus melakukan pengetesan secara masif. Ini yang harus kita bedakan, masif dengan massal, beda itu. Masif artinya guidance-nya adalah kontak tracing," kata Yuri di Gedung Graha BNPB, Jakarta Timur, Sabtu, (20/6).

Dia menegaskan tes masif merupakan pelacakan terhadap orang yang melakukan kontak dengan pasien positif covid-19. Menurut dia, proses ini lebih ampuh menghentikan laju penyebaran virus ketimbang memeriksa banyak orang.

"Jadi semua kasus yang dicurigai dari kontak tracing kontak dekat dengan konfirmasi yang sudah dipastikan, harus dilakukan tes dalam rangka untuk mencari dan mengisolasi agar tidak menjadi sumber penularan di komunitasnya. Nah ini masif," sebutnya

Baca juga: Update Pasien Covid-19: Positif, Sembuh, dan Meninggal Bertambah

Oleh karena itu, dapat dipastikan dalam satu orang ada dua spesimen yang harus diperiksa. Tentunya orang itu melakukan kontak langsung dengan pasien sebelum dirawat.

"Karena kan harus kita yakini. Tidak satu spesimen satu orang, ada satu orang dengan dua spesimen. Misalnya diambil nasofaring dan orofaring, berarti kan itu dua spesimennya, tetapi orangnya satu," sebutnya.

Baca juga: Virus Korona Dulunya Bersirkulasi di Hewan

Setelah diperiksa akan dikelompokkan per klaster. Selanjutnya klaster baru akan mudah ditemukan dengan cara seperti ini.

"Nah ini yang kemudian kita laporkan ke WHO. Inilah yang menjadi acuan kontak tracing, dia tertular darimana, dan seterusnya. Kalau kemudian ini adalah kasus lanjutan, kita menunggu kapan dia negatifnya untuk kita rilis kasus yang sembuh," lanjutnya

Adapun massal, lebih bersifat acak. "Kalau massal, berarti siapapun yang datang, random saja kita tes," tambah Yuri.

Baca juga: Forkom KBI Inisiasi Renovasi Rumah Bung Hatta

Sebelumnya, dalam upaya percepatan penanganan Covid-19, Kementerian Kesehatan RI sebagai bagian dari Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 melakukan tracing melalui pemeriksaan spesimen dari tiap-tiap pasien secara masif di seluruh provinsi di Indonesia.

Hasil pemeriksaan spesimen yang diproses melalui laboratorium tes Polymerase Chain Reaction (PCR) atau Tes Cepat Molekuler (TCM) itu kemudian disebut data primer all record yang masih akan diverifikasi untuk selanjutnya dikelompokkan dan dilaporkan ke Badan Kesehatan Dunia (WHO). Selain itu, hasil data pemeriksaan yang telah diverifikasi tersebut sekaligus sebagai titik awal penentuan tracing lebih lanjut.

Adapun spesimen tersebut sebagai contoh adalah pemeriksaan uji sampel nasofaring dan orofaring yang diambil dari satu orang. Artinya ada dua spesimen dari satu orang yang kemudian akan diperiksa melalui laboratorium.

Baca juga: Data Pasien Covid-19 Bocor, Menkominfo Koordinasi dengan BSSN

Kemudian, hasil uji spesimen tersebut akan diverifikasi apakah hal itu merupakan kasus baru atau kasus yang sebelumnya sudah diperiksa, ditindak lanjuti dan berada dalam masa tunggu uji hasil spesimen atau follow up.

Dari verifikasi tersebut, menurut Yuri, kemudian akan diberi nomor registrasi dan dilaporkan ke WHO sekaligus sebagai acuan titik tracing.

"Setelah ketemu orangnya masih harus kita verifikasi, ini kasus baru atau kasus follow up?," jelas Yuri.

"Karena setiap kasus baru yang kita identifikasi maka kewajiban kita adalah harus memberikan nomor registrasi. Ini Covid nomor berapa. Ini yang kemudian kita laporkan ke WHO. Dan inilah nanti jadi acuan titik tracing," imbunya.

Selanjutnya apabila ternyata kasus follow up, maka akan ditunggu kapan negatifnya sehingga kemudian akan dikelompokkan dan dilaporkan sebagai pasien sembuh covid-19. (X-15)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Henri Siagian
Berita Lainnya