Headline

DPR klaim proses penjaringan calon tunggal hakim MK usulan dewan dilakukan transparan.

Beragam Upaya Selamatkan Pasar dari Ancaman Korona

Ardi Teristi Hardi
13/6/2020 05:05
Beragam Upaya Selamatkan Pasar dari Ancaman Korona
Petugas pemadam kebakaran melakukan penyemprotan disinfektan di Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta Timur, kemarin.(MI/ANDRI WIDIYANTO)

DI tengah ancaman bahwa pasar bisa menjadi kluster baru penyebaran covid-19, pengelola sejumlah pasar berusaha melakukan upaya-upaya
pencegahan. Pasar mesti diselamatkan karena sangat penting untuk memenuhi kebutuhan pangan.

Di DIY, pemerintah setempat mengharuskan pedagang dan pembeli mengenakan masker. “Pasar tradisional sudah menjadi kawasan wajib pakai masker,” terang Wakil Sekretaris Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 DIY, Biwara Yuswantana, kemarin.

Upaya mencegah penularan korona terlihat pula di Pasar Bukateja, Purbalingga, Jawa Tengah. Di pasar itu, protokol kesehatan betul-betul dikedepankan. Lapak pedagang dibatasi dengan plastik. Para pedagang pun mengenakan masker dan pelindung wajah (face shield).

Pemerintah setempat telah menjadikan Pasar Bukateja sebagai percontohan pencegahan covid-19 di Purbalingga. “Kami bersama pedagang telah sepakat untuk membuat sekat dari plastik pembatas antara pedagang dan pembeli maupun dengan pedagang lainnya,” tutur Kepala Pasar Bukateja, Somikhin.

“Anjuran untuk mengenakan masker dan pelindung wajah serta pembatas dengan plastik kami laksanakan karena tujuannya baik,” ucap salah satu pedagang, Turyanti, 30.

Upaya pencegahan juga dilakukan di pasar-pasar tradisional di Jakarta dengan sistem ganjil-genap mulai Senin (15/6). Dengan sistem itu, ujar Dirut Perumda Pasar Jaya Arief Nasrudin, kios-kios akan buka secara bergantian sesuai nomor. Kios bernomor ganjil akan melayani pembeli di tanggal ganjil. Begitu pula yang bernomor genap hanya buka di tanggal genap. Dengan begitu, kepadatan bisa dikurangi. Pedagang pun diharuskan memakai pelindung wajah.

Di berbagai daerah di Jawa Tengah seperti Kota Semarang, Kudus, Jepara, Demak, Grobogan, Blora, Kendal, dan Pekalongan, pemerintah se tempat menutup sementara pasar yang mengabaikan protokol kesehatan.

Jumlah orang yang terpapar covid-19 di pasar-pasar di daerah terus bertambah. Penambahan antara lain terjadi di Palembang, Sumatra Selatan, Tuban, Jawa Timur, dan Temanggung, Jawa Tengah. Namun, masih banyak warga yang tidak mempedulikan protokol kesehatan di pasar-pasar.

Lebih gencar

Ketua Bidang Keanggotaan DPP Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (Ikappi) Dimas Hermandiyansyah menegaskan bahwa potensi pasar tradisional sebagai klaster baru penyebaran korona harus mendapat perhatian superserius berbagai pihak, khususnya pemerintah. Hal itu karena pasar ialah tempat berinteraksi penjual dengan pembeli untuk memenuhi kebutuhan pangan demi kelangsungan hidup.

Ikappi mencatat di Indonesia terdapat 13.450 pasar tradisional yang menampung 12,3 juta pedagang. Belum lagi pihak-pihak lain yang menggantungkan hidup dari pasar, seperti pemasok dan kuli panggul. Karena itu, tandas Dimas, pasar harus diselamatkan. “Kami mencatat wtotal kasus positif covid-19 di pasar sebanyak 529 orang dan yang meninggal 29 orang.”

Sementara itu, pengamat kebijakan publik Trubus Rahadiansyah mendesak gugus tugas pusat mendorong gugus tugas daerah menggencarkan lagi tes massal di pasar-pasar sebagai deteksi dini. “Tempat berkumpul masyarakat seperti pasar, rumah ibadah, dan pendidikan, itu rawan dan potensial (sebagai klaster penularan covid-19). Akan tetapi, gugus tugas dan pemerintah daerah kurang responsif.” (Tim/X-8)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Kardashian
Berita Lainnya