Headline
KPK akan telusuri pemerasan di Kemenaker sejak 2019.
SEBANYAK 53 tenaga kesehatan di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta harus menjalani isolasi dan pengambilan sampel swab setelah melayani pasien yang tidak jujur. Bahwa pasien tersebut positif Covid-19.
"Mereka ini terdiri dari dokter, perawat, pramu husada dan cleaning service di RSUP Dr Sardjito. Mereka sebenarnya bukan tim yang secara langsung menangani pasien khusus covid di RS Sardjito," kata Kepala Bagian Hukum dan Humas RSUP Dr Sardjito, Banu Hermawan, Kamis (30/4).
Menurut Banu, tindakan ini diambil karena adanya keterangan yang terlambat disampaikan oleh keluarga pasien kepada tim medis saat menjalani rawat inap. Pasien tersebut awalnya dirawat inap dengan keluhan penyakit bawaan noncovid. Namun, ujarnya, pasien ini ternyata memiliki riwayat kontak dengan pasien positif covid-19.
Menurut Banu, saat pertama pasien masuk, petugas tim medis telah melakukan rapid tes terhadap pasien perempuan ini dengan hasil negatif. Dalam perawatan tersebut, kata Banu, pasien di tunggu oleh suaminya.
Setelah menjalani perawatan beberapa hari, jelasnya lagi, anak pasien bercerita bahwa bapaknya yang selama ini menunggui ibunya (pasien) masuk ke salah satu rumah sakit di Sleman, dengan rapid dan swab positif. Selanjutnya pasien yang di RSUP Dr Sardjito, dilakukan rapid tes kedua
dengan hasil reaktif. Berdasarkan hasil reaktif tersebut tim medis melakukan swab covid.
"Hasil tes menunjukkan pasien positif pada 23 April 2020 dan langsung dipindahkan ke ruang perawatan isolasi Covid-19," ungkapnya.
Dikatakan, dari penelusuran informasi lebih lanjut kepada pasien dan keluarga, diperoleh keterangan bahwa suami pasien sempat satu mobil dengan pasien positif sebelumnya di DIY.
Selama ini, kata Banu, RSUP Dr Sardjito dalam menjalankan perawatan terhadap seluruh pasien, telah menggunakan prosedur yang ketat, terutama masalah penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) maupun prosedur sterilisasi mandiri dan cuci tangan. Namun demikian, jelasnya lagi, karena level
perawatan saat itu bukan di ruang isolasi, maka swab terhadap seluruh petugas yang berinteraksi dengan pasien ini tetap dilakukan.
"Tujuan Swab itu sebagai prosedur untuk memutus mata rantai penyebaran, dan bentuk perlindungan bagi petugas medis agar tidak tertular. Apabila banyak tenaga medis yang terinfeksi, maka masyarakat akan kesulitan mendapatkan akses layanan kesehatan," katanya.
Dari hasil swab yang telah keluar pada Rabu (29/04) sore, didapatkan hasil swab sebanyak 41 dinyatakan negative, termasuk dokter spesialis dan dokter peserta didik. "Sedangkan 12 lainnya, masih menunggu hasil swab yang sedang dalam proses," katanya.
Pada kesempatan itu, Banu mengimbau masyarakat luas bahwa covid-19 dapat menginfeksi siapapun, karena itu masyarakat diminta tetap mengenakan masker, jaga jarak, rajin cuci tangan, dan tidak bepergian untuk hal tidak penting.
Banu Hermawan kemudian juga mengimbau agar masyarakat bersikap arif terkait status penderita covid-19. "Jangan ada stigma negatif terhadap mereka. Stigma negatif bagi penderita covid-19 akan memperburuk kondisi penanganan covid secara komprehensif. Salah satunya dapat memunculkan
sikap ketidakjujuran dari masyarakat saat berobat. Bagi Pasien yang berobat, kami mohon mengungkapkan apa adanya tentang dirinya dan kondisi di sekitar saat periksa. Ini akan memperlancar tim medis mengambil tindakan tepat bagi pengobatan pasien sendiri," tuturnya. (OL-13)
Baca Juga: TNI-Polri Distribusikan Seribu Paket Sembako Door to Door
Baca Juga: Homecare24 Gelar Rapid Test Gratis di The Media Hotel Jakarta
PASCAPANDEMI, penggunaan masker saat ini mungkin sudah tidak menjadi kewajiban. Namun demikian, penggunaan masker nyatanya menjadi salah satu benda penting untuk melindungi diri.
Pengurus IDI, Iqbal Mochtar menilai bahwa kekhawatiran masyarakat terhadap vaksin berbasis Messenger Ribonucleic Acid (mRNA) untuk covid-19 merupakan hal yang wajar.
Teknologi vaksin mRNA, yang pernah menyelamatkan dunia dari pandemi covid-19, kini menghadapi ancaman.
Menteri Kesahatan AS Robert F. Kennedy Jr. membuat gebrakan besar dengan mencabut kontrak dan membatalkan pendanaan proyek vaksin berbasis teknologi mRNA, termasuk untuk covid-19.
PEMERINTAH Amerika Serikat membekukan dana sebesar 500 juta dolar AS yang dialokasikan untuk proyek vaksin mRNA produksi produsen bioteknologi CureVac dan mitranya, Ginkgo Bioworks.
Stratus (XFG), varian COVID-19 baru yang kini dominan di Indonesia, masuk daftar VOM WHO. Simak 5 hal penting menurut Prof. Tjandra Yoga Aditama.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved