Headline

Mantan finalis Idola Cilik dan kreator konten juga memilih menikah di KUA.

Fokus

Ketegangan antara Thailand dan Kamboja meningkat drastis sejak insiden perbatasan

Dilema Dokter saat Diimbau tidak Praktik

Atalya Puspa
20/4/2020 01:05
Dilema Dokter saat Diimbau tidak Praktik
Dua orang dokter berdiri di depan ruang isolasi pasien yang terpapar virus korona.(MI/Dwi Apriani )

IMBAUAN Kementerian Kesehatan kepada dokter dan tenaga kesehatan untuk tidak melakukan praktik rutin kecuali ada kondisi emergensi dalam rangka upaya penanganan pandemi covid-19 disambut beragam. Alasannya, di lapangan masyarakat juga butuh berobat dan memerlukan penanganan medis di luar keluhan covid-19.  

Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Cabang Bandar Lampung, dr Aditiya Biomed mengakui imbauan dari Kemenkes tersebut menimbulkan dampak dilematis bagi para dokter mengingat relatif sulit penerapannya.

“Teman-teman dokter sudah terima surat edaran itu, dan kami sedikit sulit menerapkan. Kita juga tidak bisa memaksa teman-teman untuk membatasi praktiknya atau menjalankan tugasnya,” kata Aditya, kemarin.

Menurut ia, banyak pasien atau masyarakat yang sakit perlu pengobatan, baik itu terpapar covid-19 maupun bukan. Para dokter juga tidak ingin masyarakat tambah menderita karena dokter menutup praktiknya.

“IDI juga ada satu gerakan semesta, semua dokter untuk membantu masyarakat, kecuali dokter yang sudah senior,” kata Aditiya. Bahkan para dokter juga diminta untuk terus memantau kesehatan warga yang melakukan isolasi mandiri.

Karena itu, untuk meminimalisasi risiko penularan covid-19, pihaknya telah menyiapkan alat pelindung diri (APD) bagi para dokter praktik atau yang bertugas. Aditiya menambahkan adanya pelayanan kesehatan melalui teknologi informasi dirasakan lumayan efektif. “Kami pun ada layanan melalui Whatsapp untuk masyarakat yang ingin berkonsultasi,” ujarnya.

Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Lampung Reihana menyarankan kepada semua dokter praktik untuk memakai APD saat memeriksa atau melayani pasiennya. “Minimal mereka memakai masker dan sarung tangan,” kata dia.

Terpisah, Persatuan Rumah Sakit Indonesia (Persi) mendukung imbauan Kemenkes terkait pelarangan praktik dokter selama pandemi covid-19. “Kita dukung demi mencegah penyebaran covid-19. Di lapangan sudah ada dokter yang mengurangi pasien, atau cuti praktik,” kata anggota Persi Daniel Wibowo.

Adapun dokter yang masih berpraktik tetap memerhatikan prosedur pencegahan covid-19, dengan memakai APD dan menjaga jarak aman saat berinteraksi dengan pasien.

Sementara itu, Pemprov Bangka Belitung mengimbau seluruh dokter gigi di sana untuk tidak berpraktik. Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan Provinsi Bangka Belitung, Hermain mengatakan bila masyarakat menghendaki pelayanan gigi bisa langsung ke puskesmas. “Kalau di puskesmas tetap buka pelayanan dokter giginya yang bertugas sesuai SOP saat pandemi covid-19,” ujarnya.

Harus jujur

Banyaknya kasus perawat atau dokter yang terinfeksi covid-19 dipicu beberapa faktor yang salah satunya ialah ketidakjujuran pasien ketika berobat atau saat ditanya perihal kronologi penyakitnya.

Seperti dikisahkan Nurdiansyah, salah satu perawat yang turut menangani pasien covid-19 di Rumah Sakit Pusat Infeksi Sulianti Saroso, ketika berbagi pengalamannya di Media Center Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, Graha BNPB, Jakarta, kemarin.

Sudah banyak beberapa tenaga medis yang terinfeksi hingga gugur dalam melaksanakan tugasnya. “Ada yang tertular karena mungkin ketidakjujuran (pasien). Bulan ini kita penuh duka, angka positif dari teman-teman kita semakin banyak, yang meninggal juga,” ungkap Nurdiansyah. (Ant/Fer/RF/BY/H-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya