Headline
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.
MEREBAKNYA wabah Covid-19 di tanah air berdampak pada aktivitas kehidupan sehari-hari warga masyarakat.Tak terkecuali, bagi kalangan disabilitas para penyandang cacat khususnya kaum tunanetra.
Bagi Ngadiyem, 53, yang sehari-hari berprofesi sebagai pemijat di kediamannya Kampung Utan, Kelurahan Cempaka Putih, Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan ( Tangsel),Banten, wabah Covid-19 ini membuat penghasilannya turun drastis.
Baca juga: Menyemai Ilmu di Lahan Tandus
"Adanya wabah virus korona ini membuat kami semua bingung, penghasilan kami menurun drastis, kami mesti bagaimana? Karena kami diminta di rumah saja. Sedangkan, tamu pijat tidak ada yang datang sama sekali. Ini bukan saya saja yang mengalami, semua tunanetra mengalami seperti ini, " ungkap Ngadiyem menjawab Media Indonesia, melalui sambungan telepon, Rabu (15/4).
Guna menambah penghasilannya, Ngadiyem juga berjualan kerupuk dekat tempat tinggalnya di Stasiun Kereta Pondok Ranji. Setiap usai Asar ia diantar anaknya Diah, 22, ke stasiun tersebut hingga menjelang magrib ia kembali ke rumahnya.Sama seperti kerja memijat yang sepi pengunjung, dagangannya pun sepi pembeli. Akhirnya ia pun berhenti berjualan kerupuk tersebut.
Ngadiyem sejak usia 5 tahun menderita kebutaan akibat terserang sakit panas. Ia tidak menyerah dengan cacat yang dideritanya. Ia tahu harus bertahan dengan tidak mengemis seperti penyandang cacat lainnya dan berusaha mandiri untuk punya ketrampilan hidup.
Itulah alasannya hingga ia memilih untuk belajar teknik pemijatan di balai sosial Purworejo dan Pemalang. Ibu dua orang anak ini sudah merantau ke Jakarta sejak tahun 1983 guna mencari sumber kehidupan yang lebih baik dengan bekerja memijat.
"Alhamdulillah 2 anak saya sudah selesai sekolah semua berkat bantuan dari hamba Allah jemaah pengajian lingkungan di tempat tinggal saya, " cetusnya.
Deritanya belum berakhir, Diah sang anak yang kerap menuntun dan membantunya mencari nafkah kini tengah menganggur. Sebab, tempat ia bekerja sebagai karyawan di sebuah toko pada Mal di Bintaro, Jakarta Selatan terpaksa tutup akibat wabah Covid-19.
"Hingga saat ini belum ada bantuan dari pemerintah kepada kami," cetusnya seraya berharap badai wabah korona segera berakhir.
Ketua Persatuan Tunanetra Asri ( Pertunas), Tamam, yang beranggotakan para tunanetra seJabodetabek mengatakan hal senada agar bantuan pemerintah dapat dirasakan bagi para tunanetra.
Baca juga: UGM Produksi VTM untuk Swab Test Covid-19
"Kami juga sangat terdampak penghasilan kami turun drastis karena sepi para tamu dan langganan pijit kami, " ujarnya.
Namun ia bersyukur di tengah kesulitan hidup ada kalangan swasta yang turut peduli berbagi kepada anggota Pertunas dengan memberikan paket sembako, diantaranya dari Medco Foundation, Darut Tauhid, serta sejumlah donatur yang berbaik hati kepada mereka. (OL-6)
HASIL swab antigen 11 jemaah Haji yang mengalami sakit pada saat tiba di Asrama Haji Sukolilo Surabaya, menunjukkan hasil negatif covid-19
jemaah haji Indonesia untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap gejala penyakit pascahaji. Terlebih, saat ini ada kenaikan kasus Covid-19.
Untuk mewaspadai penyebaran covid-19, bagi jamaah yang sedang batuk-pilek sejak di Tanah Suci hingga pulang ke Indonesia, jangan lupa pakai masker.
Masyarakat harus selalu waspada serta selalu menjaga pola hidup sehat bersih (PHBS).
DALAM menghadapi kembali merebaknya covid-19, Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Debarkasi UPG Makassar mengambil langkah tegas dengan memperketat protokol kesehatan saat menyambut kepulangan jemaah haji dari Tanah Suci.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved