Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Cerita Pilot Batik Air saat Karantina Usai Evakuasi WNI di Wuhan

Akmal Fauzi
17/2/2020 21:08
Cerita Pilot Batik Air saat Karantina Usai Evakuasi WNI di Wuhan
Destyo Husodo, pilot Batik Air yang evakuasi WNi dari Wuhan(MI/Akmal Fauzi)

TIDAK terbayang oleh Destyo Usodo, pilot Batik Air, harus tidur di barak selama 14 hari usai mengikuti misi kemanusiaan mengevakuasi warga negara Indonesia (WNI) dari Wuhan, Tiongkok ke Indonesia akibat merebaknya wabah COVID-19.

Bersama 17 awak kabin lainnya, dia harus ikut dikarantina di Natuna, kepulauan Riau.

“Mana ada hidup sebagai penerbang sipil tidur di barak. Ini pengalaman berharga dalam misi kemanusiaan,” kata Destyo saat ditemui di Kantor Media Grup, Jakarta, Senin (17/2) malam.

Captain Destyo menjadi orang yang paling bertanggung jawab untuk memulangkan WNI di Wuhan, wilayah yang menjadi sumber wabah virus korona. Dia memimpin misi kemanusiaan dengan pesawat Airbus A330-300 CEO.

Dari awal, pilot berusia 45 tahun itu sudah mengetahui akan adanya proses observasi usai menjemput 238 WNI dari Wuhan. Namun, dia belum mengetahui lokasi karantina.

Baca juga : Banyak Diragukan, Indonesia Tegaskan Bisa Deteksi COVID-19

“Tapi ya namanya juga hal baru dan pengalaman baru. Dari awal sudah siap dan semua berjalan baik, tentunya ada suka duka meninggalkan keluarga begitu lama," ujarnya.

Selama di Natuna, dia mengaku menjalankan beberapa aktifitas mulai dari olahraga bersama dengan para WNI yang dievakuasi, bermain bulutangkis hingga karaoke bersama.

“Sudah seperti keluarga. Kami terima kasih kepada TNI yang suport kami dengan logistik semuanya, hal seperti makanan sehat, serta kehutuhan primer kami ada TV dan lainnya,” jelasnya.

Destyo mengaku bangga dengan misi kemanusiaan yang dijalaninya. Meski sempat khawatir lantaran masuk ke wilayah yang dianggap berbahaya wabah virus korona, dia meyakini semua bisa berjalan baik sesuai rencana yang sudah disiapkan secara matang.

Ayah tiga anak itu mengatakan, sejak awal sudah ada mitigasi bagaimana proses evakuasi. Ada tiga lapis pemeriksaan medis ke WNI di Wuhan sebelum masuk pesawat.

Baca juga : Menlu Minta Menkes Kirim Tim Jemput WNI di Kapal Pesiar di Jepang

“Terakhir ada pemeriksaan juga dari kementerian kesehatan Indonesia. Jadi dari awal memang kami yakin mereka sehat dan sudah dijamin juga oleh pemerintah Tiongkok,” jelasnya.

Setibanya di Bandara Tianhe Wuhan, dia bersama awak kabin lainnya harus menunggu 8 jam sebelum WNI masuk ke pesawat. Selama menunggu, dia bersama awak kabin lainnya juga sempat melakukan simulasi proses evakuasi.

“Jadi semua sudah disiapkan secara detil proses mitigasinya. Ini pengalaman misi kemanusiaan yang berharga,” kata Destyo yang mengaku pernah ikut misi kemanusiaan lainnya seperti evakuasi pengungsi korban kerusuhan di Ambon dan Banjarmasin. (OL-7)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Ghani Nurcahyadi
Berita Lainnya