Headline

Dalam suratnya, Presiden AS Donald Trump menyatakan masih membuka ruang negosiasi.

Fokus

Tidak semua efek samping yang timbul dari sebuah tindakan medis langsung berhubungan dengan malapraktik.

Investasi untuk Layanan Kesehatan Digital Makin Dilirik

Mediaindonesia.com
08/2/2020 23:00
Investasi untuk Layanan Kesehatan Digital Makin Dilirik
Peluncuran survei Health on demand(Dok. Mercer Marsh benefit)

BANYAK perusahaan berencana untuk berinvestasi lebih besar pada layanan kesehatan digital dalam lima tahun ke depan.  Sebagian besar perusahaan yakin layanan kesehatan berbasis digital menjadi solusi dengan biaya efektif untuk membantu para karyawan menjadi lebih sehat.

Layanan tersebut juga memenuhi kebutuhan karyawan dengan biaya terjangkau. Hal itu terungkap dari hasil survei terbaru Health on Demand yang dilakukan terhadap lebih dari 16 ribu responden pekerja dan 1.300 responden perusahaan di 13 negara di dunia. 

Data tersebut menunjukkan sekitar 68% dari total responden berencana untuk berinvestasi lebih besar pada layanan kesehatan digital dalam lima tahun ke depan. 

Survei yang dilakukan pertama kali oleh Mercer Marsh Benefits, Mercer, dan Oliver Wyman, itu pun menemukan bahwa walaupun terdapat cara pandang dan pola pikir yang berbeda, mayoritas 64% dari responden pekerja sangat antusias dengan prospek dari inovasi layanan kesehatan berbasis digital. 

Sekitar 63% dari responden pekerja juga mengatakan mereka percaya dengan cara baru dalam layanan kesehatan jika disediakan oleh perusahaan tempat mereka bekerja.

Baca juga : Beberapa Risiko Kesehatan yang Muncul Setelah Menopause

"Temuan-temuan hasil survei Health on Demand mengonfirmasikan keyakinan kami bahwa perusahaan-perusahaan yang ingin membangun budaya hidup sehat di tempat kerja dan sekaligus meningkatkan upaya dalam retensi karyawan harus mempertimbangkan investasi layanan kesehatan digital," kata Herve Balzano, Mercer Marsh Benefits International Leader and Mercer President, Health, dalam keterangan tertulis

"Karena jika tidak dilakukan, risikonya bisa tertinggal di dalam persaingan pasar tenaga kerja global yang kompetitif saat ini," imbuhnya.

Dari 13 negara yang disurvei, lanjut Balzano, tujuh negara termasuk dalam kelompok negara maju dan enam negara lain masuk kelompok negara berkembang. Hasil temuan survei dari negara-negara berkembang menunjukkan minat sangat tinggi terhadap solusi layanan kesehatan digital.

Hal itu terungkap ketika responden ditanya seberapa besar keinginan mereka untuk mencoba setiap layanan yang tertera di urutan daftar 15 layanan kesehatan digital yang diberikan kepada mereka. 

Hasil survei dari responden pekerja di negara-negara berkembang menunjukkan bahwa mereka bersedia mencoba rata-rata 10 dari daftar 15 layanan kesehatan digital, dibandingkan dengan responden di negara-negara maju yang ingin mencoba rata-rata 5 dari daftar yang diberikan tersebut.

Presiden Direktur dan CEO Marsh Indonesia Douglas Ure mengatakan, semakin banyak pekerja di negara-negara berkembang yang sudah siap dengan layanan kesehatan digital.

“Hasil temuan survei juga menunjukkan bahwa para pekerja di tiga belas negara yang di survei tersebut terbuka dengan layanan kesehatan yang dapat memenuhi kebutuhan mereka dengan biaya terjangkau," ujarnya.

Menurut Ure, itu menjadi kesempatan bagi para perusahaan untuk menerima disrupsi teknologi dengan positif melalui cara dengan kemudahan akses ke layanan kesehatan yang berkualitas. 

Dari hasil survei, terungkap 90% responden perusahaan di Indonesia percaya bahwa investasi di layanan kesehatan digital akan memberikan dampak positif di tempat kerja dan pekerja bisa lebih bersemangat.

Hasil temuan survei dari tiap-tiap negara juga mengungkapkan preferensi berbeda. Selain ditanya seberapa besar keinginan responden pekerja untuk mencoba setiap layanan dari urutan daftar 15 layanan kesehatan digital, mereka juga ditanya seberapa besar manfaat dari tiap layanan yang ingin dicoba tersebut bagi mereka dan keluarga. 

Layanan yang dinilai paling besar manfaatnya oleh hampir seluruh responden pekerja yakni layanan aplikasi berupa membantu mencarikan dokter yang tepat atau layanan perawatan kesehatan di mana pun dan kapan pun dibutuhkan.

Hasil temuan itu juga ada di urutan teratas yang dikatakan 66% dari responden pekerja di Indonesia. Di Inggris, layanan yang paling diminati yaitu teknologi yang dapat dipakai dalam kondisi kronis untuk membantu penderita secara mandiri. 

Di Tiongkok, 76% dari responden pekerja mengatakan bahwa mereka bertanggung jawab atas perawatan kesehatan anggota keluarga dibandingkan dengan hasil survei rata-rata 53% di 13 negara. 

Layanan kesehatan digital yang paling diminati oleh responden pekerja di Tiongkok berupa robot pendamping yang membantu para lansia tetap sehat di rumah.

Baca juga : kops Yoga yang Perlu Diperhatikan Pemula

Ketertarikan pada solusi layanan kesehatan digital dapat merambah ke cakupan fitur yang lebih luas serta fokus untuk membangun budaya sehat di tempat kerja. Dari hasil survei terhadap responden perusahaan, secara jelas mereka menyadari pentingnya kesejahteraan karyawan.

Sebanyak 95% mengatakan bahwa mereka akan berinvestasi dengan jumlah lebih atau sama guna melakukan tindakan inisiatif dalam layanan kesehatan untuk lima tahun ke depan. Lantas 71% dari responden perusahaan percaya bahwa mereka peduli dengan kesejahteraan karyawannya. 

Namun, ketika responden pekerja ditanya pertanyaan yang sama, hanya 50% yang mengatakan bahwa perusahaan tempat mereka bekerja peduli dengan karyawan. Hasil survei juga mengungkapkan saran untuk mengurangi kesenjangan pendapat tersebut.

Mercer Marsh Benefits Country Leader Marsh Indonesia Wulan Gallacher menekankan, untuk pekerja di Indonesia, 2 dari 3 dari mereka mengatakan mereka akan bertahan pada perusahan tempat mereka bekerja jika perusahaannya menyediakan atau memberikan solusi layanan kesehatan berbasis digital. 

"Pada pihak perusahaan, 7 dari 10 pengambil keputusan pada perusahan meyakini bahwa mempromosikan realisasi solusi layanan kesehatan digitala akan membantu para pekerja bertahan," tuturnya. (RO/OL-7)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Ghani Nurcahyadi
Berita Lainnya