Headline
Hakim mestinya menjatuhkan vonis maksimal.
Talenta penerjemah dan agen sastra sebagai promotor ke penerbit global masih sangat sedikit.
DUNIA pengobatan kanker terus berkembang dan sebisa mungkin memberikan harapan hidup kepada pasien lebih lama. Seperti halnya kanker paru-paru, dengan pengobatan terbaru mampu menurunkan risiko perkembangan sel kanker lebih dari 40%.
Obat yang dimaksud ialah dacomitinib yang dikeluarkan oleh Pfizer menjadi obat lini pertama pengobatan kanker paru-paru sel besar (non small cell lung cancer/NSCLC) yang telah menyebar ke sebagian tubuh (metastastik).
Obat lini pertama kanker paru sel besar ini dibahas oleh Prof Tony Mok dari The Chinese University Hong Kong, Prof Thanyanan Reungwetwattana dari Mahidol University Bangkok, Thailand, dan Dr Daniel Tan dari National Cancer Centre Singapore, dalam kongres European Society for Medical Oncology (ESMO) Asia 2019 yang berlangsung di Singapura, 22-24 November 2019.
Ketiga pembicara membahas bahwa ada perbedaan besar dalam pengobatan kanker paru-paru generasi sebelumnya dengan generasi ketiga ini.
Thanyanan Reungwetwattana dari Mahidol University menjelaskan bahwa EGFR (Epidermal Growth Factor Receptor) adalah mutasi gen yang paling sering terjadi pada kanker paru, khususnya jenis kanker paru sel besar yang ditemukan paling banyak dengan persentase sekitar 40-50%. Keganasan yang sudah menyebar dan menimbulkan pesimistis harapan hidup bagi pasien.
Ia memberikan contoh obat generasi sebelumnya yakni gefitinib tidak seluruh sel kanker yang memicu penyebaran tertangani. Sebaliknya dacomitinib bisa menurunkan risiko perkembangan kanker lebih maksimal meski efek samping yang dialami pasien lebih besar.
"Diare, muntah dan munculnya ruam pada kulit lebih besar dialami pasien menggunakan obat generasi ketiga ini jika dibandingkan dengan terapi lainnya," terangnya seperti dilaporkan wartawan Media Indonesia, Siswantini Suryandari, dari Singapura, Sabtu (23/11).
Hal senada juga disampaikan oleh Tony Mok dan Daniel Tan. Keduanya menyambut baik dengan pengobatan generasi ketiga ini.
Dacomitinib merupakan terapi untuk penghambat pertumbuhan sel kanker besar pada paru-paru.
Uji klinis dacomitinib dilakukan pada 227 pasien usia 18 tahun ke atas dari berbagai etnis seperti Jepang, Tiongkok, dan wilayah Asia Timur lainnya, serta non-Asia selama 48 bulan. Dari hasil uji klinis tersebut, keberlangsungan hidup pasien lebih baik dibandingkan gefitinib.
Namun efek sampingnya seperti diare dan ruam pada kulit paling banyak dialami pasien atau sekitar 87%.
Dari hasil uji klinis disimpulkan bahwa dacomitinib dapat menurunkan risiko perkembangan sel kanker lebih dari 40% dari rata-rata 6,5 bulan pengobatan.
Baca juga: Peringati HKN ke-55, Wanita Permabudhi Gelar Diskusi Kesehatan
Sejak 2018, dacomitinib telah disetujui oleh FDA (Badan POM AS) menjadi obat lini pertama dalam penanganan kanker paru sel besar. Di seluruh dunia, kanker paru sel besar (NSCLC) mendominasi jenis kanker paru yang ada, yakni 75%-nya.
Dr. Elisabete Weiderpass, Direktur International Agency for Research on Cancer (IARC) WHO dalam acara kongres ESMO Asia 2019 mengatakan bahwa pencegahan adalah strategi jangka panjang yang paling efektif untuk mengendalikan kanker karena 30-50% dari semua kanker dapat dicegah.
"Wilayah Asia-Pasifik dengan lebih dari 60% populasi dunia, menanggung setengah dari beban kanker global. Konsekuensinya, kebijakan dan program nasional harus diperkuat di wilayah tersebut. Selain meningkatkan kesadaran, ada juga kebutuhan untuk mengurangi paparan faktor risiko kanker dan memastikan bahwa orang diberikan informasi dan dukungan yang mereka butuhkan untuk membuat pilihan yang sehat," kata Weiderpass.
WHO melaporkan saat ini ada lima daftar penyakit kanker paling tinggi diidap oleh warga Asia Pasifik. Yakni kanker paru-paru, kanker payudara, kanker kolorektal (usus), kanker prostat dan kanker perut.
Elisabete Weiderpass menyebutkan jumlah pasien pada lima kanker ini di Asia Pasifik meningkat.
Dia menyebutkan pada 2018 beban kanker di Asia Pasifik 49,1%, insiden kematian 57,5% dan prevelansi selama lima tahun mencapai 41,4% atau 18,1 juta kasus kanker.
"Maka pencegahan sangat penting. Mulaiah dengan pengendalian tembakau, pengendalkan alkohol, pengendalian berat badan, harus berolahraga, dan hindari diet yang salah," saran Weiderpass. (OL-1)
Sawi putih bukan hanya sayur murah meriah, tapi juga kaya vitamin C, K, folat, dan antioksidan. Ini 9 manfaat sawi putih untuk tubuh.
Bukan hanya bermanfaat bagi kesehatan tulang saja, ternyata Vitamin K juga sangat memiliki manfaat yang baik bagi kesehatan tubuh lainnya.
Penerapan intervensi pada pemaknaan kesehatan atau Health Belief Model dapat membantu efektivitas program kesehatan.
Membangun komunikasi terbuka dan transparan berdasarkan penelitian ilmiah menawarkan peluang nyata untuk memengaruhi pilihan gaya hidup merokok di antara penduduk Indonesia.
Beberapa penyakit kuno seperti Rabies, Trakoma, Kusta, TBC, dan Malaria masih menjadi masalah kesehatan serius di Indonesia.
Adapun ruang lingkup kerja sama yang dilakukan yaitu pengembangan sistem klaim digital dan pengembangan sistem pembayaran kepada seluruh fasilitas kesehatan.
kesempatan banding yang diberikan pengadilan Singapura Paulus Tannos mengenai putusan ekstradisi, justru merugikan Indonesia.
Penolakan otoritas Singapura terhadap pengajuan penangguhan Paulus Tannos, harus dimanfaatkan oleh pemerintah Indonesia untuk segera mempercepat proses ekstradisi.
Kawasan industri ini akan dirancang sebagai ekosistem komprehensif berbasis energi bersih.
Pemerintah Indonesia dan Singapura resmi menyepakati kerja sama strategis dalam pembangunan Kawasan Industri Hijau terintegrasi di Provinsi Kepulauan Riau (Kepri).
Pemerintah Indonesia sudah mengupayakan pemulangan Tannos dengan jalur diplomatik. Terbaru, Indonesia memberikan tambahan informasi ke penegak hukum Singapura pada 23 April 2025.
Pemerintah Singapura memutuskan untuk menolak permohonan penangguhan buronan kasus dugaan korupsi pengadaan kartu tanda penduduk elektronik (KTP-el), Paulus Tannos.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved