Headline
Hakim mestinya menjatuhkan vonis maksimal.
Talenta penerjemah dan agen sastra sebagai promotor ke penerbit global masih sangat sedikit.
MENTERI Agama Fachrul Razi mengatakan bahwa secara teoretis radikalisme bisa muncul karena beragam faktor, baik ekonomi, pendidikan, atau agama. Karena itu, penanganannya juga harus multiperspektif.
"Penyebabnya beragam dan bisa kumulatif, gabungan beberapa kondisi. Karenanya penanganannya pun harus multiperspektif," demikian disampaikan Fachrul Razi dalam 'Sarasehan Pembinaan Mental Angkatan Darat (Bintalad) TA 2019' di Jakarta, Rabu (20/11).
Ia menjelaskan, setidaknya ada tiga hal yang dapat dilakukan untuk menangkal radikalisme. Pertama, meningkatkan pemahaman masyarakat dengan pendidikan, termasuk melalui pembinaan mental.
"Semakin luas pemahaman seseorang, maka ia akan semakin bijak dan toleran dalam kehidupan bermasyarakat," ucapnya.
Baca juga: Milenial Harus Kritis Lawan Propaganda Radikalisme di Medsos
Kedua, mainstreaming moderasi beragama. Menurutnya, moderasi beragama adalah upaya menempatkan bandul selalu di tengah. Meski seseorang harus yakin dan kokoh dengan pemahaman keagamaannya, namun pada waktu bersamaan harus tetap toleran dan memberi ruang bagi keyakinan orang lain.
Dan yang ketiga, hal yang tak kalah penting yakni menginternalisasikan nilai-nilai empat pilar kebangsaan, yakni Pancasila, UUD 1945, Bhinneka Tunggal Ika, dan NKRI di dalam aktivitas keseharian.
"Sebagai contoh, pada saat demokratisasi kita mengalami beberapa persoalan, bukan lantas nyinyir, mencibir, dan berpaling ke sistem pemerintahan lain yang ilusif, melainkan turut serta menguatkan demokrasi dan meneguhkan NKRI," tukasnya. (OL-1)
KEMENTERIAN Agama (Kemenag) resmi membuka seleksi Musabaqah Qira’atil Kutub (MQK) Nasional ke-8 berbasis komputer (CBT) secara daring pada Selasa, (17/06).
Kemenag meminta jemaah haji yang mengalami sakit saat tiba di Tanah Air untuk segera memeriksakan diri ke dokter.
Sepuluh pelatihan itu terbuka bagi siapa saja, tidak hanya untuk ASN Kemenag juga untuk guru sekolah, santri, mahasiswa, dan juga masyarakat umum.
Setiap zaman memiliki medianya, dan setiap generasi membutuhkan agennya.
SETELAH menyelesaikan puncak prosesi ibadah di Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armuzna), seluruh jemaah haji kini bersiap memasuki fase akhir ibadah haji dan proses kepulangan.
ketidakkonsistenan jadwal bus karena ada ribuan bus yang dioperasionalkan yang menyebabkan antrean panjang sehingga banyak jemaah haji Indonesia berjalan kaki dari Muzdalifah ke Mina
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved