Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
SULAWESI mempunyai udang endemik yang masuk ke dalam daftar spesies kritis yang terancam punah. Salah satunya adalah spesies udang harlequin Caridina woltereckae.
"Perpaduan coraknya yang cantik dengan dominasi merah marun dan putih menjadikan spesies ini banyak diburu oleh para pedagang ikan hias,” ungkap peneliti Pusat Penelitian Biologi LIPI Daisy Wowor dalam pernyataan tertulis, Kamis (19/8).
Daisy menemukan spesies udang endemik danau Towuti, Sulawesi selatan ini pada 2009 silam.
"Caridina adalah nama genus sedangkan nama spesies woltereckae adalah penghormatan untuk jasa peneliti udang-udangan, Eva Woltereck,” jelasnya.
Daisy juga menemukan beberapa jenis udang hias lainnya seperti Caridina mahalona di kompleks danau Malili, Sulawesi Selatan dan Caridina longidigita di danau Poso, Sulawesi Tengah.
"Danau Towuti merupakan danau purba yang terbentuk akibat proses tektonik yang bersifat oligotrofik. Karakter danau oligotrofik yang memiliki air jernih, miskin zat hara, namun kandungan oksigen memadai menjadi ekosistem yang tepat untuk beberapa spesies flora dan fauna endemik," tuturnya.
International Union for Conservation of Nature (IUCN) telah memasukkan Caridina woltereckae ke dalam daftar merah spesies terancam punah.
"Selain faktor manusia, banyaknya ikan invasif yang ada dan memburuknya kualitas habitat danau semakin memperparah kondisi keberadaan udang hias endemik ini,” imbuh Daisy.
baca juga: Bea Cukai dan KLHK Tindak 3 Importir Limbah
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) selaku otoritas ilmiah pemberian data dan timbangan ilmiah konservasi keanekaragaman hayati menjadikan Caridina woltereckae sebagai salah satu ikon seri perangko satwa nusantara dalam rangka peringatan 125 tahun Museum Zoologi Bogor.
Bersama dengan instansi terkait seperti Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehuatanan serta Kementerian Kelautan dan Perikanan, LIPI terus berupaya menjaga keberlangsungan keanekaragaman hayati dari kepunahan. (OL-3)
Awalnya Bandung Zoo memiliki empat indukan dan sekarang sudah berkembang dan jumlahnya menjadi 13 ekor.
Lima satwa itu adalah empat landak jawa dan satu kukang.
Di Malaysia misalnya, monyet terlihat mengunyah tali dari masker lama yang dibuang di perbukitan.
Sebanyak 11 satwa itu di antaranya harimau, rusa, buaya, hingga burung cenderawasih. Bahkan, kepemilikan satwa oleh AM terbilang ilegal.
Taman Margasatwa Ragunan telah lebih dulu ditutup karena dampak Covid-19 yakni pada 16 maret 2020.
Penyidik langsung melakukan penyelidikan dengan menyamar menjadi pembeli melalui media sosial di grup WhatsApp serta Facebook.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved