Headline
Hakim mestinya menjatuhkan vonis maksimal.
Talenta penerjemah dan agen sastra sebagai promotor ke penerbit global masih sangat sedikit.
DALAM proses belajar-mengajar, guru sangat berperan penting. Peran tersebut tidak bisa tergantikan meskipun pola pembelajaran berubah dari waktu ke waktu. Guru dan tenaga kependidikan yang berkualitas menjadi penentu prestasi peserta didik. Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Supriano, menyampaikan tantangan bagi guru semakin berat seiring berkembangnya informasi dan teknologi.
Mereka dituntut untuk bisa mengembangkan inovasi dan berdedikasi dalam mencerdaskan sumber daya manusia (SDM) di Indonesia. Guna memberikan apresiasi dan memotivasi para guru, Supriano mengatakan, Kemendikbud kembali menggelar Pemilihan Guru dan Tenaga Kependidikan Berprestasi dan Berdedikasi Tingkat Nasional 2019.
“Kita harapkan ada perubahan dalam proses pembelajaran, awalnya dari individu mengarah ke peserta didik. Kita juga berharap lahir inovasi-inovasi dari para guru dalam mengajar,” ujarnya dalam acara pembukaan Pemilihan Guru dan Tenaga Kependidikan Berprestasi dan Berdedikasi Tingkat Nasional 2019 di Jakarta, kemarin.
Guna meningkatkan kapasitas guru, Direktorat Jenderal GTK, terangnya, menggeser pola pelatihan para guru. Sebelumnya, pelatihan guru dilakukan di tingkat nasional, kini dilakukan di daerah dengan mengacu pada sistem zonasi.
Sistem zonasi, kata Supriano, tidak hanya diterapkan pada penerimaan peserta didik baru (PPDB), tetapi juga pada pelatihan guru sehingga lebih efektif dan terfokus.
“Guru yang akan menjadi trainer atau pelatih di tiap-tiap zona ialah guru inti. Mereka yang berdedikasi dan berprestasi akan menjadi pengajar di kelompok zonasi,” imbuhnya.
Saat ini ada 2.580 zonasi di seluruh Indonesia. Diakuinya saat ini ada masalah dalam proses pembelajaran. Sebelumnya, Kemendikbud menerapkan 70% konten dan 30% pedagogis atau proses pembelajaran. Kini diterapkan sebaliknya, Kemendikbud lebih memfokuskan pada proses pembelajaran (pedagogis) guru.
Pengabdian berbuah apresiasi
Yulianti, Kepala Sekolah TK Al-Wahid, di Desa Pulut, Kabupaten Aceh Besar, Provinsi Aceh Nangroe Darussalam, menceritakan awal mula ia menginisiasi pendirian pendidikan anak sekolah dini (PAUD) di desanya. Ia bercerita di desa itu tidak ada PAUD, sedangkan sekolah terdekat jaraknya sekitar 4 kilometer karena lokasi tersebut masuk dalam daerah terluar. Termotivasi agar anak-anak di daerahnya bisa mengenyam pendidikan PAUD, ia yang semula kader posyandu memberanikan diri mengajar PAUD dengan kondisi sarana dan prasaran terbatas.
“Saat menjadi kader posyandu kami berinisiatif agar bisa memberikan pendidikan pada anak usia dini. Pemerintah punya program satu desa, satu PAUD,” ujarnya ketika ditemui Media Indonesia dalam acara pembukaan Pemilihan Guru dan Tenaga Kependidikan Berprestasi dan Berdedikasi Tingkat Nasional 2019 di Jakarta.
Pada 2016, Yulianti bersama empat kader posyandu lainnya berinisiatif memanfaatkan bangunan balai posyandu sebagai PAUD. Ia semangat mengajar murid walaupun ruang kelas mereka terbuka.
Di Desa Pulut berada di pesisir, bila cuaca buruk, para tenaga pendidik dan peserta didik harus mencari perlindungan ke bangunan lain.
“Karena tidak ada pagar, setiap hari ada kotoran binatang. Sebelum anak-anak datang kita bersihkan,” ucapnya. Ia pun bersyukur, pada 2017, PAUD mereka mulai mendapat bantuan dari pemerintah setempat. Mereka mendapatkan bangunan baru yang lebih layak.
Kini bersama 27 murid, mereka mengajar di dua kelas dengan bangunan permanen. Alat peraga untuk proses belajar-mengajar pun ia pinjam pada sekolah dasar terdekat sehingga mereka mendapatkan hibah.
Dedikasi itu yang mengantarnya terpilih menjadi Kepala Sekolah PAUD berdedikasi dan berkesempatan ikut dalam Pemilihan Guru dan Tenaga Kependidikan Berprestasi dan Berdedikasi Tingkat Nasional 2019 yang digelar Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan.
Menurut Yulianti, peran PAUD sangat strategis sebagai pembentuk karakter dalam mempersiapkan anak-anak sebelum bersekolah ke jenjang sekolah dasar.
Walaupun warga di daerahnya sempat beranggapan keberadaan PAUD tidak terlalu penting karena untuk sosial ekonomi masyarakat di desanya berpenghasilan sedikit dan bekerja sebagai nelayan. Ia melihat peluang untuk mengajak anak-anak bersekolah ada melalui program posyandu.
“PAUD kami awalnya posyandu plus. Kami integrasikan program gizi juga. Peserta didik di PAUD kami juga anak posyandu. Setiap ada pemberian makanan tambahan (PTM), kami dapat,” tuturnya.
Partipasi rendah
Pengalaman berbeda diutarakan guru PAUD berdedikasi lainnya, Meny Yustiana, dari TK Kristen Metina, di Kabupaten Rote Ndao, Nusa Tenggara Timur. Kabupaten tersebut merupakan kabupaten paling selatan dari wilayah Indonesia dan berdekatan dengan Australia.
Meskipun tinggal di daerah terluar dan dalam kondisi terbatas karena jauh dari ibu kota kabupaten, itu tidak memutuskan semangat Meny mengajar. Letak rumah dan lokasi ia mengajar sejauh 13 kilometer dan setiap hari harus berangkat menggunakan motor pukul 05.30 agar bisa sampai di sekolah tepat waktu karena jalanan yang harus ia lalui belum terlalu bagus atau hanya sebagian yang beraspal.
TK tempat ia mengajar, terang Meny, terdiri atas dua ruang kelas. Setiap kelas berukuran 5 meter x 6 meter. TK tersebut dikelola yayasan, tapi dari segi usia bangunan sudah cukup tua karena didirikan pada 1969 dan belum ada renovasi sama sekali.
“Kalau hujan bocor, temboknya sudah retak. Tapi bagaimana ketangguhan kami untuk terus berjuang demi anak-anak. Mereka membutuhkan teladan dari guru-guru. Walaupun kondisi terbatas, saya harus melakukan yang terbaik untuk anak-anak,” tuturnya.
Murid di TK tersebut kini berjumlah 34 murid. Menurut Meny, ada penambahan jika dibandingkan dengan tahun lalu karena penerapan sistem zonasi oleh pemerintah sehingga para orangtua menyekolahkan anak-anak mereka di TK yang dekat dengan rumah.
Pemerintah pun mulai menaruh perhatian dengan memberikan bantuan untuk merenovasi sekolah tahun ini. “Tidak mengapa yang penting ada perhatian dari pemerintah,” ucap Meny.
Partisipasi masyarakat di daerah terluar untuk menyekolahkan anak-anak mereka di PAUD, diakui Meny masih rendah. Itu menjadi kendala. Penyebabnya, pertama, karena kondisi ekonomi masyarakat yang kurang. Kedua, mereka menganggap PAUD tidak penting dan langsung menyekolahkan anak-anak ke sekolah dasar karena para orangtua harus bekerja dan tidak bisa mengantarkan anaknya setiap hari.
“Dengan pendekatan kita sosialisasikan ke masyarakat, bagaimana anak-anak bisa belajar mandiri. Sebelum masuk ke sekolah dasar mereka bisa belajar bersama-sama di PAUD. Itu yang menjadi motivasi saya. Dari tahun ke tahun saya umumkan di gereja mengimbau orangtua agar mendaftarkan anak-anaknya ke PAUD,” terangnya.
Atas kegigihannya mengajak masyarakat agar menyekolahkan anak-anak mereka ke PAUD, Meny berhasil terpilih oleh dinas pendidikan setempat untuk mewakili NTT menjadi salah satu guru berdedikasi 2019.
Pada kesempatan terpisah, Sekretaris Ditjen GTK Kemendikbud Wisnu Aji menjelaskan, ada 910 guru dan tenaga pendidik yang ikut dalam pemilihan guru berprestasi dan berdedikasi 2019. Dari jumlah itu, yang sudah memasukkan berkas sebanyak 695 dari 34 provinsi di Indonesia. Mereka akan memperebutkan 28 kategori lomba yang akan diumumkan pada malam puncak, yaitu 17 Agustus 2019. (Ind/S1-25)
Suap dan gratifikasi di sektor pendidikan biasanya terjadi karena adanya orang tua murid memaksakan anaknya masuk sekolah tertentu.
Harli menegaskan Kejagung belum menentukan tersangka dalam kasus ini. Perkaranya masih menggunakan surat perintah penyidikan (sprindik) umum.
Program SMK PK yang diinisiasi Kemendikbud bertujuan meningkatkan kualitas dan kompetensi lulusan SMK, melalui kemitraan dengan dunia usaha dan industri (DUDI).
Pj Gubernur Jawa Barat Bey Machmudin mengatakan ada sebanyak 260 orang calon peserta digugurkan pada pelaksanaan Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) 2024, tingkat SMA
Tahun 2023 menjadi titik puncak kebangkitan perfilman Indonesia. Hal ini ditandai dengan 50 judul film Indonesia yang berhasil melenggang ke 24 festival film internasional.
Seorang individu tidak akan memikirkan tentang pengakuan dan penghargaan sebelum kebutuhan dasar akan makanan dan tempat tinggal mereka terpenuhi.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved