Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Beristirahat di Makam Keluarga Nabi SAW

Sitria Hamid
07/8/2019 07:50
Beristirahat di Makam Keluarga Nabi SAW
Suasana sholat jenazah sebelum pemakaman tokoh karismatik KH Maimoen Zubair.(Dok. MCH/Bahaudin)

GEMA tahlil la ilaha illallah berkumandang dari ribuan pelayat yang sebagian besar jemaah haji Indonesia yang mengiringi pemakaman tokoh karismatik KH Maimoen Zubair, 90, atau akrab disapa Mbah Moen di Permakaman Al Ma'la, Mekah, kemarin pukul 13.20 waktu Arab Saudi.

Langit pun seolah berduka. Cuaca Kota Suci Mekah yang biasanya panas terik menembus ubun-ubun, sejak pagi hingga siang kemarin terlihat mendung. "Mautul 'alim mautul 'alam (wafatnya seorang alim adalah duka semesta) sangat terasa nyata. Cuaca Mekah yang biasa menyengat di atas 40 derajat celsius, pagi itu hingga siang hari mendung diselimuti awan, temperaturnya hanya 34 derajat celsius," kata Staf Ahli Menteri Agama Bidang Manajemen Komunikasi dan Informasi, Oman Fathurrahman, saat dihubungi kemarin.

Pemakaman berlangsung sekitar pukul 13.20 sampai 13.55, sekitar 35 menit sampai dengan 40 menit. Prosesi pemakaman dipimpin Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin.

Menurut Oman, mengikuti prosesi pemakaman Mbah Moen sejak awal keluar dari RS An Noor, Mekah, pemandian jenazah, disalatkan di Kantor Urusan Haji Indonesia Daerah Kerja Mekah dan di Masjidil Haram, hingga permakamannya di Ma'la, dia menyaksikan kebesaran seorang tokoh."

Betapa beliau adalah seorang ulama besar Indonesia yang wibawa dan pengaruhnya lintas batas. Beliau dihormati bukan hanya oleh umat Islam yang mengenalnya, melainkan juga mereka yang baru mengenal namanya.  Meski jauh dari Tanah Air, prosesi pemakamannya di Mekah diikuti ribuan pelayat," tuturnya.

Makam bersejarah
Al Ma'la dikenal sebagai salah satu kompleks permakaman bersejarah karena keluarga Nabi Muhammad SAW disemayamkan di sini. Al-Ma'la terbentang di dataran tinggi Bukit Jabal As-Sayyidah, perkampungan Al-Hujun, yang letaknya tidak jauh dari Masjidil Haram. Kira-kira jaraknya hanya sekitar 1,1 km arah utara dari Masjidil Haram.

Beberapa anggota keluarga Nabi dimakamkan di Al-Ma'la. Adapun mereka ialah istri pertama Nabi, Siti Khadijah, paman Nabi, Abu Thalib, dan kakek Nabi, Abdul Muthalib. Permakaman ini juga dikenal sebagai makam leluhur Nabi, yakni keluarga besar Bani Hasyim.

Permakaman Al Ma'la dilarang bagi perempuan. Puluhan perempuan berdiri di depan pagar menyaksikan pemakaman Mbah Moen. Kondisi permakamannya berbeda dengan permakaman pada umumnya di Indonesia.  Kawasan permakaman itu rata oleh pasir berwarna cokelat dengan dua batu sebagai penanda.

Agustipah, 37, jemaah haji khusus, turut berdiri naik pagar permakaman untuk melihat langsung makam Mbah Moen, saat menunaikan ibadah haji di sela-sela antara pagar lokasi permakaman. Jemaah haji khusus lainnya dari Magelang, Ami Mahmudah, 56, yang juga berdiri naik ke pagar mengaku sempat sowan ke Mbah Moen sebelum pergi ke Tanah Suci. "Mbah Moen ulama besar Indonesia. Saya menangis mendengar Mbah Moen wafat subuh tadi (kemarin) karena sebelum berangkat haji saya sowan ke Mbah Moen," kata Ami Mahmudah dengan suara serak menahan tangis.

Keluarga Mbah Moen segera menuju Mekah menyusul pemakaman Mbah Moen. "Rencana keluarga dari Rembang berangkat ke Mekah, Rabu (7/8)," kata Zubair Majid Kamil MZ, salah satu putra Mbah Moen. (AS/X-4)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Riky Wismiron
Berita Lainnya