Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

5.400 Hektare Area Konsesi di Riau Terbakar

Dhika Kusuma Winata
02/7/2019 16:55
5.400 Hektare Area Konsesi di Riau Terbakar
Petugas Manggala Agni Daops Pekanbaru menyemprotkan air ke lahan gambut yang terbakar( ANTARA FOTO/Rony Muharrman)

YAYASAN Madani Berkelanjutan bersama Kelompok Advokasi Riau merilis kajian kebakaran hutan dan lahan gambut di wilayah Riau kurun waktu Januari-Maret 2019. Hasil analisis data spasial dan lapangan menunjukkan terdapat 737 titik panas di Provinsi Riau. Sebanyak 316 titik panas berada di wilayah konsesi dengan area terbakar seluas 5.400 hektare.

"Secara historis ada konsesi-konsesi yang terus terbakar tidak hanya tahun ini tapi juga tahun-tahun sebelumnya, setidaknya sejak 2015. Hal ini tentu mengkhawatirkan karena menurut data karhutla bisa menyumbang 34-80% dari total emisi Indonesia pada 2015," kata peneliti Kelompok Advokasi Riau (KAR) Rahmaidi Azani, di Jakarta, Selasa (2/7).

Kajian tersebut dilakukan dengan melakukan analisis titik panas di Riau menggunakan data dengan tingkat kepercayaan tinggi (80%) dan investigasi lapangan untuk menelisik kebakaran hutan dan lahan yang terjadi pada periode Januari-Maret 2019.

Menurut Rahmaidi, 96% titik panas di antaranya juga berada di wilayah prioritas restorasi gambut oleh pemilik konsesi. Sebanyak 119 titik panas berada pada konsesi izin Hak Guna Usaha (HGU) dan 197 di konsesi Hutan Tanaman (IUPHHK-HT).

Guru Besar Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor Bambang Hero Saharjo menegaskan korporasi harus dipastikan benar-benar telah melakukan upaya restorasi gambut dengan mengikuti standar yang ada untuk mencegah karhutla.

"Jika wilayah konsesi sudah dinyatakan masuk wilayah prioritas restorasi, seharusnya area konsesi sudah direstorasi. Kenyataannya, wilayah konsesi masih menjadi biang kerok karhutla. Ini harus segera dicari penyelesaiannya dan pengawasan di lapangan harus lebih ketat," ungkapnya.

Baca juga: Karhutla Riau, KLHK Selidiki Kebakaran di Lahan Konsesi

Sementara itu, Direktur Yayasan Madani Berkelanjutan Teguh Surya mengatakan tren karhutla yang menurun beberapa tahun terakhir perlu dijaga. Semua pihak harus bersiap mengantisipasi potensi ancaman karhutla tahun ini agar tidak meluas. Pasalnya, diperkirakan akan terjadi El-Nino pada musim kemarau yang membuat cuaca lebih kering.

Jika karhutla tahun ini lebih banyak dari tahun sebelumnya, imbuh Teguh, capaian pengurangan emisi Indonesia sebesar 24% pada 2017 terancam turun. Itu karena penurunan emisi Indonesia sebagian besar disumbang sektor kehutanan.

"Ada sejumlah hal yang harus dilakukan untuk mencapai komitmen iklim Indonesia, yaitu memperkuat implementasi restorasi gambut sekarang dan pasca-2020, pengawasan serta penegakan hukum, menjalankan evaluasi perizinan dan mempermanenkan serta memperkuat kebijakan moratorium hutan," tutup Teguh.(OL-5)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya