Headline

Dalam suratnya, Presiden AS Donald Trump menyatakan masih membuka ruang negosiasi.

Fokus

Tidak semua efek samping yang timbul dari sebuah tindakan medis langsung berhubungan dengan malapraktik.

79 Ton Obat Disiapkan Bagi Jemaah Haji Indonesia

Indriyani Astuti
02/7/2019 14:30
79 Ton Obat Disiapkan Bagi Jemaah Haji Indonesia
Ketersediaan obat-obatan untuk jemaah haji.(MI?ADE ALAWI )

PEMERINTAH menyiapkan obat-obatan sebanyak 79 ton bagi jemaah haji Indonesia. Obat-obatan itu terdiri dari cairan infus, tablet dan penambah gizi seperti susu. Kepala Pusat Kesehatan Haji Kementerian Kesehatan Eka Jusup Singka menuturkan obat disiapkan karena dari tahun ke tahun kasus angka kesakitan para jemaah cukup tinggi.

Ia mengungkapkan, pada tahun 2018, selama pelaksaan ibadah haji sekitar 76 hari di Arab Saudi, tercatat ada 4.000 jemaah yang harus dirawat. Adapun kasus rawat jalan yang dilaporkan sebanyak 400.000.

"Kasus rawat jalan lebih banyak dari jumlah jemaah haji kita yang total 200 ribu lebih karena selama kurun waktu haji, di kloter satu orang jemaah haji rata-rata dua kali diperiksa kesehatannya (berobat) ke dokter," terang Eka dalam acara temu media terkait kesiapan kesehatan haji di Kementerian Kesehatan, Jakarta, Selasa (2/7).

Adapun penyakit yang paling umum diderita jemaah haji, kata Eka, antara lain infeksi saluran pernafasan akut (ISPA), batuk dan penyakit yang dibawa dari Tanah Air terutama pada jemaah yang masuk kategori risiko tinggi. Risiko tinggi adalah jemaah yang sudah punya riwayat penyakit kronis seperti jantung, gangguan saluran pernafasan atau penyakit degenratif seperti diabetes. Jemaah risiko tinggi juga rentan mendapat penyakit baru di Arab Saudi. Jumlahnya, menurut Kementerian Kesehatan, ada lebih 60% dari total 230.000 jemaah haji 2019 masuk dalam kategori risiko tinggi.

Baca juga: Berhaji, Siapkan Fisik Sejak di Tanah Air

Eka menjelaskan risiko tinggi berbeda dengan yang tidak memenuhi syarat istita'ah. Mereka yang berisiko tinggi tetap dapat menunaikan ibadah haji meskipun kondisinya memiliki risiko kesehatan seperti kambuhnya penyakit atau mendapat penyakit baru dari tanah suci.

Jemaah dengan risiko tinggi, lanjut Eka, kebanyakan menderita penyakit tidak menular seperti jantung, saluran pernafasan paru, dan degenratif termasuk diabetes melitus.

"Penderita 3 penyakit ini yang paling sering memerlukan rawat jalan," ucap Eka.

Untuk membedakan jemaah risiko tinggi dengan yang sehat, pemerintah membuat kartu yang dikenakan pada setiap jemaah haji Indonesia. Untuk jemaah risiko tinggi diberikan kartu berwarna kuning sedangkan yang sehat kartunya berwarna putih. Kartu tersebut dilengkapi barcode yang dapat dipindah oleh petugas kesehatan dan memuat status kesehatan dari jemaah haji.

Selain itu, pada bagian belakang kartu juga terdapat surat keterangan vaksinasi. Pemerintah Arab Saudi mewajibkan setiap jemaah untuk melakukan vaksinasi meningitis sebelum berangkat untuk menghindari tertularnya penyakit tersebut.

Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan Oscar Primadi pada kesempatan yang sama menyampaikan, selain vaksin meningitis, jemaah juga dapat melakukan vaksin influenza. Tetapi sifatnya hanya pilihan, tidak wajib dan bisa diperoleh secara mandiri.

"Kemenkes tidak mengadakan vaksin itu. Vaksinasi lain yang bisa dilakukan yaitu pnemonia untuk menghindari infeksi paru-paru. Kami sudah koordinasikan di tingkat kabupaten/kota yang bisa didapatkan secara mandiri," tukasnya.(OL-5)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya