Headline
Berdenyut lagi sejak M Bloc Space dibuka pada 2019, kini kawasan Blok M makin banyak miliki destinasi favorit anak muda.
Berdenyut lagi sejak M Bloc Space dibuka pada 2019, kini kawasan Blok M makin banyak miliki destinasi favorit anak muda.
PENYANYI-penulis lagu asal Jatinangor, Prass, resmi merilis single terbaru berjudul Free As A Bird sebagai pembuka untuk album keduanya yang tengah dipersiapkan.
Dirilis secara mandiri di bawah label independennya, Lucky Man Records, lagu ini telah tersedia di berbagai Digital Streaming Platforms (DSP) sejak Jumat (20/6).
Perubahan yang langsung terasa di lagu ini adalah bagaimana Prass kini lebih mengedepankan format band dalam presentasi musiknya. Meski demikian, Prass tetap membuka kemungkinan untuk tampil dengan format panggung yang lebih simpel di masa depan.
Proses rekaman Free As A Bird dilakukan lintas kota, memanfaatkan kecanggihan teknologi Digital Audio Workstation (DAW) modern. Drum, vokal, dan trumpet direkam di dua studio yakni Binaural Bandung dan Caltara Studio Massive Music Entertainment.
Sementara itu, bagian gitar, bass, keyboard, dan slide gitar dikerjakan secara langsung di rumah masing-masing musisi oleh Hilmi Ardiansyah sang produser, yang menyambangi satu per satu.
Pendekatan itu terbukti mempercepat proses produksi, meski Prass dan kawan-kawan bekerja secara jarak jauh antara Bandung dan Jakarta.
Hilmi juga merangkap sebagai peramu mixing dan mastering, menjadikan keterlibatannya sangat krusial dalam arah musikal dan teknis dari karya ini.
“Dia kontributor terbesar di album ini,” ujar Prass di Jakarta (28/5) melalui pesan singkat.
“Maka proses pemilihan Hilmi bukan sekadar coba-coba, tapi karena komunikasi kami yang sudah terbangun dengan baik sejak awal,” lanjutnya.
Dalam perjalanannya, Free As A Bird sendiri mengalami perubahan signifikan dari aransemen awal. Hal ini disebabkan kolaborasi Prass dan Hilmi yang membawa energi baru, ketika cerita dan gagasan Prass dapat diterjemahkan ke bentuk musik secara otentik oleh sang produser.
Bagi Prass, pengalaman ini membuat proses penulisan lagunya menjadi lebih ‘mindful’ dan percaya diri. Sebab semua dilakukan dengan arah yang jelas dengan peta kolaborasi yang tepat.
Tidak ada alasan eksplisit mengapa Prass memilih Free As A Bird sebagai single pembuka album kedua. Berdasarkan intuisinya, lagu ini dirasa tepat menjadi wajah dari narasi besar yang ingin dikumandangkan Prass: dinamika perjalanan hidup, upaya untuk bangkit, dan kesadaran penuh atas bagaimana semua orang berhak memilih dan memperjuangkan apa yang diyakini.
Free As a Bird juga merupakan refleksi personal tentang tekanan dan keraguan yang dihadapi siapa pun dalam mengejar mimpinya, baik dari dalam diri maupun lingkungan sekitar.
Selaras dengan narasi tersebut, Prass melalui musiknya ingin menjadi teman perjalanan, sekaligus ruang nyaman bagi teman-temannya, khususnya mereka yang sedang menata hidup. Hal ini pula yang turut mempengaruhi keputusan Prass untuk mengedepankan format band, selain sebagai semangat eksplorasi.
“Aku hanya ingin merasakan lagi energi bersama. Format ini bagian dari perjalanan, dan eksplorasi ini justru membuat Prass bisa tumbuh lebih bebas,” ujar Prass.
Meski format band diusung untuk album kedua ini, Prass tetap terbuka pada kemungkinan bereksperimen dengan genre atau format panggung lainnya di masa depan.
Prass berharap single ini menjadi pintu pembuka agar karya-karyanya dapat menjangkau lebih banyak pendengar. Lagu-lagu terdahulu seperti Lucky Man, Love Is…, dan Buah Rindu telah menyentuh banyak hati, bahkan menemani momen penting hidup orang lain.
Melalui musiknya, Prass berkeinginan untuk menjadi bagian dari orang-orang yang mendukungnya lewat musik. Tidak hanya soal lirik dan nada, tapi juga meliputi soal energi yang bisa saling menguatkan satu sama lain.
Ke depan, Prass berencana melakukan rangkaian promo termasuk tur radio, pertunjukan live, video session, dan rilis dua single tambahan dalam empat bulan ke depan sebelum perilisan penuh album keduanya. (Z-1)
Lagu Sudah Biasa dari Badai Sampai Sore menggambarkan fase di mana segalanya terasa otomatis, bukan lagi soal pilihan, melainkan soal bertahan.
Menggandeng sejumlah penyanyi seperti Hanin Dhiya, Shanna Shannon, dan Shakira Jasmine, mini album Stevan Pasaribu ini menyuguhkan total enam lagu.
Di pertengahan 2025 ini, Laura Pradipta (vokal) memutuskan untuk hiatus dari ArumtaLa dalam waktu yang tidak bisa ditentukan sehingga duo itu tinggal menyisakan Arini Kumara.
Lewat Teman Sejati?, Jenaka Mahila mengajak penikmat musik untuk merenungi arti sebenarnya dari sebuah persahabatan.
Serba Salah dari Giant Jay menyuarakan realita sehari-hari: ketika tubuhmu, pilihanmu, bahkan dompetmu bisa jadi bahan penghakiman.
Lagu ini awalnya ditulis Dhendy Mawardi untuk anaknya, sebagai pesan bahwa hidup tidak selalu berjalan mulus. Ada kalanya kita akan dihadapkan pada masalah, ketidaknyamanan, atau kekecewaan.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved